Starting.
You think they are kind because they are good.
But goodness is not kindness.
And there is nothing crueler than virtue.Cassandra Clare, City of Heaveniy Fire.
At Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry
Scorpius Hyperion Malfoy sama sekali tidak terkejut ketika topi seleksi meneriakkan Slytherin begitu kencang bahkan sebelum menyentuh rambutnya—bukan berarti ia ingin rambutnya tersentuh topi buluk yang entah sudah berapa juta kali mendarat di kepala orang yang berbeda. Dengan tampang datar dan bosan, Rion segera menuju meja paling ujung di sebelah kiri ruangan yang kini bersorak karena satu lagi keturunan Malfoy, pure blood menjadi penghuni house itu.
Ia segera duduk di kursi terujung dan menyangga wajahnya bosan. Ia sedang tak berminat memasukkan makanan atau minuman itu kedalam tubuhnya. Tidak, setelah sekali lagi panutannya—ayahnya menyakitinya. Meskipun sebenarnya ayahnya bahkan tak bermaksud seperti itu. Tapi tetap saja ia cemburu dan tidak akan pernah terbiasa akan keberadaan mudblood dan half blood disekelilingnya itu.
Flashback on.
Rion dan Draco berapparate tepat waktu di stasiun King Cross. Rion hanya menatap bosan pada sekerumunan orang dan lebih banyak lagi yang hilir mudik. Tujuan mereka semua satu. Mengantarkan anak-anak mereka untuk menuju ke Hogwarts. Tahun ajaran pertama telah dimulai. Draco kentara sekali sedang mencari cari seseorang. Rion hanya mendengus melihatnya.
Tak lama kemudian, muncul wanita dengan rambut keriting cokelat hangat menggandeng seorang anak lelaki yang serupa dirinya sendiri. Berambut pirang dan duplikat ayahnya. Mereka berdua berjalan dengan riang menuju Draco dan Rion. Dalam benaknya, Rion menyesal menolak diantar oleh Nana. Ia berharap pada hari pertama menuju Hogwarts ia akan diantar oleh ayah dan ibunya, mereka bergandengan tangan bertiga dan ibunya mengecup pipinya hangat. Oke lupakan hayalan konyolnya. Karena jelas ibunya sudah tiada.
"Hello Draco, Rion." Hermione menyapa mereka berdua hangat. Hermione begitu senang bertemu dengan mereka lagi. Matanya berbinar bahagia menambah aura kecantikannya. Hermione mengacak pelan rambut Rion. Namun Rion hanya melengos. Tidak tertarik.
Hermione hanya tersenyum maklum memahami putra dari pria yang dicintainya. Anak itu baru saja kehilangan ibunya. Hermione tidak ingin menggantikan tempat Astoria. Hanya saja ia ingin, Rion menerima kehadirannya. Hanya itu.
Sementara disisi lain Eltan tersenyum senang bertemu dengan Ayah dan saudara tirinya. Ia tidak menyadari buruknya mood saudaranya itu. Ia terlalu senang bertemu dengan ayahnya lagi.
"Hai Hermione, Eltan. Senang bisa bersama kalian lagi." Draco mencoba mencairkan suasana dengan menepuk kedua pundak putranya. Draco merasa sedih sekali melihat perlakuan Rion. Tapi ia memaklumi, mencoba mengerti. Ia baru saja merenggut kebahagiaan putranya itu. Draco tak kuasa untuk menebusnya atau memaksa putranya lagi. Rasa bersalah itu mulai menghantamnya lagi.
Hermione yang menyadari arti dari pandangan Draco segera mengajak mereka semua kepinggir kereta sambil bertanya apa kebutuhan kedua anak lelaki itu sudah sesuai dan tak ada yang tertinggal. Hermione tidak ingin melihat Draco seperti waktu itu lagi. Dua minggu setelah kematian Astoria Malfoy, Draco menemuinya. Dengan hancur. Mereka berdua berbagi tangis berhari-hari. Namun kemudian Draco berjanji akan bangkit. Bersama dengan Rion. Hermione tak ingin Draco kembali merasa hancur lagi.
"Mum, Albus disana. Bolehkah aku bergabung bersama kompartemennya?" Eltan bertanya antusias pada Hermione.
Hermione berdeham sejenak. Menahan keinginan memeluk sahabat-sahabatnya diujung sana. Ia sedang bersama Draco dan Rion. Ia tak ingin keadaan semakin awkward.
"Tentu saja sweetie, kau harus berpamitan terlebih dahulu kepada ayah dan saudaramu."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST [DRAMIONE FANFICTION]
Fanfiction[Draco Malfoy X Hermione Granger] Rumor yang menyebutkan Hermione Granger sebagai orang ketiga dari hubungan pewaris tunggal klan Malfoy, Draco Malfoy dan seorang wanita pureblood, Astoria Greengrass merebak luas. Kepergiannya yang tiba-tiba juga me...