Jika boleh, aku ingin memilikimu sedikit lebih lama. Jika boleh..
2014
"Kalo udah nikah itu, ga perlu lagi nunda-nunda anak. Memang sih kalian masih muda, tapi kan ga ada salahnya jadi mami papi muda. Orang tua gaul, kalo kata anak jaman sekarang."
Robert memandang bosan pada istrinya, sedangkan Meiske tampak masih bersemangat melanjutkan ucapannya.
"Banyak yang nikah berapa bulan langsung dung loh. Kalian udah masuk tahun kedua pernikahan belum ada tanda-tanda. Kamu terlalu sibuk di rumah sakit kali, Ge. Atau ada masalah ga sama kesehatan kalian? Udah pernah cek?"
Ge hanya menggerutu pelan seraya memakan cemilan yang disediakan Meiske, sedangkan Sachi hanya meremas tangannya menahan kesal. Pada tahun pertama pernikahan mereka, Meiske mulai meneror mereka mengenai momongan. Meiske bisa membesarkan masalah tersebut seolah mereka adalah pasangan yang sudah menikah puluhan tahun dan belum dianugerahi momongan. Sachi yang awalnya masih menanggapi dengan senyum dan kesabaran, akhir-akhir ini seringkali berpura-pura tuli. Ini yang membuat Sachi seringkali malas datang pada rumah mertuanya.
"Kalian itu, dibilangin, ngeyel. Mama udah tua, apa salahnya kasih mama cucu."
Meiske memang melahirkan Ge pada umur yang terbilang tua, sekitar 38. Saat ini, Meiske sudah memasuki angka kepala 5 dan tampaknya para teman-temannya memprovokasi Meiske mengenai cucu.
"Bukannya ngeyel, Ma. Memang Tuhan belum kasih. Kita berdua juga masih enjoy berdua, masih muda," balas Ge pada akhirnya, yang membuat Meiske semakin terlihat bersemangat. Thanks to God, disaat mulut Meiske sudah terbuka lagi, Robert datang untuk merangkul istrinya dan memintanya untuk diam.
"Sudahlah, mereka lagi menikmati masa berdua. Daripada marah, mending kamu membuatkanku kopi dulu."
Meiske menggerutu akan sikap Robert yang selalu membela Sachi dan Ge, namun tetap menuju ke dapur untuk membuatkan kopi yang Robert minta.
"Kalian kalo mau pulang gapapa. Sachi agak pucet tuh," kata Robert begitu mengamati keduanya. Setelah mendengar perkataan Robert, Ge segera menoleh pada Sachi dan memandangnya khawatir.
"Sa, bener kamu agak pucet. Kok aku bisa ga sadar sih? Bodoh. Kita pulang aja yuk?"
Sejujurnya Sachi merasa baik-baik saja, sangat baik bahkan. Namun karena malas menghadapi Meiske, Sachi memutuskan untuk mengiyakan ajakan pulang tersebut. Lagipula, Sachi memiliki rencana di hari special mereka ini.
Setelah berpamitan dan mendengar berbagai macam nasihat (lagi) dari Meiske, merekapun segera pulang.
"Sa, kamu beneran gapapa?"
Sachi menggeleng.
"Maaf ya, mama jadi terkesan desak kita terus. Padahal kita sendiri enjoy aja berdua. Baru juga tahun kedua," Ge jadi menggerutu, membuat Sachi tertawa.
"Emang kamu ga mau punya anak?" tanya Sachi.
"Eh?" Ge tampak terkejut mendapat pertanyaan tersebut.
"Iya, emang kamu ga mau punya anak?"
"Mau sih, Sa. Tapi ga perlu buru-buru juga. Kita punya waktu yang panjang untuk itu," kata Ge lagi.
"By the way, mana kado anniversary buat aku? Aku kan udah kasih kamu tadi pagi."
Sachi kadang merasa Ge adalah seorang anak kecil yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa. Ge bisa menjadi sangat kekanakan dan manja. Sachi heran, bagaimana selama ini Ge memanipulasi sikapnya setiap berada di rumah sakit. Sachi melihat sendiri, saat di rumah sakit Ge menjadi sosok yang agak pendiam, berwibawa, serius, intinya sangat berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
RomanceDari sahabat menjadi sepasang kekasih. Sepasang kekasih menjadi pasangan hidup. Dan dari pasangan hidup, kembali menjadi sahabat. Tadinya, mereka berdua terlalu dimabuk kata cinta. Selamanya, kata mereka. Namun mereka lupa, tidak ada kata selamanya...