Jisoo melebarkan kedua matanya sekali lagi. Tapi tetap yang dilihatnya tidak berubah juga dan seketika membuat lututnya lemas.
Bagaimana tidak lemas, yang dilihatnya saat ini adalah permohonan maaf dari mesin ATM.
Padahal Ini awal bulan dan seperti biasa Ayahnya pasti sudah mengisi kekosongan ATMnya dengan sejumlah uang. Tapi mengingat kejadian kemarin membuat Jisoo wajar kalau Ayahnya mungkin akan menghentikkan pemasukan untuknya.
Mengingat kejadian kemarin seketika membuat Jisoo menyesal.
"Ayah mau kamu pulang besok, ada adik kamu dirumah jadi kamu harus pulang yah."
"Kenapa Jisoo harus pulang? Kalau Ayah mau kumpul sama keluarga baru Ayah silahkan tapi Jisoo gak akan ikut."
"Kamu enggak menganggap Ayah lagi?"
"Jisoo anggap Ayah kalau Ayah sudah ga sama perempuan itu lagi."
"Yaudah kalau mau kamu begitu. Kita buktikan kamu bisa hidup tanpa Ayah atau enggak selama tiga bulan kedepan."
Sambungan telpon terputus. Jisoo terdiam beberapa saat lalu menggedikkan bahunya tidak perduli dan menganggapnya hanya sebuah gertakan agar Jisoo mau pulang untuk bertemu dengan Ibu dan Saudari tirinya.
Tapi nyatanya sekarang,
Jisoo benar-benar di banned oleh Ayahnya.
"Woyy Mba, jangan tidur di dalem. Banyak yang ngantri nih."
Jisoo terperanjat dan hanya bisa menatap antrian panjang dengan cengiran konyol.
Tapi dasar Jisoo yang ceroboh, kartu ATMnya belum tercabut dan lagi saldo kosong di ATMnya terpampang nyata membuat orang yang tepat dibelakangnya terkekeh dan langsung meneriakinya.
"Mba saldo nolnya belum diambil?"
Mampus
Deg... Jisoo seperti direbus saat ini. Dan mengutuk orang yang berada tepat dibelakangnya.
Jisoo berbalik mencabut kartu ATMnya dan menatap pria tadi dengan tatapan tajam sedangkan yang lain cuma melihat Jisoo dengan tawa tertahan.
***
Jisoo menatap dompetnya dengan tatapan miris yang tersisa di dompetnya cuma tiga lembar uang dua puluh ribuan, empat lembar lima ribuan dan satu lembar dua ribu. Miris.
Padahal dua minggu lagi sudah banyak jadwal pembayaran menanti. Mulai dari bayar uang ujian sampai uang kos. Dan sekarang Jisoo tidak tahu dimana uangnya berada untuk membayar semua tagihannya.
"Jis, ngelamun aja?"
Jennie mengernyit melihat Jisoo tidak bergeming sama sekali. Biasanya kalau sudah begini pasti Jisoo bakal mengomel panjang kali lebar, bagaimana bahayanya orang yang dikagetkan.
Tapi sejurus kemudian Jennie dikagetkan dengan Jisoo yang tiba-tiba menangkup pipi Jennie.
"Jen, gue butuh uang."
"Ehh."
***
Jisoo mengedarkan pandangannya pada halaman rumah yang cuk- ah bukan ini bukan sekedar cukup tapi SANGAT besar, membuat Jisoo sedikit melongo. Pilihannya untuk meminta bantuan kepada Jennie sepertinya tadi harus dipikirkan dua kali lagi.
Bayangkan saja baru beberapa menit Jisoo minta bantuan Jennie tiba-tiba datang pria berjas langsung membawa Jisoo ketempat ini.
Yah, walaupun sebenarnya Jisoo tau kalau pria yang datang itu masih kekasihnya Jennie. Kai.
Jisoo buru-buru berdiri begitu sosok pria berjalan kearahnya. Dari posturnya Jisoo sudah tau kalau itu adalah Kai.
"Jis, lo masuk deh. Itu calon majikan lo didalem. Dan inget jangan malu-maluin gue. Bersikap yang wajar aja. Oke." Jisoo memutar bola matanya lalu menatap Jongin seolah berkata. "Biarpun bobrok begini. Seenggaknya Gue masih punya otak untuk bersikap baik supaya dapat kerja."
Jisoo masuk kedalam rumah yang mewah itu sambil berdecak kagum. Tapi....
"Ehhh Bossnya bocah?"
Tbc
***Jadi yang mau protes kenapa gue bikin lapak baru.
Itu karena ini sudah bersarang lama. Dan gue ga betah liat sarang dalam waktu yang lama. Jadi gue bersihin deh.
Lagi...
Yang nanya kenapa pendek?Karena kali ini gue mau buat short story dengan gaya ringan. Meski narasi gue masih formal.
Berharap kalian suka guys 😘😘😘
Untuk awal yang baik mohon pesan dan kesan. Terima kasih.
Vomment Juseyo
KAMU SEDANG MEMBACA
DaddySitter?
Short Story"Loh ini mah jadi Bodyguard bukannya Nanny?" Kritik dan saran sangat diharapkan :)