18. Deal

401 153 9
                                    

Difficult roads often lead to beautiful destinations
~Unknown~

Happy reading :)

●●●●●●●●●●●

"Gue pengen lo kembali main basket."

Albert spontan mengerutkan dahinya. Ia menatap Revan dengan ekspresi malas. "Gue gak bisa. Gue harus fokus belajar. Lo tahu itu, kan?"

"Bernard mau ngambil cuti sekolah, gue gak tahu sampe kapan." Revan menunduk lesu. Sebagai ketua basket, Revan akan merasa kehilangan seorang teman yang berarti baginya. "Tim khusus basket bakalan kekurangan orang. Dan lagi, turnamen basket juga akan dipercepat. Kira-kira dua bulan lagi."

"Maksud lo, lo pengen gue gantiin posisi Bernard?" tanya Albert tanpa basa-basi.

Revan mengangguk membenarkan. "Gue pengen lo ada di tim gue. Waktu smp, kita berdua partner basket yang paling dibanggakan pelatih. Lo inget, kan?"

Albert diam. Pikirannya kembali teringat pada kenangannya pada masa smp. Revan dan Albert sangat terkenal di sekolah karena kehebatannya dalam bermain basket. Strategi perlawanannya selalu berhasil membuat musuh terkecoh sehingga keduanya sering dibanggakan oleh sang pelatih. Tentu saja, Albert sangat merindukan masa-masa itu.

"Oke, gue mau."

Revan terkejut saat mendengar jawaban Albert. Pria itu menatap Albert lekat. Merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Seriusan lo mau?"

Albert mengangguk pelan. "Asalkan lo mau bantu gue."

"Apapun itu, gue akan bantu lo!" Revan menjawab sambil tersenyum. Ia sangat senang saat mendengar persetujuan Albert. Sungguh, Revan tidak sabar untuk berkolaborasi bersama Albert di pertandingan basket nanti.

"Gue mau daftar Olimpiade Sains dan Teknologi. Gue butuh tim, isinya tiga orang." balas Albert seraya mengambil botol minum miliknya dan meneguk air putih sampai habis tak bersisa. "Lo mau ikut?"

Revan spontan menggelengkan kepalanya. "Al, gue gak secerdas elo. Apalagi lomba itu bisa dibilang lomba paling bergengsi di sekolah. Kebanyakan yang daftar anak kelas dua belas. Ilmu mereka lebih luas dari kita. Apa lo yakin mau daftar?"

Albert mengangguk mantap. "Gue yakin, gak ada usaha yang mengkhianati hasil. Gue percaya itu."

"Okelah kalau buat lo. Tapi, buat gue, rasanya gue gak bisa." Revan lagi-lagi menolak. "Atau enggak, gue akan cariin lo orang deh. Siapa aja selain gue."

"Gue maunya lo." Albert tetap bersikeras dengan keputusannya. "Jangan khawatir, Van. Kita bisa berjuang bareng. Gue akan berjuang main basket buat lo. Dan lo juga akan berjuang untuk gue di lomba ini."

Revan mengacak-acak rambutnya gusar. Sepertinya, ia tidak mempunyai pilihan lain. Revan sangat membutuhkan seseorang berkemampuan hebat dan berpengalaman untuk bergabung di tim khusus basket. Albert adalah orang yang sangat tepat.

"Terus, satu orang lagi siapa selain gue?"

"Rencananya sih, Camila. Itu pun kalau dia mau."

"APA?" Revan sangat terkejut. Matanya melotot dan bibirnya membulat lebar. "CAMILA?"

"Iya, dia sebenernya punya jiwa semangat yang tinggi. Walaupun agak ngeselin, gue punya suatu keyakinan kalau dia itu orang pinter. Sayangnya, dia males dan selalu dimanjain."

"Lo ngomong gitu seakan-akan lo udah kenal deket sama dia." Revan menjawab sambil memandang Albert tajam. "Asal lo tahu, dia berkali-kali ngatain lo di depan gue. Dia itu sering ngehina elo!"

THE GIFT OF LOVE [√COMPLETED√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang