Truth:Betrayal 7

230 26 5
                                    

Selamat Membaca All


Taylor POV

Sudah seminggu sejak Paul datang ke kantor ini dan membuat kerjasama dalam sebuah proyek. Terkadang Paul berjalan jalan keliling di kantor ini namun jarang membuat interaksi denganku. Di kantor ini pun tidak ada yang tahu bahwa kami berdua bersaudara. Dia selalu menjaga jarak denganku dan aku pikir itu untuk pekerjaannya dan profesionalitasnya. Kami pun saat datang ke kantor tidak dengan kendaraan yang sama.

Saat ini aku sedang menuju ke ruang fotokopi dan sekalian beristirahat sejenak dari tugas kantor ini. Aku mengambil sebuah permen di kantongku dan membukanya.

"Ah, ternyata ada orang disni."

Tiba tiba permen itu lepas dari genggamanku dan jatuh. Melihat hal tersebut membuat moodku benar benar jatuh. Aku kemudian mengambil permen tersebut dan membuangnya di tempat sampah.

"Maafkan aku, aku sungguh tidak sengaja membuat permenmu jatuh tadi."

"Tidak apa apa, yang terjadi biarlah terjadi."

Aku kemudian berbalik dan melihat orang yang membuatku kaget tadi. Ternyata orang yang membuatku kaget tadi adalah Josh.

"Jo..sh."

"Ah, Taylor ternyata kamu. Maaf soal permennya yah."

"Itu tidak apa apa."

"Oh iya, kau sedang apa disini?."

"Oh itu..... ini aku sedang fotokopi surat dan sepertinya sudah selesai."

"Oh begitu yah."

Aku kemudian mengambil fotokopianku dan izin untuk pergi duluan.

"Kalau begitu, aku kembali dulu karena aku sedang banyak kerjaan."

Aku tersenyum dan pergi meninggalkannya. Tiba tiba aku merasa tanganku ditahan dan segera aku berbalik. Dadaku tiba tiba berdegup kencang dan wajahku jadi memanas.

"Tu-Tunggu."

Kami hanya berdiam dengan posisi seperti ini dan saling menatap. Aku tidak menyangka aku akan ditahan seperti ini olehnya.

"Ada... apa."

"Apakah.... Sebentar malam kau free?."

Tunggu, apa maksud pertanyaan ini. Apakah ini sebuah ajakan darinya?.

"Y-Yah... mungkin."

"Kalau begitu..... kalau begitu maukah kau makan malam denganku."

Aku hanya melongo mendengar perkataannya. Tunggu, dia mengajakku untuk makan malam. Apakah aku sedang tidak bermimpi. Orang yang aku idam idamkan mengajakku untuk makan malam. Aku selalu tidak pernah berpikir akan bisa makan malam dengannya. Berbicara dengannya saja sampai sedekat ini sangat membuatku senang.

"Apakah kau tidak mau?."

"Ba..iklah, aku.. aku mau."

"Benarkah?! Terima kasih."

Dia kemudian memelukku dengan erat. Kepalaku seperti melayang sekarang dan seakan melupakan semua masalahku. Aku tidak sanggup untuk berkata apa apa lagi. Di otakku hanya terbayang adegan pelukan ini.

"Kalau begitu kita bertemu di restoran di persimpangan jalan. Sampai ketemu jam 8."

Dia kemudian pergi dan meninggalkanku dalam keadaan kaku. Aku sendiri masih belum sadar sepenuhnya dengan apa yang terjadi. Aku masih berdiri sambil memegang fotokopian yang ada di tanganku.

Dunia MenangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang