17. Permainan Singkat

443 166 26
                                    

Sometimes you win,
Sometimes you learn
~Unknown~

Happy reading :)

©©©©©©©©©©

KRING!!!

Bel pulang sekolah berdering nyaring dan disambut bahagia oleh seisi kelas. Bu Retno segera membereskan semua perlengkapan mengajarnya dan memberi salam sebelum keluar kelas. Albert memasukkan buku-buku tebalnya ke dalam tas sambil menoleh ke samping, tepatnya ke seorang gadis yang duduk di sampingnya.

"La, hari ini mau belajar bareng gak?"

Camila menatap Albert jengkel. "Gue gak ada minat buat belajar. Lain kali aja, deh."

"Tadi lo kemana aja pas istirahat?"

"Ketemu Kak Revan di kelas bareng lo. Masa lo lupa?!"

"Setelah itu, maksud gue."

Camila mengerutkan dahinya tak suka. "Kenapa emangnya?"

"Soalnya pas istirahat, Bu Retno manggil gue sama lo ke ruangannya. Tapi karena lo gak ada di kelas, jadinya gue aja yang dateng." Albert menjelaskan. "Dia bilang sama gue kalau dia disuruh ayah lo buat mantau aktivitas belajar lo di sekolah, berhubung dia wali kelas kita."

"Apa?!" Camila terkejut mendengarnya. "Maksud lo, daddy gue sampe repot-repot nyuruh Bu Retno cuma buat mantau kegiatan gue di sekolah?!"

Albert mengangguk membenarkan. "Tapi karena Bu Retno sibuk, dia akhirnya nyuruh gue."

Mata Camila seketika melotot. Ia memandang Albert tidak percaya. "Gausah ngibul deh lo!"

"Yah jujur aja, gue juga sebenarnya gak mau mantau kegiatan lo. Kurang kerjaan."

"Bagus deh, kalo gitu. Lo dan gue sama-sama gak mau. Urusan selesai."

"Lo pikir semuanya semudah itu?" Albert memutar kedua bola matanya. Camila ternyata sulit untuk diajak bicara tentang urusan penting yang menyangkut dirinya sendiri. "Gue awalnya nolak, tapi Bu Retno udah terlanjur bilang ke ayah lo kalau gue yang akan ngelakuin hal itu."

"Apa-apaan sih tuh guru! Tua-tua kok nyebelin?!"

"CAMILAAAAA!!!" teriak Luna dari arah belakang. Luna menyentuh kedua pundak Camila sambil dipijit-pijit perlahan. "Yang sabar ya, La! Kak Revan emang brengsek! Bisa-bisanya dia ngelakuin hal ini sama lo!"

"Tau tuh! Lihat aja nanti, gue bakal ratain muka lo sama tanah!" celetuk Anna asal-asalan.

"Pengen gue lemparin genteng rasanya, biar tau rasa!" balas Luna.

"Tapi gue heran deh, kok bisa ya Kak Revan jahat kayak gitu? Padahal, Camila itu kaya, cantik, terkenal, followers banyak, apa coba kurangnya?" Anna menimpali.

Luna mengangguk. "Iya! Padahal mereka berdua itu cocok yahh! Kayak raja dan ratu di negeri dongeng."

"BAWEL BANGET LO PADA!" Camila melepaskan pijitan Luna dari pundaknya dan berbalik lalu menatap kedua temannya silih berganti. Muak rasanya mendengarkan celotehan teman-temannya yang super menyebalkan. "BISA GAK SIH, GAUSAH BAHAS HAL ITU LAGI?"

Luna menggigit bibir bawahnya. "La, jangan marah gitu dong!"

"Kita shopping aja yuk! ATM lo udah balik, kan?"

"Percuma," Camila mendesah perlahan. "Isinya cuma sedikit. Gak cukup buat beli baju-baju yang mahal."

"Terus sekarang lo mau ngapain, dong?" tanya Anna to the point.

THE GIFT OF LOVE [√COMPLETED√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang