15. Mencoba Mendekat

601 223 15
                                    

Sometimes you just gotta stay silent cause no words can explain the shit that's going on in your mind and heart.
~Unknown~

Happy reading :)

*****

Keesokan harinya, Camila tiba di sekolah tepat waktu. Ia terpaksa harus menuruti semua kemauan sang ayah demi mendapatkan kartu ATM-nya kembali. Berjalan kaki ke sekolah ternyata tidak seburuk yang awalnya dipikirkan. Meskipun hari ini, untuk pertama kalinya Camila membawa buku ke sekolah, Camila merasa berat badannya akan segera turun dan hal itu akan mendukung penampilannya.

Camila meletakkan tasnya ke kolong meja dan menatap Albert yang duduk di sampingnya. "Tumben gue hari ini gak ketemu lo di jalan."

"Kenapa? Lo mau diboncengin gue lagi, ya?" goda Albert sambil tersenyum nakal.

"Idihh ge-er banget lo!" tukas Camila cepat.

Tiba-tiba ponsel Albert berdering nyaring. Ia segera mengecek panggilan masuk dan melihat nama Revan terpampang di layar. Pria itu langsung menekan tombol hijau. "Halo?"

"Halo, Al. Lo bawa buku yang gue minta, kan? Nanti gue samper deh ke kelas lo."

"Gue aja yang ke kelas lo nanti pas istirahat."

"Oke deh."

Panggilan terputus.

Albert meletakkan ponselnya ke dalam saku celana. Ia membuka tasnya yang berada di bawah meja untuk mengecek keberadaan buku yang diminta Revan. Kemarin malam Revan menelpon, katanya ia membutuhkan buku Biologi Kelas X untuk bahan tambahan presentasi.

"Al!"

Albert menatap Camila sambil mengeluarkan buku Biologi dari dalam tas. "Apa?"

"Lo kenapa bisa kenal Kak Revan?"

Albert menaikkan sebelah alisnya dan menatap Camila heran. "Kenapa emangnya?"

"Gue liat-liat lo sama dia kayak temen deket."

"Ohh..." balas Albert sembari meletakkan buku Biologi yang baru diambilnya ke atas meja. "Gue sama Revan udah kenal dari jaman SD."

Camila terkejut bukan main. Matanya melotot tidak percaya. Ia memandang Albert tajam untuk meminta penjelasan. "Maksud lo, kalian berdua sahabatan dari kecil?"

Albert mengangguk membenarkan. "Bisa dibilang gitu. Kenapa emangnya?"

"Ehm..." Camila tiba-tiba berbicara gugup. "Lo mau bantuin gue gak? Please..."

Albert mengangkat sebelah alisnya. Ia tidak mengerti dengan ucapan Camila barusan. "Bantu apa?"

"Jadi gini, kemarin pagi gue ketemu Kak Revan. Dia kayaknya lagi marah sama gue, jadi gue pengen memperbaiki semuanya."

"Revan marah sama lo?"

"Iya gara-gara..." Camila menjadi tidak yakin menjawabnya. "Adalah pokoknya! Please Al..."

"Terus gue harus apa?"

"Nanti istirahat lo mau ke kelasnya dia, kan? Gue boleh ikut?"

Albert langsung mengerutkan dahinya. "Lo mau ngapain emang?"

"Mau minta maaf. Terus lo harus iyain semua perkataan gue nanti, oke?"

Albert sejujurnya masih belum mengerti apa maksud dari perkataan Camila. Akan tetapi, jika ia menolak permintaan gadis itu, bisa-bisa nanti akan terjadi pertengkaran kecil. Lebih baik Albert mengiyakan saja kemauan Camila. Pria itu mengangguk kecil sebagai respon.

THE GIFT OF LOVE [√COMPLETED√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang