Prolog

85 5 2
                                    

Setiap insan di dunia pasti pernah berbuat dosa, sebaliknya semua insan di dunia juga pernah menjadi korban dari si pembuat dosa. Tangan-tangan manusia hanyalah menjadi perusak di dunia. Tak sekalipun kejahatan berhasil dimusnahkan, tak dapat dicabut dan dihilangkan hanya dapat dipangkas untuk sementara waktu.

Hujan turun dengan deras, seakan menyapu seisi bumi tanpa ampun. Jangankan perpisahan kokokan ayam, longlongan anjing pun tak terdengar oleh telinga. Di saat itu pula, saat sang surya mulai berpamitan untuk pergi, tangan-tangan jahil dan kotor tanpa iba meraba seluruh tubuhku tanpa ampun. Aku hanyalah seorang gadis kecil yang tidak tahu apa-apa hanya bisa diam dan membisu. Ku tak tahu itu benar atau salah. Yang ku tahu rasanya sangat sakit dan menyiksaku.

Ingin kuberteriak dan meronta meminta pertolongan, tapi sayang di tempat itu aku tak berdaya, di teras depan rumahku.

Suasana gelap melingkupi seluruh rumahku. Yang kurasa hanya rabaan tangan yang besar dan penuh hasrat menimpa dan menyiksaku tanpa ampun. Seakan belum cukup puas, badan mungilku dibaringkan di atas meja kayu di sudut ruang teras. Tak ada siapapun yang menolongku, aku yang tak berdaya hanya bisa diam..diam...dan diam.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Kring...kring...suara alarm membangunkanku. Kali ini aku bersyukur dapat terbangun dan meninggalkan mimpi buruk itu. Kenapa hal itu terus menghantuiku, bahkan sampai usiaku yang menginjak 25 tahun. Kulihat jam dinding masih menunjukkan pukul tiga dinj hari, kenapa aku menyetel alarm secepat ini? Oh iya aku harus menyediakan laporannya, semua bukti-bukti harus kusimpan di tempat yang kuyakin aman.

Bergegas aku menuju ruanh kerjaku yang berjarak lima meter dari kamar tidur. Uh...ini akan menjadi hari yang melelahkan sekaligus mendebarkan dalam perjalanan karirku sebagai seorang pembela terdakwa.

Aku, Embun Cassandra seorang pengacara terkenal yang menangani berbagai macam kasus, tidak akan melewatkan hari berharga ini. Inilah hari yang akan menguji kemampuanku, inilah saat yang tepat aku membalas budi kepada dia.

Sesampainya aku di ruang kerja, aku langsung membuka laptopku. Semua file kerjaku ada di dalam. Sebenarnya aku telah menyelesaikan semua jauh-jauh hari, bahkan aku telah latihan berbicara di persidangan nanti. Tapi, tetap saja perasaanku sangat berdebar-debar. Aku terbiasa menangani dan memenangkan kasus-kasus klienku, tapi untuk yang satu ini adalag hal yang sangat luar biasa bagiku.

Saat laptopku telah menyala, aku langsung membuka file yang kuperlukan. Benar-benar bukan hal yang sulit untuj mengumpulkan bukti-buktibdalam kasus kali ini. Karena semua hal ini berhubungan denganku.

Sungguh sakit membuka kenangan lama yang seharusnya sudah ku kubur dan ku buang jauh dalam hidupku. Namun, demi hari ini aku siap mengenang semua kenangan pahit itu. Aku berjanji akan mengungkapkan semuanya secara jujur dan adil.

Aku langsung duduk di sofa kesukaanku yang terletak dekat jendela di sudut ruang kerjaku. Sofa berwarna hijau muda dengan dengan meja kecil di tengahnya, ditambah pemandangan yang dapat kuniknati dari jendela diluar apartemenku. Dari sinilah aku dapat melihat suasana hiru pikuk kota besar ini. Tampak ramai kendaraan melintasi jalan-jalan besar. Lampu-lampu jalanan dan kota berkerlap-kerlip, padahal ini sudah pukul tiga dini hari. Sebentar lagi sang surya akan menyapa dunia ini, kota tempat beribu aktivitas.

Dari gerai jendela ini, aku perlahan dapat mengingat semua kenangan yang aku butuhkan dalam persidangan hari ini.

GugurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang