Truth:Betrayal 8

241 19 3
                                        

Happy Reading~~


Taylor POV

Aku tidak tahu bahwa akhirnya aku bisa sangat dekat dengan Josh, bahkan aku mengira semua ini adalah mimpi. Saat ini aku dan Josh sedang makan siang di luar kantor. Sebenarnya aku yang mengajaknya untuk makan di kantin kantor seperti biasanya tapi tiba tiba aku diajaknya untuk makan di luar saja. Mau tidak mau aku ikuti saja yang dia inginkan walaupun dimanapun dia mengajakku tetap saja aku akan menyukainya.

"Hei Taylor, kau tidak apa apa? Sedari tadi kau hanya melamun saja."

Aku kemudian menatapnya dan berusaha menyembunyikan wajah kagetku.

"Ah, tidak. Aku tidak melamun."

"Jangan berbohong, aku tahu kau melamun. Memangnya apa yang kau lamunkan hmm..?."

"Bukan hal yang penting. Aku cuma melamunkan suatu hal biasa saja."

"Oh begitu, kalau begitu makanlah. Daritadi kau hanya melamun dan memakan makananmu sedikit saja."

Aku kemudian terkekeh ringan dan mulai menyendoki makananku.

"Kau ini, kenapa aku harus menegurmu untuk makan. Kau seperti anak kecil saja."

"Siapa yang kau bilang anak kecil."

"Tidak, bukan siapa siapa."

Aku kemudian kembali menyantap makananku. Setelah menyelesaikan makan siang kami, kami kemudian menyegerakan diri untuk kembali kantor. Kami kemudian keluar dan menuju parkiran untuk mengambil motor Josh.

"Ini helmnya." Dia kemudian menyerahkanku sebuah helm. Aku kemudian mengambilnya dan mengenakannya.

"Terimakasih."

"Kalau begitu cepatlah naik dan kita segera kembali ke kantor."

Aku mengangguk dan segera naik ke atas motornya. Setelah aku benar benar naik, Josh kemudian mulai melajukan motornya tersebut.

Sesampainya di kantor, aku dan Josh kemudian segera menuju ruang kerja kami.

"Baiklah kalau begitu, nanti kita bertemu lagi saat pulang."

Aku mengangguk keras sebagai tanda menyetujuinya. Dia kemudian menyentuh kepalaku dan mengacak acak rambutku.

"Kalau begitu aku pergi dulu, Taylor."

Dia kemudian pergi dan meninggalkanku disini. Aku berdiri bingung sambil menyentuh rambutku yang disentuh oleh Josh. Tiba tiba pipiku merasa memanas dan aku tersenyum senyum karena sentuhannya itu. Sejenak aku berpikir apakah Josh itu benar benar suka padaku? Namun pemikiran tersebut aku coba untuk membuangnya menjauh. Aku merasa Josh tidak mungkin menyukaiku dan hanya menganggapku teman tapi dengan hubungan seperti itu pun aku sudah senang yang penting aku bisa dekat dengannya tanpa merasa ragu lagi. Aku kemudian terkekeh ringan mengingat kejadian tadi. aku kemudian berbalik dan menuju ke ruanganku. Sesampainya di lift aku bertemu oleh George. Aku sangat tidak ingin perasaan senangku ini hancur oleh adanya dia. Aku kemudian mengacuhkannya dan menganggapnya tidak ada. Aku kemudian masuk dan menuju ke bagian belakang dan membiarkannya sendiri di depan sana. Saat ini hanya aku dan dia yang berada di dalam lift ini dan itu membuat diriku sendiri tidak nyaman. Aku dibelakang sini hanya mengingat kejadian indah yang terjadi padaku tadi.

"Hei bodoh, kenapa kau tersenyum senyum seperti itu."

Tiba tiba dia mengkritikku. Aku tidak menjawab dan hanya mengacuhkannya saja.

"Hei kau sudah gila yah, senyum senyum sendiri tidak jelas. Sudah gila tuli lagi."

"Bukan urusanmu bajingan."

Dunia MenangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang