Chapter 4

4.3K 429 7
                                    

Flashback 1

Sometimes you will never know
The value of a moment until
It becomes a memory

Dr. Seuss

At Malfoy Manor, second war.

Suara teriakan yang menggema seolah menguliti Draco hidup-hidup. Bibinya yang sinting, Bellatrix Lestrange sedang menyiksa Hermione, gadis yang selama ini selalu memenuhi pikirannya, alasan yang membuatnya bertahan dari kegilaan yang menimpanya bertubi-tubi. Draco begitu terkejut sekaligus lega ketika The Golden Trio entah mengapa dibawa kerumahnya dan gadis itu terlihat baik-baik saja. Untuk pertama kalinya dalam runtutan kesialan, Draco begitu lega dan serasa dirinya diguyur air es setelah menahan rindu dan perasaan yang begitu besar. Memutuskan untuk tak memberitahu bibinya jika itu Potter, ia sekaligus berharap mereka dilepaskan begitu saja. Agar Hermione baik-baik saja.

Namun, ia merutuki dirinya sendiri karena kesialan selalu menimpanya. Yeah, kalian bisa menebaknya apa. Duo idiot Pothead dan Weasel dimasukkan sel bawah tanah sementara gadisnya dituduh mencuri pedang sialan yang entah mengapa bibinya sangat terobsesi dan mengclaim-nya.

Ingin rasanya ia menerjang wanita gila itu dan mengutuknya. Ingin rasanya memeluk gadis yang begitu rapuh itu dan memberinya sedikit kekuatan. Namun, ia Draco Malfoy, Slytherin, dan ia masih bocah pengecut yang sama. Ia hanya bisa menahan kesakitan di dadanya melihat gadisnya disakiti dan ia hampir mati lega ketika entah bagaimana caranya, Potter bisa bebas dan menyelamatkan Hermione. Kejadiannya begitu cepat dan Draco harus rela tak melihat gadis itu lagi. Diam-diam ia tersenyum tipis ketika mereka berapparate dari manornya. Semoga kau baik-baik saja Hermione.

*

Hogwarts, Tahun ketujuh.

Tahun ketujuh yang damai, Voldemort dan pengikutnya telah dimusnahkan oleh The Boy Who Lived, Harry Potter. The Golden Trio kembali untuk melanjutkan pendidikannya tak terkecuali ular-ular Slytherin termasuk Prince Of Slytherin, Draco Malfoy. Beberapa hari yang lalu Draco menerima surat dari headmistress McGonagall bahwa dirinya terpilih menjadi ketua murid putra dan seminggu sebelum jadwal keberangkatan, sepasang ketua murid diharuskan datang dan membantu persiapan para professor baik materi pembelajaran, ruang kelas dan gedung-gedung penting lainnya.

"Mother," Draco mengetuk pintu kamar kedua orang tuanya. Narcissa Malfoy dan Draco diputuskan tidak bersalah atas kesaksian dari Harry Potter. Lucius dilain sisi, mendapat hukuman tiga tahun kurungan Azkaban. Waktu yang pendek dbanding banyak pelahap maut lain yang rata-rata puluhan tahun. Apalagi kalau bukan berkat pundi-pundi Malfoy yang melimpah. Namun tak membuat sang Lady Malfoy, Narcissa berbahagia. Cissy begitu sedih melihat suaminya dan Draco tak pernah tega terhadap ibu yang paling dikasihinya itu.

Tak ada jawaban, Draco membuka pintu kamar dan menemukan ibunya duduk diam menghadap jendela.

"Mother," Sekali lagi Draco memanggil Ibunya, kali ini ia menambahkan sentuhan dipundak sang Ibunda.

"Draco, ada apa? Maaf ibu tidak mendengarmu." Narcissa tersenyum lemah dan menggenggam tangan anaknya.

"Aku mendapat surat dari Hogwarts, aku menjadi headboy." Draco mengulurkan undangan yang baru saja diterimanya.

"Bagus Draco, Ibu bangga padamu nak. Ibu senang kau bisa kembali bersekolah lagi." Tersenyum tulus, Narcissa mengusap lengan putranya.

"Terimakasih Mother, besok aku akan berangkat."

"Oh, tentu saja new headboy. I love you Draco. Berhati hatilah, kirimi aku surat sesering mungkin." Terkekeh pelan sambil menitikkan air mata, Narcissa senang sekaligus sedih melihat anaknya kembali bersekolah.

"Of Course, Mother, I love you more."

*

"Selamat datang Mr. Malfoy."

Draco tersenyum tulus dan mengangguk melihat kepala sekolah barunya. Seperti biasa gengsinya terlalu tinggi untuk mengucapkan terima kasih karena telah dipercaya menjadi ketua murid bahkan setelah berbagai kejahatan yang dilakukannya.

Terdengar suara pintu dibelakangnya terbuka. "Dan oh, selamat datang Miss Granger, kalian berdua memang tepat waktu."

Wait, what? Granger? Hermione Granger?

Draco memutar lehernya cepat sesaat setelah Professor McGonagall menyebut nama itu. Terlalu cepat malah. Dan mata abu-abunya terkunci pada manik hazel didepannya. She's here. Draco begitu terkejut hingga lupa menutup mulutnya. Ia pasti terlihat sangat idiot. Draco baru sadar akan kebodohannya dan cepat-cepat menyetel datar wajahnya. Seperti seharusnya.

"Well, welcome home Malfoy." Hermione mencoba memecahkan keheningan selagi mereka berjalan beriringan menuju asrama.

"Miss me, Granger?" Draco menyeringai. Ia begitu bahagia hingga ingin lompat-lompat sekarang namun seperti biasa menyetel wajahnya sedatar ia bisa. Ketika menyadari partner ketua muridnya, ia hampir saja tertawa girang dan mencium McGonagall karena memasangkannya dengan gadis yang begitu lama ia idamkan.

"You wish, Malfoy!" Hermione berjalan cepat meninggalkan Draco dibelakang. Apa Granger itu tertular tempramen Weasel idiot?

Damn it! Benarkah mereka pacaran? Bagaimana aku bisa lupa?

Ah aku memiliki tujuh hari bersamanya. Hanya kami. Dan aku tak akan mengeluhkannya







Holla, di chapter ini bakal ada kelanjutannya. Karena menurutku terlalu panjang jadi kubagi 2 antara flashback 1 dan 2. Maaf disini gaada Scorpius karena aku ingin menceritakan awal mula kedekatan dan perpisahan mereka. Hope you all like it guys! 😂😂

LOST [DRAMIONE FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang