Chapter 2

5.5K 538 12
                                    

The Burrow

I'll just wait for you
I guess that's the best I can do.

Draco POV

Pagi itu, aku membuka mata dan tak ada gumpalan coklat menggelitik hidungku. Pagi itu, tak ada tubuh mungil yang kurengkuh. Pagi itu, duniaku seakan runtuh seketika. Aku berteriak mencarinya ke dapur, kamar mandi, setiap sudut flatnya, kemanapun ia seharusnya pergi. Tapi nihil dan tak kutemukan apapun. Mencoba menelusuri jejaknya baik lewat aktivitas tongkat sihir maupun transportasi muggle, tak ada jejak sama sekali. Ia benar-benar menghilang. Bahkan, sepucuk suratpun tidak ditinggalkannya.

Aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan. Aku seolah menyerah menghadapi dunia. Pada malam hari itu juga, aku tanpa ampun membatalkan pernikahan kami-aku dan Astoria- yang 70% telah rampung. Tak peduli tatapan marah dan mengecam Lucius dan keluarga Geengrass tanpa menyadari satu mata berkilat marah dan dendam, aku meninggalkan mereka begitu saja. Yeah, so pathetic I am huh?

Setelah satu-satunya harapanku menemui Potter telah kandas, aku selalu mengurung diri dikamarku dengan berbotol-botol whiskey yang setia menemani. Untuk apa aku mencoba berpikir waras, jika alasanku untuk tetap waras sudah tidak ada kan? Mother berkali-kali membujukku untuk makan, hanya karena wajahnya yang begitu cemas aku memakan beberapa suap. Hanya karena Mother cemas. Garis bawahi itu.

Sebegitu berdampakkah kehadiran Hermione Granger di hidupku? Yeah, tebakan kalian benar. She's my everything. Apa aku sudah menjadi budak cinta? Apakah cinta boleh disalahkan? Kalian tahu jawabannya.

*

Normal POV

Harry bergegas menuju The Burrow untuk memberitahu Ron, bagaimanapun hanya pemuda berambut merah itu saja satu-satunya sahabat yang tersisa. Sesampainya disana ia disambut oleh banyak sekali rambut merah yang mengerumuninya ditambah Kingsley Shackebolt, menteri sihir yang baru telah menantikan kabar dari Harry.

"Bagaimana Harry? Apakah Hermione menghubungimu? Apa kita harus menjemputnya sekarang?" Dengan panik Ron Weasley memberondongi Harry dengan pertanyaannya.

"Ron! Biar Harry duduk terlebih dahulu" Molly menyela Ron dengan melotot lalu dengan nada lembut ia berbicara pada Harry. "Harry, nak minumlah terlebih dahulu kami tidak tergesa."

"Terimakasih Molly, ini kalian baca dulu." Tersenyum tipis, Harry mengedarkan surat Hermione pada para Weasley yang hadir. Bahkan Bill dan Fleur ada disana.

Beberapa menit yang hening, Harry bisa mendengar helaan napas berat dari satu persatu orang-orang yang ada.

"Lalu bagaimana rencanamu Harry?" Percy Weasley, memecahkan keheningan dan menanyakan kelanjutan rencana mereka. Diikuti anggukan kepala merah lainnya. Ugh, Harry masih sangat tidak suka ketika dirinya seolah menjadi pemimpin mereka. Harry selalu tertekan apabila keputusannya malah membahayakannya dan orang-orang sepertinya menurut saja apa yang menjadi recana Harry. Itu tak membantu sama sekali.

"Mungkin, ehmm.." Ginny, takut-takut mengeluarkan pendapatnya.

"Katakan saja Ginny, tidak apa-apa kita rundingkan bersama." Harry berkata lembut pada kekasihnya itu.

"Menurutku, Hermione membutuhkan waktu untuk sendiri, dan sepertinya ia tak ingin orang-orang khawatir atau mencarinya. Hermione adalah penyihir cerdas, ingat? Ia pasti memikirkannya matang-matang dan tak sembrono kabur seperti ini. Hanya, percayalah padanya."

Harry memikirkan kata kata Ginny dan dengan berat hati mengakui bahwa Ginny benar. Ia melihat bahwa Ron akan protes, namun kebanyakan dari kepala merah itu mengangguk setuju dengan apa yang dipikirkan Ginny. Menghela napas pelan, Harry Potter memberi keputusan berat "Pencarian Hermione, dihentikan. Benar kata Ginny Hermione tahu apa yang dilakukannya. Sebagai sahabat, aku akan selalu mendukung keputusannya."

Dengan itu, Harry melangkah pergi ke halaman belakang dan mencoba menulis surat untuk Hermione yang entah berada dimana.

*

Dear Hermione,

Apa kabarmu disana Mione?
Tentu saja aku dan Ron baik baik saja disini.
Kami seperti kebakaran jenggot mencarimu, kau tahu? Bagaimana bisa kau tega meninggalkan kami setelah apa yang kita lakukan bertahun-tahun?
Oh ayolah Hermione, aku hanya bercanda jangan memutar bola matamu.
Kami telah mengambil keputusan, kami mempercayaimu. Cepatlah kembali, kami merindukanmu.

PS: Cobalah menghubungi Malfoy, percaya atau tidak ia seperti mayat hidup sekarang.

With Love,
Harry.

Tersenyum kecil, Hermione melipat rapi kembali surat yang dikirim sahabatnya tadi. Ia sedikit terkejut ketika Pigwidgeon burung hantu Ron menghampirinya. Mau tak mau ia juga mengakui merindukan kedua sahabatnya yang konyol itu. Namun, ada satu pria yang membuatnya terus berpikir dan merasakan kepedihan. Seorang pria yang ditinggalkannya, seorang pria yang menjadi alasan kepergiannya. Benarkah ia seperti mayat hidup? Oh stupid Draco Malfoy harusnya ia berbahagia dan melanjutkan hidupnya. Membangun keluarga dan mempertahankan kemurnian darahnya bukan malah melakukan tindakan tolol seperti itu.
Hermione tersenyum tipis mengingat kebersamaannya dengan pria Malfoy itu, mau tak mau ia mengelus perutnya yang masih tampak rata. Hermione sangat merindukannya, namun setidaknya ia berbahagia menyadari ada bagian dari kisah cintanya yang kini tumbuh dalam rahimnya. Hermione beranjak dari halusnya pasir putih dan semilir ingin pantai yang sedari tadi menemaninya menuju rumah kecil di pesisir pantai yang asri. Rumah barunya.

To be continue,
Maaf typo(s) ehehe
Vomment pls! XD

LOST [DRAMIONE FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang