16. Penolakan

522 191 28
                                    

Start each day with grateful heart
~Unknown~

Happy reading :)

★★★★★★★★★★

"REVAN SEMANGAT!"

"TANGKEP BOLANYA!"

"WAH GILA KEREN BANGET!"

"REVAN AYO!"

"WIHH LANGSUNG MASUK KE RING!"

Suara keberisikan di lapangan terdengar hingga lantai dua, tempat dimana Camila menyaksikan Revan dan teman-temannya sedang bermain basket. Penampilan Revan sangat mempesona di mata Camila. Caranya merebut bola dari tangan lawan dan pergerakannya yang lincah membuat Camila merasa kagum.

"Camila!"

Camila spontan menoleh dan mendapati Luna dan Anna sedang berlari menghampirinya. Anna langsung menepuk pundak Camila pelan. "Gimana tadi aksi lo?"

Camila hanya mengangkat bahu.

"Gagal?" tanya Luna penasaran.

"Sembarangan! Denger ya, gak ada kata gagal di kamus gue!"

"Terus apa dong?"

"Yah, belum berhasil. Lihat aja nanti, gue pasti bisa merebut hati lo, Revan!"

Anna memutar kedua bola matanya malas. "Pengen sih pengen, tapi lo juga harus punya taktik buat deketin Revan!"

Mata Camila seketika berbinar-binar mendengarnya. Gadis itu merasa bersemangat. "Lo punya ide, An?"

"Menurut gue sih, lo harus bisa lolos seleksi basketball club supaya lo punya banyak kesempatan buat deketin dia."

"Bener banget tuh!" sergah Luna cepat. "Mendingan kita ke lapangan aja sekarang! Kasih semangat buat Kak Revan!"

Camila mengangguk setuju. "Oke. Tapi, gue mau beli sesuatu dulu. Lo berdua duluan aja ke sana!"

"Lo mau ngapain?"

"Adalah pokoknya! Bye!"

*****

Setelah membeli satu botol minuman kemasan dingin, Camila tersenyum dalam hati. Ia sangat bersemangat untuk memberikan minuman kepada sang pujaan hati. Camila yakin, Revan pasti merasa lelah dan haus. Dengan setengah berlari, gadis itu segera menuju lapangan secepatnya. Hatinya berdebar-debar. Camila sangat tidak sabar melihat reaksi Revan nantinya.

"Lama banget sih lo!" cetus Anna kesal. "Habis ngapain emangnya?"

"Beliin minuman es buat Kak Revan! Tapi nanti aja ngasihnya, tunggu lapangan udah sepi." Camila menjelaskan sambil tersenyum lebar.

Luna menjentikkan jarinya. "Pinter banget emang temen gue! Nanti gue sama Anna ngintipin elu ya."

"Kok ngintipin? Kita harus temenin Camila dong!" Anna mengomentari ucapan Luna sembari menginjak sepatunya pelan.

"Apaan nih nginjekkin sepatu gue! Mahal nih, gue belinya di Swiss!"

"Bodo amat!"

"Girls, stop! Bener apa kata Luna, gue pengen ngasihnya sendiri aja. Lo berdua bisa lihat aksi gue dari jauh, oke?"

Anna memutar kedua bola matanya malas. "Serah lo dah. Eh, kelihatannya lapangan udah mulai sepi. Lima menit lagi kayaknya udah bel masuk. Buruan, La! Jangan buang-buang waktu!"

Camila mengangguk singkat. "Oke."

Benar apa yang dikatakan Anna. Lapangan mulai terlihat sepi dikarenakan bel masuk akan segera berdering dalam beberapa menit. Revan pun telah selesai bermain basket bersama kedua temannya. Mereka saat ini sedang bercanda tawa di lapangan sambil melakukan teknik dribble secara bergantian.

THE GIFT OF LOVE [√COMPLETED√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang