Kepastian

2.4K 413 29
                                    

Niat awal Jisoo kekampus mau mengajukan proposal tugas akhir, tapi entah kenapa dia malah berada di taman belakang kampus sejak dua jam ia menginjakkan kaki di halaman kampusnya lagi.

Nayeon, Bona, Sowon, dan Seolhyun duduk dihadapannya seperti juri pencarian bakat. Sudah dipastikan ucapan Sehun pada Seolhyun tempo lalu yang membuatnya disidak seperti ini.


Pertanyaan mereka ya berputar saja seperti. "Lo serius mau nikah sama orang yang kemarin?"

Jisoo sendiri masih belum yakin mau jawab apa. Keputusan menikah bukan sesuatu yang bisa dijawab dengan anggukan kepala saja. Tapi pemikiran matang dan diskusi panjang harus ia jalani. Sedangkan Ia dan Sehun belum benar benar duduk berdua dan membicarakan ini semua.

"Gue jadi penasaran, secakep apa si calon suami lo? Seolhyun pulang dari Bandung langsung kerumah gue," dengus Nayeon.

Jisoo cuma tertawa, tidak ada yang bisa menyaingi kehebohan dari seorang Seolhyun Rianti. "Terus lo juga Ji, dua bulan ngilang kaya ditelan bumi. Mana handphone ga aktif lagi," sahut Bona dengan wajah kesalnya.

Jisoo jadi terharu menginggat para sahabatnya yang ternyata sangat mengkhawatirkan dirinya. "Iya, iya maaf. Lo juga Seol masa langsung percaya gitu aja sih, lagian gue sama Mas Sehun tuh belum punya kejelasan pasti." Keempatnya berpandangan, dan langsung tertawa. Jisoo cuma bengong, apa sih yang ditertawakan mereka.

"Uhhh, Jisoo manggilnya pake Mamas. Sama sepupunya Jin Jan Jin aja."

Sowon tertawa geli, mengingat Jisoo kalau manggil Jin-sepupunya sendiri, tanpa pernah pakai embel embel kak apalagi mas.

Jisoo cuma mencebik. Menghiraukan keempat temannya yang heboh sendiri. "Udah ah, gue pengen ketemu prodi. Gara gara lo pada nih lupa tujuan awal gue."

"Eh Ji, ikut," sahut Nayeon.

"Jangan lupa kenalin Mamas ya Ji," sorak Seolhyun yang disahut tawa ledekan oleh teman temannya.

***

Terhitung satu minggu Sehun tidak mengabarinya, membuat Jisoo jadi uring-uringan sendiri. Tugasnya jadi sering banyak mengalami penundaan. Padahal minggu depan dia harus menyelesaikan untuk segera dapat bertemu dengan pembimbingnya.

Teman-temannya juga malah merecoki dan mengompori dirinya perihal Sehun yang sebenarnya tak pernah serius dengannya, jadi jangan salahkan Jisoo kalau dia sekarang jadi kalut sendiri.

"Jis, lo nyewa yang bening begitu di mana?" tanya Hwasa tanpa babibu menyerbu kamarnya membuat Jisoo menatapnya bingung.

"Apa sih Sa, ga jelas banget."

Hwasa menyeret Jisoo membuat gadis itu berdiri dengan malas. Hwasa menyeret Jisoo sampai ambang pintu yang langsung berhadapan dengan ruang tamu. Jisoo terkejut mendapati Sehun sedang duduk sambil memainkan ponsel.

Jisoo memekik. "Mas Sehun?"

***

Jisoo menaruh satu gelas kopi panas di atas meja. Sehun menoleh pada Jisoo sambil tersenyum dan berguman mengucapkan kata terima kasih.

Keduanya terdiam, Jisoo rasanya ingin segera meledak-ledak begitu melihat wajah Sehun, tapi wajahnya yang terlihat pucat membuatnya urung, dan memilih Sehun memberikan kejelasan padanya.

"Kamu marah ya sama Mas?"

Jisoo mendelik dengan tatapan seolah berkata, "ya menurut lo, siapa yang suka sama orang yang tiba-tiba menghilang selama seminggu tanpa kabar"

Sehun menarik tangan Jisoo dan mengusapnya lembut. "Ji, jangan diem gitu dong, kesannya mas udah jahat banget sama kamu."

Jisoo sudah geram, ini kenapa jadi seperti Jisoo yang antagonis, padahal kan yang salah itu Sehun.


Jisoo melepaskan genggaman tangan Sehun. "Mas sebenarnya aku ini beneran penting ga buat mas?" Jisoo menyesal mengatakan rentetan kalimat yang terasa mendramatisir. Tapi ini semua bukan kehendaknya begitu mengingat kata teman-temannya perihal keseriusan Sehun.

"Kamu kenapa nanya gitu?" Jawaban Sehun membuat Jisoo tercengang, terlebih suara Sehun terasa datar dan tampak tak acuh padanya membuat Jisoo merasa sakit hati.

"Kalau mas Sehun waktu itu cuma niat bercanda, mending mas ga usah ngomong hal yang enggak-enggak keorang lain." Nada suara Jisoo naik beberapa oktaf, air mata sudah berkumpul dipelupuk matanya.

Sehun tentu saja terkejut, sepertinya ia telah salah membaca situasi. Tangannya terjulur meraih tubuh Jisoo, dipeluknya gadis itu disusul dengan tangisan Jisoo yang akhirnya pecah.

Sehun merasakan tubuh Jisoo yang terasa sesenggukan didalam dekapannya. "Jisoo, maafin mas, mas tau kamu marah, mas minta maaf sudah ga kabarin kamu seminggu ini, tapi kamu harus percaya kalau mas sangat serius untuk nikahin kamu, lagipula mas lakuin ini semua untuk kita."

Jisoo berontak melepaskan diri. "Maksud mas apa?"

Sehun tersenyum, tangannya bergerak naik menghapus sisa air mata di pipi Jisoo.

"Seminggu yang lalu mas pergi ke Thailand, untuk menyelesaikan proyek kontruksi yang mas pegang. Finishing bangunan masih tiga minggu lagi. Tapi mas pingin itu selesai dalam waktu satu minggu. Jadi mas langsung terjun sendiri ke sana, setelah sampai mas putusin, harus fokus pada pekerjaan ini agar cepat selesai. Jadi mas sama sekali ga pegang ponsel disana."

"Terus yang dimaksud mas demi kita itu dimana letaknya, kan mas bukannya lebih mentingin kerjaan!"

Sehun terkekeh, lalu mengelus pucuk kepala Jisoo. "Ya, biar mas bisa buru-buru ambil cuti buat persiapan nikahin kamu."

Bunyi bedebam keras membuat Sehun terkejut. Tenang itu bukan Jisoo yang jatuh pingsan, tapi ulah tiga betina yang nampaknya jatuh karena terkejut, membuat ketiganya tertangkap basah sedang menguping.

"Kak Seulgi, Hwasa, Joy ... kalian nguping ya!!!"

TBC

Kalian kenapa si ga ada yang komen, jadi unmood teroshh kan buat update!!!

DaddySitter?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang