"Mas, kok bisa kepikiran ke makam mama?" tanya Jisoo begitu mereka duduk di bangku kereta.
Mereka memutuskan untuk naik kereta, karena Sehun sendiri tidak yakin sanggup membawa mobil setelah kemarin jadwalnya padat.
"Mas udah minta restu ke papa kamu, rasanya kurang kalau belum minta ke mama, meskipun beliau udah ga ada tetap aja dia orang tua kamu."
Jisoo terdiam, matanya berkaca-kaca lagi, padahal saat di makam ia sudah menangis sesengukan hampir setengah jam. Matanya bahkan sudah terlihat bengkak.
"Makasih ya mas," tutur Jisoo.
Sehun tersenyum lalu mengenggam tangan Jisoo dan meremasnya lembut.
"Mas juga mau tunjukin ke kamu, kalau mas memang benar-benar serius dengan hubungan kita. Bukan cuma tentang kita, tapi mas juga pengen menyatukan dua keluarga kita."
Jisoo hanya menanggapi dengan senyuman, di dalam hati ia sudah membulatkan tekad dan memantapkan pilihannya.
***
Mereka sampai di stasiun Poncol pukul 7 malam, dari stasiun mas Fahri— sepupunya — sudah menunggu mereka.
"Mas Fahri, sudah nunggu lama Mas?" tanya Sehun begitu bertemu dengan Fahri.
"Ga Dim, mas juga baru sampai, ayu tenan calonmu iku?" goda Fahri saat melihat Jisoo yang mengekor dibelakang Sehun.
Sehun menyenggol bahu Fahri dan mendelikkan matanya pada Fahri sambil berbisik, "Tak aduin mbak Vivi koe mas."
Fahri mendengus sambil menyenggol bahu Sehun. "Ga gitu caranya Dim."
Sehun cuma tertawa membuat Jisoo di belakangnya bingung sendiri.
"Oh iya Ji, kenalin, ini mas Fahri sepupu aku."
"Fahri."
Jisoo membalas jabat tangan yang diberikan mas Fahri. "Jisoo."
"Yaudah yuk ke mobil, ibumu tuh dari tadi nelpon terus nanya kalian."
***
Jisoo duduk dengan perasaan canggung dan was-was di hadapan seorang wanita yang terlihat tua, perkiraan Jisoo wanita itu berumur sekitar 80-an, wanita yang tadi dikenalkan Sehun sebagai eyangnya. Meski terlihat berumur tapi sorot tajam matanya masih mampu membuat Jisoo mati kutu di tempat.
"Kamu sudah kenal lama sama Dimas?"
"Kami sudah mengenal selama lima bulan eyang."
Eyang mengangguk lalu menghampiri Jisoo dan duduk di sampingnya. "Kamu itu ayu, apa udah mantap jadi istri dari laki-laki yang punya masa lalu yang buruk?"
Jisoo terkejut, begitu eyang secara tidak langsung menyinggung kesalahan yang dilakukan Sehun di masa lampau tanpa basa-basi.
Ada perasaan tidak terima saat eyang menilai buruk tentang Dimas, Dimas tidak seburuk itu. Meski, pernah melakukan kesalahan Dimas orang yang bertanggung jawab. Ia berani menatap kesalahannya dan tidak gentar untuk menghadapinya.
Jisoo sedikit tersentak saat tangannya digenggam. "Meskipun begitu, jangan berlari mundur saat kamu sudah memutuskan untuk bersama Dimas."
Jisoo tersenyum lalu balas mengenggam tangan eyang yang masih terasa lembut. "Aku sudah yakin dengan apa yang aku putuskan eyang, meski eyang bilang masa lalunya tidak baik, mas Dimas adalah orang yang bertanggung jawab dan aku nggak akan pernah lari mundur Eyang, bagiku mas Dimas sudah punya segalanya yang aku butuhkan," tutur Jisoo lembut.
Eyang tersenyum, ia merasa puas dengan jawaban penuh keyakinan Jisoo. Eyang agak ragu saat Dimas membawa perempuan muda, ia hanya takut cucunya terluka karena pernikahan yang hanya dilandasi omongan cinta tanpa keyakinan.
Pasalnya hubungan dua insan bukan hanya menyatukan dua manusia, melainkan dua kehidupan, dua keluarga, dan dua masa lalu yang berbeda-beda.
***
Jisoo merasakan semilir angin menusuk kulitnya begitu membuka pintu balkon kamarnya. Setelah berbincang dengan eyang, Jisoo sedikit paham keluarga mereka agak protective menyangkut masalah masa lalu Sehun yang bisa dibilang kurang baik. Semacam trauma.
Memang benar pernikahan bukan hanya sekedar saling cinta antara dua insan, melainkan dua keluarga yang punya cerita berbeda, serta masa lalu masing-masing pribadi.
Jisoo menghela napas, pikirannya benar-benar sudah terbuka lebar. Semacam ada pendewasaan diri di dalam otaknya.
"Kenapa belum tidur?" tanya Sehun sambil menyampirkan selimut ke pundak Jisoo.
"Belum ngantuk."
"Eyang ... nanya apa?"
Jisoo berbalik menatap Sehun, mengamati garis wajah yang terlihat tetap tampan meski hanya terlihat dari sisi samping.
"Rahasia."
Sehun menoleh lalu mengernyit bingung. "Mas ga boleh tau?"
"Yap, semuanya ga boleh ada yang tau," balas Jisoo sambil menganggukkan kepala.
"Kalau gitu mas juga punya rahasia buat kita berdua."
"Ap—"
Ucapan Jisoo terpotong begitu Sehun mengecup bibirnya.
Tbc
Udah lama banget ya, kira-kira masih ada yang nunggu ga sih 🤧
Oh iya besok udah idul fitri, mohon maaf lahir dan batin gaesss, aku sering jarang update huhu, love you all, tetap sehat dan jangan lupa cuci tangan 💗💓

KAMU SEDANG MEMBACA
DaddySitter?
Historia Corta"Loh ini mah jadi Bodyguard bukannya Nanny?" Kritik dan saran sangat diharapkan :)