F.E.A.R has two meanings. Forget Everything And Run OR Face Everything And Rise.
~Unknown~
Happy reading :)
*****
Albert tiba di depan rumah Camila sekitar pukul setengah tujuh malam. Pria itu membunyikan klakson motor untuk memberikan signal dirinya telah sampai. Camila segera mengintip dari balik jendela sambil menyunggingkan senyuman. Gadis itu merasa bersemangat melihat Albert telah sampai.
Camila telah siap semenjak lima belas menit yang lalu. Ibunya mengirim pesan tepat setelah Revan mengantarnya pulang ke rumah. Anehnya, gadis itu langsung menghubungi Albert, padahal Revan masih berada di depan gerbang rumahnya. Ia bahkan bisa pergi sendirian ke rumah sakit dengan mobil mewah yang terparkir di garasi. Entah apa yang dipikirkannya, Camila sama sekali tidak paham. Ia lebih nyaman pergi bersama Albert.
Camila pergi ke luar rumah dan menghampiri Albert. Senyuman manis masih setia menempel di wajahnya. "Al, makasih udah dateng. Maaf ya kalo ngerepotin hehe."
Albert membalas senyuman sang gadis. "Gue malah seneng bisa nemenin lo. Ayuk, naik!"
Camila menggigit bibir bawahnya gugup. Tiba-tiba, jantungnya berdetak lebih cepat saat ia tidak sengaja menyentuh bahu Albert untuk membantunya naik ke atas motor. Camila berkali-kali mencoba menetralkan perasaan aneh yang kini menghantamnya tanpa dimengerti. Ingin rasanya memeluk pria itu dari belakang dan mencium bau parfum Albert yang begitu menenangkan. "Mommy tadi bilang mau cepet-cepet ketemu. Gue seneng banget pas tahu mommy udah sadar."
"Oke, berarti gue harus ngebut. Pegangan yang erat, ya!" ucap Albert sambil menyalakan mesin motornya.
Camila refleks memegang pinggang Albert, lalu memeluknya dari belakang tanpa ragu. Gadis itu menyenderkan kepalanya ke punggung Albert. Entah mengapa, ia selalu nyaman berada dekat dengan Albert. Perlakuan Camila seketika membuat Albert mematung kaku. Jantungnya berpacu cepat. Pasokan udara terasa menipis sehingga ia sulit bernapas.
Tidak jauh dari tempat mereka, Revan memperhatikan interaksi antara Albert dan Camila. Kedua tangannya mengepal erat hingga kuku-kuku jarinya memutih. Setelah mengantarkan Camila pulang, Revan secara tidak sengaja mendengar percakapan Camila saat menelpon Albert. Karena penasaran, Revan segera bersembunyi di balik sebuah mobil yang terparkir sembarangan.
Perasaan Revan kini bercampur aduk. Memandang sahabatnya dipeluk oleh wanita yang dicintainya terasa menyakitkan. Revan rasanya ingin menghampiri Albert dan menghajarnya bertubi-tubi. Melampiaskan rasa emosi dan kecemburuan yang tidak tertahankan.
Beruntung akal sehat Revan masih bekerja di saat-saat seperti ini. Ia hanya bisa diam menahan rasa sakit. Otaknya sulit memahami apa yang telah dilihatnya. Tanpa membuang waktu lagi, ia segera menggas motornya dan pergi.
*****
"Mommy!" Setibanya di Ruang ICU, Camila menghamburkan pelukan kepada ibunya yang sedang terbaring lemah di atas ranjang. Camila sangat senang saat mengetahui kabar dari rumah sakit bahwa ibunya telah sadar. Tiga hari lamanya sang ibu tak sadarkan diri. Camila cukup merasa stress dan frustasi selama tiga hari itu.
"Camila kangen mommy!" Camila berkata sambil menahan isak tangis. Albert yang berdiri di samping Camila hanya tersenyum manis melihat interaksi mereka.
"Mommy juga kangen kamu, nak. Daddy keadaannya gimana?" tanya Cindy dengan suara parau. Beberapa detik kemudian, wanita itu terbatuk-batuk. Kondisinya terbilang masih belum sehat total.
![](https://img.wattpad.com/cover/128940144-288-k941845.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GIFT OF LOVE [√COMPLETED√]
Teen Fiction"Ketika 'ia' datang di waktu yang salah." Camila, seorang gadis manja berusia lima belas tahun, selalu hidup bergelimang harta. Hidupnya dibutakan oleh kekayaan duniawi. Gadis itu tidak mengerti arti hidup yang sebenarnya. Carlos, sang ayah, merasa...