Kesempatan Kedua

9 1 0
                                    



Saat aku tersadar, aku sudah berada di rumah sakit. Aku masih hidup, Allah telah memberikan kesempatan untukku di dunia ini. Sudah berapa lama aku pingsan, apa yang terjadi dengan dokter Danang dan Thefani? Aku harus bangun dan melihat mereka.

“ Embun, kau sudah sadar? Ayah cepat panggil dokter bilang kalau Embun sudah siuman.” Ibu terlihat sangat gembira. “ Bu, sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri?” Tanyaku pada ibu, ia terlihat sangat mencemaskan diriku.

“ Kau koma selama tiga bulan .” Ibu mengucapkannya sambil menangis, ia memeluk tubuhku yang masih lemah. Dokter datang dan memberikan beberapa suntikan padaku. Aku menjalani masa- masa penyembuhanku selama sebulan penuh. Total inapku di rumah sakit sudah empat bulan.

Aku tidak pernah melihat Thefani dan dokter Danang datang menjengukku. Ayah, Ibu dan Ali yang setiap hari bergantian menjagaku. Aku harus bertanya pada Ali apa yang terjadi sebenarnya.

Tepat saat Ali menjagaku, aku bertanya semua hal padanya. Ali menjelaskan semuanya padaku. Aku tahu bahwa Thefani sudah di bawa pergi oleh orang tuanya ke Austaralia,  mereka ingin memberikan perawatan mental dan sekolah yang baik pada Thefani. Karena semenjak kejadian itu, Thefani mengalami trauma akut. Ia tidak mau keluar dari kamarnya, dan mengunci diri di kamarnya.

Dokter Danang berada di dalam penjara. Ia dinyatakan telah melakukan praktik pembunuhan. Ms. Dian masih setia menunggunya, setiap hari Ms. Dian selalu mengunjunginya di penjara. Ia terkena hukuman 20 tahun di penjara.

“ Kak, tahukah kakak? Dokter Danang mencintaimu. Sangat mencintaimu.” Ali mengucapkan sesuatu hal yang sulit kuterima. “ Apa maksudmu Ali? Dia hanya menganggapku adiknya, sama sepertimu. Dia mencintai Ms. Dian.” Ucapku tidak terima dengan perkataan Ali.

“ Kau salah kak. Kau ingat dia pernah memberimu hadiah gelang? Itu adalah gelang pasangan. Ia menyimpan yang satunya lagi. Jika tengah gelang itu kau buka, kau akan melihat fotomu dan foto dia di gelang itu.

Jangan remehkan ingatan photografiku ini kak, dokter Danang juga pernah meninggalkan dompet dan handphnenya pada malam ulang tahunmu yang ke-15. Aku melihat di dompetnya terselip fotomu.

Bacground handphonenya adalah foto dia bersamamu. Karena itulah dia kembali lagi ke rumah dan tidur sampai pagi di rumah waktu itu. Kau tidak pernah sadar saat aku meledekmu dengan dia.”

“ Kau pasti salah Ali, kalau dia mencintaiku dia tidak akan menikah dengan Ms. Dian.” Ucapku menentang pernyataan Ali. “ Dia melakukan itu untuk melindungimu. Ia mengaku tidak ingin menjadikanmu lebih dari adiknya, usia kalian berbeda 10 tahun. Itu bukanlah jarak yang sedikit. Dia malu menyukai anak kecil kak. Karena itulah dia berusaha melupakan perasaannya itu. Dia malu telah menyukaimu, seharusnya dia menjaga pasien dan adiknya bukan malah jatuh cinta terhadapmu. Untuk itulah dia menikah dengan Ms. Dian.”

“ kenapa kau baru memberi tahukan padaku sekarang li?” Aku menangis mengingat semua yang Danang lakukan untukku. Aku selama ini sudah salah sangka terhadapnya, semua yang ia lakukan hanya untuk melindungiku.

“ Dokter Danang menyuruhku untuk tutup mulut kak, aku sudah berjanji padanya. Sekarang aku membukanya karena aku tidak rela kau memandang jelek pada dokter Danang.” Ucap Ali dengan raut wajah yang sangat serius.

“Ali, kenapa dia harus di penjara? bukan dia pelakunya, kak Farhanlah yang melakukan semua ini. Kak Farhan yang menusukku dengan pisau itu, ia yang memiliki pisau itu. Dokter Danang hanya ingin membantuku.” Aku mencoba menjelaskan semuanya pada Ali.

“ Terlambat kak, kau koma terlalu lama, kak Danang kalah dalam pengadilan. Dia harus menerima hukuman itu. Aku, ayah , dan Ibu tahu kalau dia mau melindungimu. Kami melihat semuanya dari rekaman cctv yang diletakkan di ruang tamu. Tapi, bagaimana pun juga dia telah membunuh kak Farhan. Laporan cctv tidak bisa dijadikan bukti kuat untuk membebaskannya.” Ali menjelaskannya dengan sangat detail. Ia begitu pintar membaca situasi. Sekarang Ali menginjak bangku SMP.

Aku tetap melanjutkan hidupku. Tidak ada yang bisa aku lakukan. Keluargaku terus memberikan semangat padaku. Mereka sudah tahu semua kejadian yang menimpaku sebenarnya. Termasuk bahwa kak Farhanlah yang merenggut harga diriku.

Aku melewati hari- hariku penuh kesedihan, menyesali jalan hidup yang aku lalui. Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah belajar dan menjadi orang sukses ke depannya. Aku tidak boleh mengecewakan orang tuaku.

Kuhabiskan waktuku satu tahun ini untuk belajar. Aku sudah kelas 3 SMA, saatnya aku serius menentukan masa depanku. Soal phobia ini, aku masih terus mengalaminya. Aku bisa mengontrolnya, tapi tidak bisa melenyapkannya dari kehidupanku.

Hari- hari kerjaku hanya sekolah dan belajar, aku sudah memutuskan akan menjadi apa. Kulepaskan cita- citaku menjadi dokter. Aku akan belajar dan menjadi pengacara hebat . Aku akan membebaskan dokter Danang dari semua kesalah pahaman ini. Kehidupan terus berlanjut.

Tidak tahu seberapa sulit masalah yang dihadapi… jalani, teruslah melangkah. Jadikan semua kenangan baik dan buruk menjadi pelajaran berharga dalam hidup.




GugurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang