Love:Death 5

288 24 0
                                    

Happy Reading......!!!!


Taylor POV

Apakah sebenarnya arti dari kehidupan ini? Diriku kenapa harus ada di dunia ini? Di tempat ini? Kenapa aku dilahirkan seperti ini? Kenapa keadaanku seperti ini? Ku ingin jawaban tapi hanya angina semu yang berhembus di telinga. Bodoh! Kenapa aku terlalu berharap akan hidup yang sempurna. Tidak ada yang namanya hidup yang sempurna, hanya ada sebuah kehidupan yang fana dan kebohongan dimana mana. Apa yang bisa diriku banggakan?

Duduk dipinggir pantai sepulang kerja dan sekaligus melepas penat yang ku rasakan. Selalu saja pantai ini menjadi tempatku meluapkan emosi, tempatku berbagi cerita, tempatku memikirkan pikiran bodoh. Aku selalu saja melakukan hal yang bodoh.

"Hei pantai, tidakkah kau ingin mendengar keluh kesahku?." Aku tetap saja berbicara sendiri tanpa peduli pandangan orang lain terhadapku.

"Aku merasa aku terlalu bodoh. Aku merasa sangat sendiri walaupun Paul ada di dekatku terus tapi menurutku itu belum cukup. Aku tahu, aku begitu egois karena menginginkan sesuatu yang lebih. Aku ingin seperti orang lain yang merasakan cinta. Aku tahu bahwa cintaku ini terkutuk dan aneh. Aku menyukai seorang pria dan dia bekerja di tempat yang sama denganku asal kau tahu. Tapi bodohnya aku karena tidak menyampaikan perasaanku padanya. Aku ingin sekali menyampaikannya namun aku takut. Aku takut dia pergi menjauhiku karena menyukainya. Kami belum terlalu dekat dan hanya berbicara jika kami bertemu saja. Apakah lebih baik ku pendam saja?."

Deru ombak yang mendekat bagaikan sebuah jawaban dari sang laut. Aku bingung dengan diriku sendiri. Apakah lebih baik kupendam saja dan membiarkan perasaan ini membatu di dalam hatiku. Baiklah, kurasa sudah cukup curhat untuk hari ini. Sudah hampir jam makan malam dan aku harus memasak untuk Paul.

Aku kembali dan menuju ke lapangan parkir. Aku kemudian mengambil motorku dan berniat untuk mampir ke minimarket sebentar untuk membeli beberapa bahan makanan. Karena pantai itu dekat dengan daerah perkotaan, makanya sangat mudah mencari minimarket di dekat sini. Setelah memakirkan motor, lekas aku segera masuk ke dalam. Aku segera menuju bagian daging dan membeli beberapa daging sapi. Saat mendapatkan apa yang diinginkan pada bagian daging, aku langsung segera menuju bagian sayuran. Saat ingin keluar dari bagian daging, tiba tiba aku menabrak seseorang. Cerobohnya aku karena tidak melihat keadaan sekitar dengan baik.

"Ma-Maaf, ini kesalahanku."

Orang itu kemudian berdiri dan mengambil barang belanjaannya yang berserakan. Karena merasa tidak enak aku kemudian ikut untuk membantunya.

"Maafkan aku karena membuat barang bawaanmu berserakan seperti ini."

"Ah, tidak apa apa. Terima kasih atas bantuannya."

Aku kemudian tersenyum kepadanya. Dia kemudian berbalik ke arahku. Tidak! Dia Josh. Ba-bagaimana ini??! Apa yang harus kulakukan. Aku kemudian menunduk dan berusaha menyembunyikan wajahku.

"Eh? Kenapa kau menunduk seperti itu? Apakah ada hal yang salah?."

Aku hanya menggelengkan kepala dan tidak mengeluarkan suara agar dia tidak mengetahuiku.

"Tunggu dulu, apakah kau Taylor, orang yang menabrakku di lift."

Ah.... Dia masih mengingatnya. Apa yang harus aku lakukan sekarang. Saat ini aku ketahuan dan tidak tahu harus melakukan apa. Aku kemudian mengangkat wajahku dengan perlahan dan menunjukkan wajahku.

"Hahaha... kau ini, bahkan di minimarket pun kau masih saja menabrakku."

"Maaf akan hal itu."

"Sudahlah, lupakan saja tentang hal itu. Kau ingin belanja apa?."

Dunia MenangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang