It sucks when you miss someone so much that you look through old photos, old text messages, even old statues. And it brings a smile to your face, but then the hurt comes back and you know that you shouldn't be looking back. But you can't help it because they really meant something to you and you thought it would have lasted. But it didn't.
~Unknown~
Happy reading :)
*****
Albert meletakkan bingkai foto yang berhasil membuatnya teringat pada kenangan delapan tahun lalu. Bibirnya menyunggingkan senyuman tipis. Foto itu didapatkan saat timnya berhasil memenangkan Olimpiade Sains dan Teknologi di jenjang pendidikan SMA. Albert memperhatikan foto seorang gadis yang berdiri di antara Revan dan dirinya. Gadis itu mengangkat piala kejuaraan tinggi-tinggi sambil menyengir lebar.
Albert lagi-lagi tersenyum kecil. Rasa rindu dengan teman-temannya kembali hadir. Setelah lulus dari SMA, Albert berhasil mendapatkan jalur undangan (SNMPTN) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Beberapa hari kemudian, Camila menyusul langkah keberhasilannya dengan lolos SBMPTN di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Revan, sahabatnya, menempuh pendidikan sarjana dengan jurusan Business Administration di Amerika Serikat.
Tidak ada kabar sama sekali semenjak ketiganya berpisah.
Albert amat merindukan sahabatnya, Revan. Kabar terakhir yang Albert terima dari Revan sekitar setengah tahun yang lalu. Katanya, ia sedang sibuk mengurusi perusahaan ayahnya yang akan membuka cabang di luar negeri. Revan kini mengambil alih posisi Chief Executive Officer (CEO) a.k.a direktur utama dalam mengatur jalannya perusahaan ayahnya. Masa depan perusahaan bergantung di tangannya.
Mengobati rasa rindu terbilang sulit. Apalagi rindu dengan seseorang yang telah mengisi relung hati begitu dalam. Albert memandangi foto Camila seraya menyunggingkan senyuman kecil. Pria itu yakin, Camila telah menjadi dokter hebat. Profesi mulia yang sama dengannya.
Albert tidak pernah mengakui perasaannya pada Camila. Ia terlalu gugup dan takut. Rasanya sulit mengungkapkan seluruh isi hatinya. Padahal, sebelum kepergian Revan ke luar negeri, ia memberikan masukan untuk menyatakan perasaan dengan hati jujur kepada Camila. Semula Albert telah berencana untuk mengakui isi hatinya saat acara prom night kelas dua belas. Namun, ia telah terlambat. Camila harus pergi secepatnya ke Semarang untuk keperluan daftar ulang universitas.
Semua ini terasa sulit. Akibatnya, Albert memendam perasaan itu selama bertahun-tahun. Terjebak dalam rindu yang menjerat. Hanya tersisa bayang-bayang dalam mimpi. Terhanyut dalam angan di jendela pintu hati. Rasa rindu ini sangat sulit untuk dilukiskan.
Tok tok tok ...
"Silakan masuk!" Suara ketukan pintu seketika membuyarkan seluruh lamunannya. Pintu mengayun terbuka dan menampilkan seorang perawat datang dengan napas memburu. Rasa ketakutan terpancar jelas dari ekspresi wajahnya.
"Dokter Albert, ada pasien darurat yang baru saja tiba dengan mobil ambulans. Kondisinya sangat kritis. Kami memerlukan Anda untuk memeriksa keadaan pasien secara langsung!"
"Apa diagnosa sementaranya?" tanya Albert sambil bangkit berdiri dan membenarkan jas dokter yang dikenakannya. Pria itu segera berjalan menghampiri perawat yang sedang berdiri di ambang pintu.
"Pasien ditemukan jatuh ke dalam jurang yang dalam dan mengalami pendarahan hebat. Diperkirakan ada beberapa tulang rusuk yang patah." balas sang perawat sembari berjalan cepat menuju pintu keluar rumah sakit, tempat dimana mobil ambulans berada. Albert dan perawat itu langsung berlari menghampiri mobil ambulans yang kini didominasi oleh para perawat untuk menurunkan tubuh pasien.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GIFT OF LOVE [√COMPLETED√]
Novela Juvenil"Ketika 'ia' datang di waktu yang salah." Camila, seorang gadis manja berusia lima belas tahun, selalu hidup bergelimang harta. Hidupnya dibutakan oleh kekayaan duniawi. Gadis itu tidak mengerti arti hidup yang sebenarnya. Carlos, sang ayah, merasa...