Chapter 6

4K 446 6
                                    

Scorpius

I want you, desperately,
Wheter we are a match made in heaven or a beautiful disaster
Just waiting to happen.

Beau Taplin, Beautiful Disaster.

Dua hari.

Sudah dua hari Draco lewati hanya menunggu bocah lelaki bersurai pirang platina itu muncul. Ia bahkan telah memperpanjang masa cutinya. Draco benar-benar penasaran pada bocah itu namun ia tak kunjung muncul. Draco hampir berpikir ia berimajinasi atau bahkan berhalusinasi, namun sebagian dari dirinya ia yakin anak itu ada. Ough idiot brain.

Tak banyak yang dilakukan Draco di masa liburannya. Hanya membaca buku dipinggir pantai, sekadar melihat penduduk berlalu lalang dan kegiatan favoritnya di malam hari, berbaring dipinggir pantai disebelah api unggun dan tentu saja mantra penghangat. Melihat bintang yang berkelip-kelip diangkasa. Apabila beruntung ia akan melihat rasi bintang Draco dan Scorpius, ya Scorpius nama bocah itu dan Draco tersenyum kecil mengingatnya. Draco berpikir ia telah jatuh sayang pada bocah itu sejak pertama kali melihatnya.
Memandang keatas, hari ini berbeda dari hari-hari sebelumnya. Tak ada bintang yang berkelip dan sesekali gambaran petir menyambar di kejauhan tampak. Draco terlalu malas beranjak dari tempatnya meskipun perkiraan akan hujan terus berbunyi di otaknya.

Tes

Tes

"Ugh, stupid rain." Draco sedikit mengumpat, ia akhirnya beranjak dan cepat cepat kembali ke cottagenya sebelum berang-berang spektral menarik perhatiannya. Berang-berang itu melayang-layang memutari sesuatu dibalik semak tinggi. Dikegelapan pantai, cukup mencurigakan ada hal berbau sihir seperti itu. Memutuskan mencari tahu, Draco menghampiri binatang spektral itu sambil memegang tongkatnya erat.

Hampir mencapai tempat yang dituju, tanpa sengaja Draco menginjak sebuah ranting yang mana suaranya sangat menarik perhatian dikeheningan malam dan gerimis tipis yang menyelimuti udara malam itu.

Krakkk

Draco mengumpat dalam hati.

Hening.

Draco bahkan tak berani mengangkat kaki. Ia sedikit menyesal tak menggunakan mantra glamour tadi.
Belum sempat Draco beranjak, kilatan cahaya menubruk kesadarannya.

"Stupefy!"

Suara yang Draco tak pernah lupa, dan tubuh ramping seseorang yang Draco kenali sebelum gelap menjemputnya

*

"Mum, apakah ia sudah sadar? Scorpius terus memandang pria yang kini terbaring diranjangnya. Hanya ada dua kamar di rumahnya yaitu kamarnya dan kamar Hermione.

Scorpius tadi sedikit terkejut ketika mendengar suara orang berapparate dan memutuskan melihatnya. Ternyata itu ibunya dan pria yang beberapa hari yang lalu ditemuinya di pantai. Selagi menceritakan apa yang terjadi, ibunya juga membersihkan dan mengeringkan pakaian yang dipakai pria itu. Draco kalau tidak salah namanya, ingat Scorpius.

"Scorpie tolong jaga dia, Mum akan membuat teh hangat untuk kita." Pinta Hermione.

Refleks ketika menjadi buronan perang masih mempengaruhi Hermione hingga saat ini. Tadi ia memutuskan ke pinggir pantai seperti biasa ketika ia suntuk dan dengan iseng memainkan patronusnya ketika tiba-tiba suara ranting terinjak membuatnya waspada seketika. Ia bergerak diam-diam dan menemukan seseorang dalam kegelapan berdiri dan memegang tongkatnya erat-erat. Tak banyak penyihir di daerah ini pikir Hermione. Tanpa pikir panjang, ia menyerang orang itu dengan mantra pemingsan. Orang itu terjatuh seketika dengan bunyi keras yang lumayan menyakitkan. Hermione meringis membayangkannya.

Hermione sudah akan meninggalkan pria itu, yeah dari posturnya itu memang pria sampai kilauan pirang platina menarik perhatiannya. Dengan rasa penasaran, Hermione menyibak hoodie yang pria itu pakai dan terkejutnya ia menemukan Draco, Draco Malfoy, Draconya yang pingsan.

For the Merlin Sake! Apa takdir bermain-main dengannya? Sudah bertahun-tahun dan dengan susah payah Hermione meninggalkan semuanya karena pria ini dan tiba-tiba pria itu datang seenaknya.

Pertama didepan anaknya, Scorpius. Sekarang dihadapannya sendiri. Hermione sedikit menyesal menyerang Draco, mengapa ia tadi tidak segera pergi dari tempatnya dan sekarang ia bingung tinggal dimana Draco. Ia tak mungkin tega meninggalkan Draco di keremangan dan kerimbunan pohon itu apalagi hujan mulai menderas. Jadi, dengan berat hati ia membawa Draco berapparate kerumahnya.

"Scorp, sweetie, ini teh..."
Hermione terkejut melihat pemandangan didepannya. Draco yang telah sadar kini terlihat sedang memandangi dan mengelus pipi Scorpius sayang.

Mereka serupa pinang dibelah dua. Dan terlihat sangat pas ketika bersama. Seperti seharusnya.

Tanpa sadar Hermione menitikkan air mata. Betapa ini sangat ia inginkan, melihat Scorpius bersama ayahnya. Hermione tak salah lihat, Draco menatap Scorpius dengan mata yang berkaca-kaca dan Scorpius menatap Draco penuh rasa bahagia. Betapa Hermione ingin waktu berhenti dan keluarga kecilnya bahagia seperti saat ini.

"Mum," Scorpius memecah keheningan dan keharuan yang menyelimuti ruangan itu.

"Hermione," Draco berbisik. Tak percaya melihat wanita yang dicintainya. Wanita yang selama ini menghantui malam-malam sepinya ada didepannya bersama seorang bocah lelaki bersurai pirang yang serupa dirinya dimasa muda. Dengan mata abu-abu, kulit putih pucat dan dagu runcing, Draco tak akan salah mengenali. Salah satu klan Malfoy.

Tanpa tedeng aling-aling, Draco segera menyebrang ruangan dan memeluk Hermione erat, nampan yang berisi gelas-gelas teh terjatuh tanpa sadar dan pecah berkeping-keping melukai kaki Draco. Ia tak peduli, saat ini ia hanya ingin memeluk wanita itu. Setelah memendam perasaan, kerinduan dan luka yang ia simpan bertahun-tahun kini telah meluap. Air mata yang sedari tadi ditahannya kini tumpah seketika.

"Hermione, its me. Aku Draco." Draco berbisik putus asa dengan suaranya yang serak. Hermione hanya mematung, terlalu shock akan kejadian cepat ini.

"Hermione, jangan pergi." Draco kembali berbisik dan menenggelamkan mukanya kedalam rambut cokelat lebat Hermione. Wangi stroberi yang sangat Draco rindukan. Hermione kembali dari trans-nya dan airmatanya ikut tumpah bersama tangisan putus asa Draco.

Hermione membalas pelukan itu dan menenggelamkan mukanya ke lekukan leher Draco, wangi mint yang sama. Pertahanan yang Hermione bangun bertahun-tahun kini telah runtuh seketika. Ia ikut menangis putus asa menyalurkan segala keputus asaan yang ia pendam.

Scorpius melihat ibunya dan ikut terharu. Ibunya yang tidak pernah terlihat dengan pria manapun, ibunya yang selalu kuat dan tegar kini seolah rapuh di pelukan pria itu. Diam-diam Scorpius tersenyum. Apakah pria itu ayahnya? Jika dilihat dari kemiripan mereka sepertinya "ya". Mengapa ibunya menyembunyikannya?. Ah nanti saja. Untuk saat ini, Scorpius akan berbahagia bisa bertemu ayah yang selama ini ia tunggu. Jika memang benar ayahnya.






To be continue,
Vomment pls! hehe

LOST [DRAMIONE FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang