"Ommahh." Jisoo sedikit tersentak begitu Manse, Nara, dan Sera berteriak serempak dan kemudian berlari dengan semangat menuju seorang wanita yang sudah cukup berumur namun masih terlihat cantik.
Ommah? Mamanya Sehun?
"Sayang ayo kita ke Mama." Tuntun Sehun dan tanpa aba-aba langsung menaruh tangannya dipinggang Jisoo dan menggiring gadis itu mendekat dengan kerumunan orang yang sudah sejak tadi menatapnya penasaran.
Jisoo berjalan kaku, tubuhnya mendadak merasa panas. Dalam hati Ia ingin sekali mencincang tubuh Dimas dan menebarnya di kolam buaya.
Apa pria ini memang serius dengan apa yang dilakukannya ini, atau hanya bercanda? Tapi kalau memang bercanda, ini harus segera dihentikan karena ini benar-benar sudah tidak lucu lagi.
Wanita yang dipanggil Ommah oleh anak-anak tadi langsung menghampiri Jisoo yang masih berjalan kaku. Dengan segera Wanita itu memeluk Jisoo sambil menggusap punggungnya.
Setelah memeluk Jisoo wanita tadi mendongak dan menatap wajah Jisoo dengan seksama. "Jadi Kamu, yang bisa bikin anak Mama cair?" Ucapnya sambil menangkup wajah Jisoo. Jisoo cuma melongo sambil sesekali melirik Sehun meminta pertolongan. Sehun sebenernya melihat sorot mata Jisoo yang memelas.
Tapi sayangnya sepupunya Chen sudah menariknya terlebih dahulu untuk bertanya-tanya langsung padanya.
"Lo yakin Mas, mau nikahin anak baru gede kemarin kaya Dia?" Tanya Chen begitu Sehun sudah bergabung dengan sepupunya yang lain disebuah sudut ruangan yang lain.
"Iya, Kayaknya Dia masih kuliah ya Dim?" Tanya Bekti Hyundarso yang sudah menjadi iparnya setelah menikahi Kakaknya Suri Taeyeon Dinata.
Sehun sendiri bungkam, Ia tidak tahu harus berkata apa. Memang dari awal sebenarnya Ia tidak ada niat untuk melakukan kepalsuan ini. Kalau saja Mina tidak benar-benar mengadu kepada Mamanya mungkin masalah ini tidak akan sampai ketelinga para saudaranya kecuali Wendy yang sudah tau hal ini.
Dan tentang Mina, Sehun tidak ambil pusing selama Mamanya tidak akan mencampuri urusannya. Dan anak-anak juga tidak akan komplain tentang Mina yang sering membuat mereka kesal, karena terlalu sering berkeliaran di sekitar rumah mereka.
"Mas, diem aja. Jadi gimana? Lo beneran niat nikahin Abg?" Tanya Chen gemas, karena sedari tadi si terdakwa cuma diam seolah tidak ingin berkomentar lebih lanjut. Sehun sendiri cuma diam sambil mengulum senyum penuh arti.
Acara tujuh bulanan istrinya Chen berjalan dengan lancar, semua adat Mitoni yang diawali dengan sungkeman, siraman yang bahkan ditutup dengan jualan dawet oleh kedua calon orang tua si jabang bayi berjalan dengan khidmat.
Selesai acara masing-masing mulai kembali berkerumun membentuk kelompok. Sehun dengan para sepupu jauh sampai ipar laki-lakinya.
Anak-anak dengan sepupu dan kerabat mereka lainnya. Dan hanya tertinggal Jisoo yang asyik mengekor Wendy, yang untung saja datang. Setidaknya ada Wendy yang dikenalnya.
"Loh Kamu sudah kenal Jisoo Wen?" Tanya Mama Sehun yang entah datang darimana tiba-tiba sudah menaruh bokongnya disamping Jisoo.
"Sudah dong Budeh, Jisoo kan sering maen ke kantor."
Ibu Sehun melirik Jisoo dan kemudian menggenggam tangan Jisoo. Tangan wanita itu terasa sangat lembut dikulit Jisoo dan entah kenapa Ia menyukainya.
"Kamu ternyata beneran serius sama Sehun, kalau Kamu beneran serius untuk menjadi istrinya Sehun. Kamu tahu kan apa resikonya?"
Jisoo diam, mencerna semua kata-kata Ibu Sehun yang berkali - kali menusuk dadanya.
***
"Mas, bulan depan ajak Jisoo ke Semarang yah, Mama mau kenalin sama eyang." Itu mandat Mama Sehun setelah Sehun beserta Jisoo dan anak - anak hendak masuk ke dalam mobil.
"Iya Ma, nanti kalau udah waktunya kok Dimas bakal ngenalin Jisoo ke Eyang dan lainnya."
Mama Sehun cuma tersenyum terlihat guratan bahagia di wajahnya yang masih terlihat segar dan muda. "Yasudah kalian masuk mobil, hati-hati dijalan ya sayang."
***
Jisoo sibuk berjalan mondar mandir didalam kamarnya, masalah status antara hubungan asmara dengan pekerjaannya harus benar-benar diluruskan.
Berkali kali Jisoo harus menahan detakan jantungnya saat Sehun bersikap romantis, dan tentu saja itu tidak bagus untuk kesehatan jantungnya. Terlebih lagi berulang kali Sehun membuat pengumuman go publicnya secara mendadak. Lagipula pekerjaan utamanya kan bukan buat jadi calon istri palsunya Sehun.
"Gue harus perjelas status Gue." Tekad Jisoo sambil mengepalkan tangannya menyemangati dirinya sendiri.
Tapi baru juga mau mengetuk pintu keberaniannya menciut begitu Sehun keluar dari balik pintu.
Sehun yang baru saja menutup pintu menatap Jisoo dan berkata "Kamu ada perlu sama Saya?" Tanya Sehun, tapi yang ditanya hanya bengong seolah pertanyaan Sehun masuk telinga kanan lalu keluar melalui telinga kiri.
Mata Jisoo hanya tertuju pada pakaian kaos putih dengan celana trainning. Membayangkan dada bidang Sehun dan perutnya bahkan tercetak samar dibalik kaosnya. Astaga Jisoo berpikir terlalu jauh.
Jisoo mengerjap begitu Sehun melambaikan tangannya tepat depan wajahnya.
"Ahh, enggh Anu, emhh makan malam. Iya makan malam." Jisoo menjawab seadanya, bahkan Dia tidak sadar kalau jam makan malam sudah lewat sejak sejam yang lalu.
Sehun terkekeh, wajah gadis mungil itu terlihat begitu mengemaskan. Pipinya yang terlihat merona, bahkan telinganya ikut memerah.
Bibirnya bawahnya di gigit kedalam, matanya juga mengitari semua sudut dan menghindar dari jangkauan tatapannya.
Kenapa gadis mungil yang bahkan tidak sampai tinggi bahunya, tidak mempunyai dada yang terlihat memperseksi tubuhnya, mampu membuat seorang Sehun terpesona.
Jujur sejak pertama bertemu gadis itu Sehun selalu menahan hasrat untuk mencicipi bibir ranum berwarna peach milik Jisoo. Bibirnya yang selalu di gigit kedalam membuat jantung Sehun terasa terpacu.
Gadis ini, Dia berbeda. Dia hanya sosok Jisoo yang lugu, ceroboh dan sederhana.
"Ayo menikah denganku Jisoo."
Tbc
Loha Hehe 😘
Vomment Juseyong 😚

KAMU SEDANG MEMBACA
DaddySitter?
Short Story"Loh ini mah jadi Bodyguard bukannya Nanny?" Kritik dan saran sangat diharapkan :)