Real:Fake 15

247 17 0
                                    

Happy Reading...~~~



Author POV

Terlihat George sedang menikmati pria yang ada di depannya itu. Dengan memuaskan nafsunya buasnya, dia memainkan beberapa toy sex pada Taylor yang sangat terlihat kelelahan. Taylor kembali menyemburkan spermanya dan sudah ke Sembilan kalinya dia menyemburkan spermanya. Taylor sudah terlihat kelelahan dan juga terlihat air mata yang kering di kedua pipinya. George benar benar memperlakukan Taylor dengan sangat ganasnya bahkan masih belum puas bermain main dengannya.

"Ku-Kumohon... berhenti, jangan lakukan ini padaku... hu hu hu... hiks, kumohon."

"Diam! Kau jangan berisik! Aku sedang menikmati tubuh indahmu ini. Kenapa kau terlihat begitu seksi hmm..."

Ingin sekali rasanya Taylor mengeluarkan air matanya namun tidak bisa. Air matanya sudah kering dan tidak mampu lagi mengeluarkan suara tangisan. Saat ini dia hanya berpasrah dan menahan sakit yang diberikan George terhadapnya.

"Apa ini yang kau inginkan? Apakah kau menginginkan tubuhku?"

George terhenti dan melihat ke arah Taylor. Taylor masih menundukkan kepalanya karena keadaannya yang sudah sangat lemah.

"Apa maksudmu?."

Taylor menarik ujung bibir kanannya ke atas dan memberikan tawaan ringan. George melihatnya dengan pandangan yang bingung. George langsung mengangkat baju Taylor dan membentaknya.

"Kenapa kau begitu marah hmm...? Apakah perkataanku kurang jelas atau bagaimana? Kenapa kau begitu kebingungan. Baiklah kalau begitu akan ku ulangi perkataanku. Apakah kau hanya menginginkan tubuhku? Apakah kau sudah dengar? Hahahaha."

George langsung menampar Taylor dengan sangat kerasnya dan membuat wajah Taylor memerah.

"Kau jangan coba coba kurang ajar kepadaku. Kau pikir siapa dirimu! Jangan membuatku ingin memukulmu!."

"Memangnya kenapa? Jika memang kau ingin memukulku yah kau pukul saja, jangan ragu. Jangan membuatku seakan menganggapmu seperti orang yang akan kumintai tolong saat ini. Mungkin dalam mimpimu."

George kemudian melempar botol yang ada di sampingku hingga pecah. Dia berteriak dengan keras sehingga membuat ruangan ini menggema.

"Kenapa kau sama sekali tidak mengerti Taylor? Aku menginginkanmu dan ingin memilikimu. Aku ingin hanya aku yang ada di hatimu dan dipikiranmu. Kenapa kau tidak bisa mengerti perasaanku sama sekali?."

"Heh... hanya kau seorang? Apakah kau sedang sakit atau bagaimana. Maksudmu apa menanyakan hal itu padaku. Kau pikir memangnya aku akan mengikuti kemauanmu itu hah! Tidak tidak tidak, kau mungkin sedang bermimpi. Aku menyarankan padamu lebih baik berhenti, kau hanya menyia nyiakan tenagamu saja jika menginginkan hal tersebut."

"Apa artinya saat ini kau menolakku?."

"Menurutmu apa maksudku tadi bajingan! Tentu saja aku tidak ingin menerimamu menjadi pendampingku. Aku sudah mempunyai orang yang kucintai dan itu bukan kau. Kuharap kau mengerti dan lepaskan aku karena saat ini aku sedang ingin kencan dengan kekasihku tercinta. Asal kau tahu saja."

George menatap Taylor dengan wajah yang sangat memerah. benar benar kemarahan sudah sangat tidak terbendung lagi. George menarik rambut Taylor ke atas dan menciumnya dengan sangat ganas. Dia menggigiti bibir milik Taylor itu dan membuatnya benar benar menderita. Mau bagaimana lagi, Taylor sudah berada di dalam kandang buaya dan dia harus merasakan penderitaan di dalamnya.

Dunia MenangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang