Truth:Betrayal 9

210 23 7
                                    

Happy Reading~~~


Josh POV

Aku membawa Taylor ke rumahku untuk menenangkannya. Dia sepertinya terlihat sangat syok karena kejadian tadi. aku membawanya ke kamarku dan menyuruhnya untuk beristirahat saja di sini.

"Bagaimana keadaanmu, sudah baikan."

Dia tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya. Aku kemudian menyentuh dahinya untuk mengetahui apakah dia sedang panas atau tidak.

"Untungnya kau tidak demam."

"Err... Josh, aku memang tidak demam sama sekali. Aku bahkan tidak apa apa sekarang."

"Eh, iyakah?."

Aku kemudian menggaruk belakang kepalaku karena sedikit merasa malu. Kalau begini lama lama aku bisa terus salah tingkah begini.

"Taylor, kau mau minum? Aku ambilkan oke."

"Air mineral saja, rasanya tenggorokanku kering."

Aku mengangguk dan kemudian menuju ke dapur untuk mengambilkannya air. Di dapur aku berusaha untuk menenangkan diriku karena aku akan terlihat aneh di depannya. Kenapa aku menjadi seperti ini, terlalu sulit untuk memikirkan sesuatu yang cocok. Aku kemudian menepuk pelan pipiku dan mengeluarkan kata kata semangat. Aku kemudian kembali ke tujuan awalku untuk mengambilkannya minuman. Setelah mengambil air mineral, aku kembali ke kamarku untuk membawakannya ke Taylor. Sesampainya di kamar, aku berusaha untuk tetap bersikap biasa dan tidak terlihat kaku.

"Ini airnya, silahkan diminum."

"Terima kasih."

Dia kemudian mengambil air tersebut dan meminumnya. Aku kemudian duduk di sampingnya sambil memeriksa kondisinya.

"Kau sudah baikan?."

"Aku baik baik saja Josh, tidak perlu khawatir."

"Oh begitu. Apakah orang tadi melukaimu?."

"Tidak kok, tidak ada yang terluka. Seharusnya kau yang harus dikhawatirkan."

"Aku? Kenapa aku harus dikhawatirkan?."

"Kan kamu tadi habis bertengkar dengan George tadi, apalagi kamu terkena pukulannya tadi."

"Tidak, itu bukan hal yang besar. Lagipula pukulan seperti itu tidak akan membuatku sakit."

Tiba tiba dia menjulurkan tangannya dan menyentuh pipiku. Aku kemudian meringis pelan karena rasa perih yang kudapatkan.

"Apa kubilang, kau itu harusnya lebih memperhatikan dirimu saja. Kau sampai luka seperti ini yang harusnya dirawat."

Aku kemudian memegang tangannya dan membawanya ke depan dadaku.

"Rasa sakit di pipiku ini tidak sebanding jika melihatmu dilukai oleh seseorang. Rasa sakit dari dadaku inilah yang susah untuk disembuhkan kau tau."

"Tu-Tunggu, aku... aku tidak tahu itu. Lagipula kenapa kau merasa sakit seperti itu?."

"Karena.... Hmmm... karena.... Karena kita teman!."

Terlihat sekilas wajah kecewa darinya dan tatapannya menjadi lesu namun dia kembali menjadi semangat kembali dan mengucapkan terima kasih. Aku tidak mengerti, apakah ada yang salah tentang yang kukatakan tadi. Apakah aku sedang salah berbicara atau bagaimana. Tiba tiba dia terlihat lesu seperti tadi.

"Oh iya Josh, sepertinya aku harus pulang sekarang karena adikku pasti sudah menungguku di rumah."

"Tapi apakah kau sungguh tidak apa apa?."

Dunia MenangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang