Storm
The right person, the wrong time
The right script, the wrong line
The right poem, the wrong rhyme
And a piece of you, that was never mine.K. Towne Jr.
Scorpius POV
Sudah hampir seminggu, mimpi-mimpiku menjadi nyata. Aku, Mum dan Draco bagai sebuah keluarga kecil yang bahagia. Seperti seharusnya. Atau perlukah aku menyebutnya uncle, atau father? Entah kapan Mum akan memberitahuku. Maksudku, kalian pasti menyadari seberapa mirip aku dengan Draco bukan? Aku benar-benar berharap Draco adalah ayahku. Ia benar-benar keren. Beberapa hari ini kami menghabiskan waktu bersama. Tentu saja aku mulai tahu bagaimana sikap dan semacamnya kan.
Mum masih saja bersikap dingin pada Draco, entah hubungan apa yang sudah ia dan Draco lalui, namun aku tahu ia mencoba membuka dirinya untukku. Sejak sore membaca buku di pantai waktu itu, aku semakin akrab dengan Draco.
Sepulangnya dari bersekolah —yeah aku bersekolah di sekolah muggle sebelum surat dari sekolah sihirku datang, aku akan menghabiskan waktu di cottage Draco. Ia akan menyihir belakang cottagenya menjadi lapangan quidditch super luas dan mengajariku bermain quidditch. Aku mampu belajar dengan cepat mengingat itu adalah pengalaman pertamaku terbang.
Mum tidak suka terbang, by the way. Atau di lain waktu, Draco akan mengajakku berenang di laut, berjemur atau membaca buku. Beberapa kali kami juga membantu Mum di toko.
Sesekali aku akan mengajarinya memasak jika kami sangat kelaparan. Draco benar-benar payah dalam memasak. Ia bercerita bahkan ia belum pernah melihat orang memasak sebelum bersama Mum—Draco kelepasan bicara pada bagian ia bersama dengan Mum, ia membuatku bersumpah tak akan membicarakan apapun pada Mum tentang itu—karena ia terbiasa dilayani oleh house elf. Aku juga semakin mengenal Draco kemudian. Aku baru tahu ia adalah keturunan salah satu darah murni tertua di komunitas sihir Inggris, sementara Mum adalah muggleborn. Aku tak pernah benar-benar membicarakan ini sebelumnya bersama Mum.“So, Scorp apakah kau tidak lapar?” Draco bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca. Kami sedang membaca buku di beranda depan cottage Draco.
“Ini sudah sore uncle, aku rasa Mum akan segera datang menjemputku dan mungkin kita bertiga bisa makan bersama?” Aku mengerling kearahnya. Draco memaksaku memanggilnya uncle, alih-alih Draco. Memanggilkan Mother alih-alih Mum. Dalam beberapa hal ia masih menjunjung tinggi tradisinya kurasa.
“Benarkah? Apakah your Mother mau makan malam bersamaku?” Draco memandangku dengan mata berbinar. Aku seperti melihat mataku sendiri ketika melihat matanya. Sejauh ini, Mum tak pernah mau makan malam bersama kami.
Seringkali ia mengajak(read:memaksa)ku pulang atau membiarkanku sesekali makan malam bersama Draco. Malam ini aku akan memastikan Mum mau makan malam bersama kami.
Aku memang egois jika kalian ingin tahu. Entah darimana kuwarisi sifat itu. Mum adalah orang yang selfless. Aku pernah mendengar dari Draco bahwa Malfoy akan mendapatkan segalanya. Kurasa kata-kata itu juga cocok untukku.
“Entahlah uncle, aku akan meyakinkannya malam ini.”
“Terimakasih Scorp, itu benar-benar berarti bagiku.” Draco berkata dengan tulus.
Inilah yang membuatku sedikit bingung. Draco bertingkah dan sangat menunjukkan bahwa ia benar-benar menginginkan Mum. Sementara Mum seperti ingin cepat-cepat pergi ketika bertemu Draco. Meskipun diam-diam aku sering memergoki Mum menatap lembut kearah Draco.
*
Mentari mulai bersinar malu-malu dan perlahan pulang ke peraduannya. Senja menjadi suatu pemandangan favoritku sejak dulu. Dari beranda cottage Draco, senja terbingkai indah.
![](https://img.wattpad.com/cover/133285532-288-k526525.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST [DRAMIONE FANFICTION]
Fanfic[Draco Malfoy X Hermione Granger] Rumor yang menyebutkan Hermione Granger sebagai orang ketiga dari hubungan pewaris tunggal klan Malfoy, Draco Malfoy dan seorang wanita pureblood, Astoria Greengrass merebak luas. Kepergiannya yang tiba-tiba juga me...