Chapter 5

4.3K 442 4
                                    

Warning! Mature content.

Flashback 2

She was a shooting star,
Her smile so bright and rare,
That by time that you had blinked,
There was no sign it had been there.

~e.h

Aaahhh, get out! Get out for us! Protego! Protego Maxima! No! Dont touch him! Dont touch Us!”

Draco keluar dari kamarnya cepat sambil memegang tongkatnya erat. Ia begitu shock akan teriakan yang menggema diasrama dan ditengah malam seperti ini. Merlin! Ini sudah keenam kalinya.

“Granger, bangun.” Granger,” Draco berusaha menepuk pipi gadis itu pelan sambil mengusap lengannya. Ia masih saja kaget ketika Hermione bangun dan melompat memeluknya erat. Draco tahu wajah gadis itu telah dipenuhi air mata. Pertama kali Draco menemukan Hermione seperti ini dimalam pertama mereka di Hogwarts dan seketika Draco tahu bahwa gadis itu trauma dan betapa hidupnya diwarnai kesakitan.

“Ssshh, Im here Granger, Everything will be alright,” Draco mencoba menenangkan Hermione dan mengelus punggungnya.

“Malfoy, temani aku, please.” Tanpa memintapun, Draco dengan senang hati akan menemani. Ditambah Hermione menatapnya dengan puppy eyes, mana bisa Draco menolaknya. Mengecup puncak kepala Hermione, Draco tanpa banyak bicara merengkuh Hermione kedalam dadanya dan mereka tertidur sampai pagi tanpa teriakan apapun.

*

Semenjak menjadi ketua murid, hubungan Draco dan Hermione semakin dekat. Teriakan-teriakan dimalam hening menjadi saksi betapa dekat mereka sekarang. Draco telah terbiasa bangun dipagi hari dengan gumpalan coklat menggelitik wajahnya dan Hermione telah terbiasa melihat otot-otot lengan dan dada bidang yang memeluknya erat. Tak jarang mereka menghabiskan waktu diruang rekreasi ketua murid dengan cokelat panas ditangan dan tawa renyah mengiringi mereka.

Hermione menyadari, Draco adalah partner bicara yang cerdas dan asyik. Bukan berarti Harry dan Ron bodoh dan tidak asyik. Namun bersama Draco, Hermione merasa kepintaran mereka setara. Hanya saja Draco lebih malas dibanding dirinya. Sedangkan Draco sangat bersyukur tahun-tahunnya melihat dan tersenyum dari jauh kini terbayar kontan. Ia bisa meraih gadisnya.

Pertama kali sahabat-sahabatnya tahu bahwa partner ketua muridnya adalah Draco Malfoy, Harry hanya melihat Hermione datar dan Ron meledak-ledak marah. Harry meskipun rasa bencinya masih besar, ia cukup berterimakasih karena Malfoy junior itu telah membantunya ketika perang. Namun seiring berjalannya waktu, meskipun tidak suka namun sahabat-sahabatnya mulai berdamai dengan keadaan. Sementara Hermione dan Draco bersikap seolah biasa-biasa saja dan tak terjadi apa-apa diluar asrama mereka. Mereka cukup menyadari bahwa hubungan mereka akan sulit diterima. Jadi mereka cukup puas hanya membaginya satu sama lain.

*

Bisa ditebak lulusan terbaik Hogwarts adalah Hermione Jean Granger, Gryffindor.

Disusul oleh urutan kedua, Draco Lucius Malfoy, Slytherin.

“Apakah kita akan bisa bertemu lagi?” Hermione bertanya takut-takut, inilah yang ia takutkan. Ia jatuh cinta pada Draco dan dunia seolah tak merestuinya. Ia sudah hampir menangis mengingat ini adalah hari terakhirnya di Hogwarts.

“Kita akan selalu bertemu Granger, jangan khawatir. Aku mencintaimu.” Draco tersenyum tulus dan mencium kening Hermione. Ia selalu tahu waktu ini akan tiba. Dan ini terasa sulit. Draco belum siap.

“Draco, berita itu..” belum sempat melanjutkan kalimatnya, mulut Hermione telah disumpal oleh ciuman ganas Draco. Hermione merasa jantungnya berdetak begitu keras. Ia selalu merindukan ciuman itu dan ia tak pernah bosan melakukannya. Ia mengalungkan lengannya ke leher Draco dan pelahan Draco membimbingnya menuju ranjang kamar Draco.

LOST [DRAMIONE FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang