Jisoo mengucek matanya yang terasa berat, insiden salah paham tadi pagi ternyata cukup menguras emosinya hingga mengurai cukup banyak air mata.
Jisoo melirik jam dinding yang terpasang lurus tepat di depan dinding kamarnya. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, tenggorakannya terasa sakit bahkan kepalanya ikut pening. Kebiasaan yang selalu terjadi setelah dirinya menangis.
Lampu - lampu ruangan sudah dimatikan hanya tersisa beberapa cahaya remang yang masih menandakan bahwa rumah ini masih berpenghuni.
Jisoo membuka kulkas dan meraih satu botol penuh berisi Air. Setelah meneguk setengah isi botol Jisoo memilih duduk melamun di meja makan.
Kedatangan Mba Yoona rencanannya mau membawa anak-anak untuk ikut mereka ke Bali dan tinggal disana. Dan artinya Jisoo hanya akan tinggal bersama Sehun sampai kontrak kerjanya selesai.
Jisoo sih tidak masalah, tapi Dia sudah terlanjur sayang dengan anak-anak. Makanya mendengar mereka akan pindah membuat Jisoo gusar.
"Kamu belum tidur?"
Jisoo mendongak lalu mendapati siluet Sehun yang berjalan mendekatinya.
"Udah kok, cuma tadi kebangun."
Sehun mengangguk lalu meraih botol minum yang tinggal tersisa separuh dan meneguknya sampai habis.
"Ada yang ngeganjel?"
Jisoo menggeleng, "Tapi muka Kamu kok gelisah gitu?"
Binggo. Sehun memang selalu bisa menerka ekspresi yang ada diwajahnya.
"Masalah Anak-anak?"
Binggo lagi.
"Kita bisa buat kok?"
Sesaat Jisoo cuma hanya ingin mengumpat, Dia kira Sehun bakalan meluk sambil nenangin kalau mereka pasti bakal bisa ketemu lagi, or bla bla bla, tapi Dia gak nyangka kalau reaksinya sepervert ini.
"Terserah mas aja, kayaknya Mas ngigau deh." Cetus Jisoo sambil berlalu meninggalkan meja makan yang disusul tawa cekikikan dari Dimas.
***
Pagi menjelang, anak-anak sudah bersiap dengan koper mereka masing-masing. Mba Yoona juga sudah mengurus semua surat kepindahan anak-anaknya, sendiri. Dan Jisoo sendiri harus bersiap menahan air mata untuk tidak menangis melepas anak-anak.
Sehun sendiri terlihat santai aja, "Mas ga sedih ditinggal anak-anak?" Tanya Jisoo.
Mereka berdua sekarang sedang didalam mobil setelah mengantar anak-anak dan Mba Yoona ke bandara. Jisoo sendiri penasaran kenapa wajah Sehun terlihat datar dan terkesan masa bodo. Padahal kata Mba Yoona anak-anak sudah tinggal hampir enam tahun dengannya.
Sehun menoleh pada Jisoo sambil tetap memegang setir. "Kan Aku udah bilang, Kita bisa buat anak sendiri kok. Apa kamu mau praktek sekarang?" Jisoo cuma bisa mendengus dan beralih menatap jalanan.
Sehun cekikikan lalu satu tangan yang ada pada setir beralih meraih tangan Jisoo dan sontak membuat gadis itu terkejut dan menatap Sehun dengan satu alis terangkat.
"Kamu pikir lamaran Mas waktu itu candaan? Dengerin Mas ya Ji, Mas itu beneran mau nikahin Kamu. Mas ga bercanda waktu Mas ngajak Kamu nikah. Dan Kamu ga perlu khawatir tentang anak-anak minggu depan Kita jemput Manse ke Bali. Sekarang Kita ketempat Mama kandung Manse dulu yah."
Jisoo cuma diam, pikirannya entah menjelajah kemana. Yang pasti Jisoo fokus pada bahasan Mama kandung yang malah membuat Jisoo was-was.
***
"Kok Kita ke pemakaman?"
Sehun hanya tersenyum dan menggandeng tangan Jisoo masuk kedalam area pemakaman.
"Ini makam Mamanya Manse, Dia meninggal saat melahirkan Manse."
Jisoo mengangguk paham "Jadi Manse anak adopsi Kamu?"
Sehun menggeleng, "Dia anak kandung Aku."
Boom
TBC
Mau update cepet tapi susah signal, Aku lagi dikampung jadi jangan harap update cepet heuheu...
Vomment Juseyo 😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
DaddySitter?
Short Story"Loh ini mah jadi Bodyguard bukannya Nanny?" Kritik dan saran sangat diharapkan :)