Happy Reading....
Taylor POV
Akhir akhir ini aku merasa sedikit aneh di kantor. Maksudku bukan aneh dalam hal yang negatif namun hal ini membuatku bingung dengan apa yang terjadi. Setelah surat yang dikirimkan George dan akhirnya aku dan dia bisa berbaikan membuatku sedikit tidak percaya. Aku tidak menganggapnya itu suatu hal mencurigakan tapi aku hanya bingung tentang kepribadian George yang sangat membenciku itu tiba tiba bersikap lembut dan bersikap baik padaku. Bahkan akhir akhir ini di kantor aku jarang dibuat kesal karena sikapnya malah aku yang suka merepotkannya. Tapi dibalik itu semua aku bersyukur bahwa akhirnya orang yang kuanggap musuh selama ini bisa berbaikan denganku. Aku sangat bersyukur akan hal tersebut.
Saat ini aku sedang berjalan menuju meja kerjaku dengan perasaan yang senang dan ringan, berbeda dengan dulu yang selalu ke kantor dengan perasaan yang agak berat untuk menuju ke meja kantor. Sesampainya di meja kerjaku, aku dibuat terkejut dengan apa yang ada di atas mejaku. Sebuah kotak donat dengan kumpulan beberapa rasa yang aku suka dan juga kopi hangat di sampingnya. Aku kemudian mengambil sebuah surat yang ada di atas cup kopi tersebut. Setelah aku membacanya aku tau bahwa donat dan kopi ini dari George.
"Ngg... George, kenapa kamu memberiku ini semua?."
George yang sedari tadi sibuk mengetik di komputernya berbalik ke arahku.
"Ah, itu cuma traktiran buat sarapan. Aku tahu kalau pagi ini kamu tidak sarapan. Benar bukan?."
"Ah... iya iya, kau benar tapi... bagaimana kau tahu?."
"Ah... kalau soal itu.. mmm... cuma insting saja. Mungkin sebuah tebakan yang beruntung."
Aku mengangguk mendengar penjelasannya tersebut. Baiklah, mungkin ini sebuah keberuntungan untukku dan tidak boleh disia siakan. Aku kemudian mengambil sebuah donat yang berasa coklat itu dan memakannya.
"Woah... donatnya enak, kau pasti membelinya di tempat biasa aku membelinya."
"Oh... sepertinya. Aku tadi singgah untuk membeli donat karena ingin lihat lihat saja."
Aku mengangguk dan kembali memakan donat itu kembali. Aku kemudian menyalakan kommputerku dan memeriksa beberapa dokumen yang harus ku kerjakan. Aku menyimpan donat tersebut untuk aku makan nanti.
Setelah lama berkutat dengan pekerjaanku, aku meregangkan badanku untuk kembali melemaskan otot ototku.
"Hei, mau makan siang bersama?."
Tiba tiba George mengajakku untuk pergi makan siang bersama. Dia juga sepertinya sudah menyelesaikan pekerjaannya.
"Ah, maaf. Aku sudah buat janji dengan seseorang sebelumnya. Mungkin lain kali kita bisa makan siang bersama."
Dia kemudian mengangguk dan berpamitan untuk pergi terlebih dahulu. Aku yang masih dengan keadaan meregangkan otot mengambil handphone dan melihat lihat pesan yang masuk.
'Aku sudah menunggumu dari tadi.'
Dia sama sekali menungguku untuk makan siang. Aku tidak tahu apa hubungan kami sebenarnya tetapi semua ini cukup berlebihan. Aku kemudian menemuinya di tempat dia menungguku. Akupun melihatnya yang sedang berdiri sambil melihat handphonenya.
"Aku sudah selesai, mau makan siang dimana?."
Dia kemudian melihat ke arahku dan menyimpan handphonenya.
"Kamu mau makan apa?."
"Hmm... makan seperti biasa saja, tidak perlu banyak fikir."
Dia mengangguk dan mengajakku pergi ke tempat biasa kami makan siang. Akhir akhir ini juga aku jadi semakin dekat dengan Josh bahkan terlalu dekat. Dia selalu mengajakku untuk keluar dan membelikanku sebuah hadiah. Aku sebenarnya tidak ingin berharap lebih dan hanya menganggap ini hanya sebuah perhatian terhadap seorang teman saja. Aku tidak ingin memikirkan sesuatu yang berlebihan karena mungkin saja hal itu bisa membuatku merasa patah hati nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Menangis
Action"Aku tak berdaya, aku tidak bisa berbuat apa - apa, hanya bisa menangisinya bersama. Aku tidak ingin membiasakan diriku dalam kesedihan. Maka dari itu Jika dunia menangis, aku akan menangis juga." Sebuah cerita yang bergenre Psycopath, sebuah perasa...