Happy Reading
Taylor POV
Bahkan memandanginya dari sini saja sudah membuatku merasa deg degan. Jantungku bahkan berdebar dengan ritme yang tidak normal. Lihatlah muka yang tampan itu, rambut yang berantakan namun tetap kelihatan keren. Bahkan aku sampai lupa bahwa dia sedang duduk di depanku sekarang sambil berbicara dengan temannya. Kami sekantor namun jarang saling bercakap dan hal itu yang membuatku merasa bodoh. Bagaimana bisa dia bisa mengenalku kalau bahkan berbicara dengannya saja jarang. Bukankah itu hal yang tidak mungkin, kan.
Sambil mengerjakan pekerjaan kantor, sesedikit aku meliriknya untuk mengagumi dirinya. Sangat aneh mungkin, tapi aku seorang laki laki tetapi mengagumi seorang laki laki pula. Menurutku itu tidak aneh, karena aku memang sudah hidup di lingkungan yang tidak jauh dari kata aneh. Aku sudah mengaguminya selama 2 tahun ini dan tetap memendam perasaan tersebut. Aku tidak berani untuk mengungkapkannya. Aku sangat takut kalau dia malah membenciku karena hal ini. Sungguh, kenapa aku suka sekali berfikir keras seperti ini. Sepertinya aku harus ke toilet sekarang untuk membuat pikiranku kembali menjadi segar kembali. Sesampainya di toilet, aku membasuh wajahku dan melihat bayanganku di cermin.
'Kenapa aku menyedihkan seperti ini.'
Aku merasa tidak akan mendapat cintanya dan harus berhenti berharap, bahkan perjuanganku selama 2 tahun ini sepertinya harus ku lepaskan begitu saja. Dia pasti seorang pria straight yang menyukai payudara yang besar, pinggul yang besar dan juga rambut yang panjang. Apa yang bisa ku andalkan untuk diriku sendiri, dada yang rata, badan yang biasa saja bahkan penampilan yang tidak menggoda. Sangat tidak mungkin.
"Ini sangat bodoh! Berhentilah menyukainya!." Aku mengambil jam tanganku dan segera keluar dari toilet.
BRAK!
Sial! Bodohnya aku, bisa bisanya aku tidak memperhatikan jalan dan menabrak seseorang. Tidakkah tindakanku ini sangat bodoh.
"Ma-Maafkan saya, saya tidak sengaja." Kataku meminta maaf kepada orang yang kutabrak ini.
"Tidak apa apa, sini aku bantu." Orang itu mengulurkan tangannya dan membantuku untuk berdiri.
Akupun mengambil tangannya dan menjadi pegangan untukku berdiri. Aku memperbaiki bajuku yang kelihatan berantakan.
"Terima ka........ sih." Dia, dia kan..... Josh.
"Sama sama, hehe." Dan dia tersenyum padaku. Tersenyum padaku!.
"Jo...sh."
"Ya, itu aku. Kalau boleh tau, siapa namamu?."
"Na-Namaku Tylor."
"Oh Taylor.... Baiklah Taylor, aku ke toilet dulu." Dia berpamitan padaku dan masuk ke dalam toilet.
Akhirnya setelah sekian lama, aku mendapat kesempatan untuk berbicara dengannya. Sungguh kesempatan langkah dan akan jarang terjadi. Aku merasa sangat bahagia sehingga kembali ke meja kerjaku saja sambil tersenyum senyum layaknya orang yang sedang jatuh cinta. Bahkan aku membiarkan tatapan orang yang menatapku heran.
Sudah pukul 4 sore dan sudah waktunya untuk pulang. Aku singgah sebentar tadi untuk membeli bahan makanan untuk makan malam nanti. Pasti saja Paul sudah menungguku sekarang. Sesampainya di rumah, aku segera membuka pintu dan masuk ke dalam. Rumahku tidaklah terlalu besar tapi bukan seperti kos kostan juga. Bisa dibilang rumah sederhana saja. Aku mencari keberadaan Paul yang entah dimana dia berada sekarang.
"Paul, aku pulang!. Dimana kau." Dan tidak ada jawaban sama sekali darinya.
Kalau sudah begini, pasti ada hal yang sangat sibuk yang sedang dia lakukan. Aku segera melihatnya di ruangan dimana tempat dia suka lakukan pekerjaannya. Dia biasa mengatakan ruangan itu sebagai ruangan penghapus dosa. Entahlah apa yang telah difikirkan saudaraku ini sehingga dia menamakannya seperti itu. Setelah sampai di depan ruangan tersebut, aku kemudian mengetuk pintu dan memanggilnya.
"Paul kau di dalam?. Aku membawakan beberapa daging, apakah kau mau makan?."
Tak lama kemudian keluarlah seorang pria berumur 22 tahun dari ruangan tersebut. Dia membawa pisau pemotong daging dan memakai celemek yang berlumurkan darah. Dialah yang bernama Paul.
"Iya kak, aku mau makan. Tolong dagingnya dibiarkan setengah matang untukku."
Baiklah, itu memang kebiasaannya. Dia sangat suka sekali jikalau mau memakan daging. Sangat tidak suka daging matang. Dia sangat suka yang namanya daging mentah, namun karena aku melarangnya jadi aku menyuruhnya untuk memakan setengah makan saja.
"Apakah kau sedang ada kerjaan?."
"Seperti itulah kak."
Aku kemudian masuk ke dalam ruangan tersebut dan tercium bau amis dari ruangan ini. Akupun menyalakan lampu yang ternyata remang remang. Dan aku melihat sebuah mayat yang sudah di belah layaknya seekor ayam.
"Lihatlah kak, aku menemukannya di sebuah gang tadi siang."
"Paul! Apa yang kau lakukan dengan orang ini!."
"Dia orang jahat kak! Dia jahat dan dia harus mati."
Aku sungguh tidak mengerti apapun yang dia katakan. Aku hanya melihatnya dengan tatapan yang bertanya tanya.
"Dia telah membunuh seorang wanita tua untuk sebuah dompet. Nyawa di balas nyawa kak dan dia harus mendatkan hal itu."
Aku terus terdiam dan tetap mendengarkan perkataannya.
"Dia aku bunuh dengan pisau yang dia pakai untuk membunuh. Aku sudah mengirimkan wanita itu ke keluarganya kak. Aku orang yang sangat baik kan kak."
Aku bahkan tidak tahu harus menjawab apa pertanyaannya sekarang. Apakah perbuatannya ini baik atau tidak. Aku hanya mengangguk lemah untuk memberinya sebuah jawaban. Karena aku sangat tahu kalau adikku yang satu ini sangat benci penolakan.
"Kakak memang sangat mengertiku. Sekarang aku ingin mengambil organ tubuhnya untuk dijual. Daripada dia hidup membuat kerusakan di dunia, lebih baik dia begini saja untuk membantu orang lain. Kau tahu kak, aku suka memotong." Dia kemudian melanjutkan pekerjaanya, mengeksekusi bahan kesenangannya itu.
"Baiklah Paul, aku akan memasak makan malam sekarang."
Aku pun meninggalkan Paul dengan kesibukannya sendiri dan bergegas untuk membuat makan malam. Aku sebenarnya sudah biasa melihat kelakuan Paul seperti ini bahkan dia sanggup membawa 15 mayat pernah. Saat itu aku sangat marah karena dia membuat rumah berbau amis dan takut jika ada orang yang melihat. Aku bukannya takut kalau kami ketahuan, tapi aku hanya kasihan jika ada orang yang menjadi korban Paul hanya karena curiga kepada kami. Itulah kenapa kami tinggal di tempat yang sangat tertutup. Tidak ada tetangga dimana pun.
Sebenarnya keluarga kami sangatlah aneh. Ayahku adalahh seorang hypersex yang sangat menyukai BDSM dan Hardcore sex. Sedangkan ibuku adalah seorang wanita yang suka bereksperimen aneh terhadap semua makhluk hidup. Bahkan dia menikahi ayahku karena hanya ingin tahu bagaimana sex seseorang yang menyukai BDSM. Itulah kenapa menurutku hal aneh itu biasa saja. Dan karena itu, aku menganggap diriku aneh juga walaupun dengan sekuat tenaga aku menginginkan menjadi normal, namun tetap saja di dalam darahku mengalir kepribadian yang aneh. Tinggal tunggu saja waktunya.
Hai semua!!!
Ini adalah cerita baruku.
Semoga kalian sukaGenre nya agak seram, Psycopath
Jadi yang suka dengan darah darah ayo baca
Oke guys...
Vote and Comment
-Gee-
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Menangis
Action"Aku tak berdaya, aku tidak bisa berbuat apa - apa, hanya bisa menangisinya bersama. Aku tidak ingin membiasakan diriku dalam kesedihan. Maka dari itu Jika dunia menangis, aku akan menangis juga." Sebuah cerita yang bergenre Psycopath, sebuah perasa...