"Ayah!!" Seru Jisoo begitu masuk kedalam ruang inap Ayahnya. Matanya sedikit berair, perasaan bersalah benar-benar menggerogotinya.
Jisoo sadar sudah berlaku egois, tapi Ayahnya tetap mementingkan dirinya diatas segalanya.
"Jisoo, kapan Kamu sampai bandung? Kenapa enggak kabarin Ayah? Kamu naik apa kesini?"
Jisoo langsung menghambur kedalam pelukan Ayahnya, Ayah yang masih sama seperti dulu. Bertanya ini dan itu, berlaku posesif dan perhatian berlebih. Itu yang membuat Jisoo tanpa sadar tidak menghiraukan kemauan Ayahnya dan memilih kemauannya sendiri.
"Kamu kenapa? Tiba-tiba peluk Ayah begini? Mau transferannya dibalikin?"
Jisoo melepas pelukannya dan menatap Ayahnya kesal. "Ya ampun Ayah, kenapa sih pikirannya negatif sama Aku. Gini - gini juga Aku tetap sama kayak anak lain yang sedih lihat Ayahnya sakit." Gerutu Jisoo.
Ayahnya terkekeh lalu memeluk putri satu-satunya. "Duh anak Ayah udah besar, maafin Ayah deh. Tapi apa mesti nunggu Ayah sakit Kamu mau pulang?"
Jisoo menunduk, raut wajahnya cukup murung. Apa iya dirinya memang sebenarnya sangat jahat pada Ayahnya. Sesaat gadis itu langsung memeluk Ayahnya dan bergumam minta maaf.
Sejak kecil memang Jisoo tidak terlalu dekat dengan Ayahnya. Karena sang Ayah yang kerap kali melakukan perjalanan bisnis membuatnya seakan jauh dari Ayahnya dan hanya dekat dengan Ibunya. Meski begitu Ibunya itu selalu melakukan Video Call melalui skype kala itu. Tapi tetap saja karena jarang bertatap langsung hubungan mereka jadi kurang dekat.
"Ehhmm, permisi. Apa Saya menganggu?" Suara baritone lumayan berat menginterupsi keduanya, dan Ayah dan Anak yang sedang melepas rindu sontak menoleh kearah pintu.
Berdiri disana dengan balutan kemeja biru dongker yang dibalut dengan jas hitam serta tambahan sepatu mengkilapnya itu membuat Jisoo menaikkan alisnya bingung. Pasalnya, baru beberapa bulan tak pulang kerumah. Yah memang sudah hampir setengah tahun ini tidak bertemu dengan adik Ayahnya itu. Tapi perubahan mencolok itu membuat Jisoo bingung sekaligus geli. Pasalnya seorang Amino Raka Wijaya atau yang sering akrab dipanggil Mino adalah tipe orang serampangan yang sering memakai kaos santai celana jeans belel dengan beberapa jenis robekan di sana sini dan oh jangan lupakan baretnya yang mempunyai khas seorang seniman.
Jiyong yang melihat putrinya menatap adiknya dengan tatapan aneh membisikkan sesuatu pada Jisoo. "Om Kamu sekarang dalam tahap level bucin akut."
"Duh keponakan tersayang, akhirnya Kita bertemu."
Jisoo sampai saat ini masih bengong meski Mino memeluknya dan menepuk pundaknya. "Lo ngilang kemana sih? Berapa lama Kita ga ketemu?" Omelnya diiringi dengan cubitan gemas dipipinya.
"Ah, Aa Mino. Sakit tau!!" Pekik Jisoo disusul dengan pukulan kesal pada punggung Mino. "Ihh si Aa kesambet dimana sih. Pake pakaian kayak gini? Kata Ayah Aa lagi bucin? Hayoo bucin sama siapa?" Mino tersipu, rona diwajahnya terlihat kentara membuat Jisoo menahan tawanya.
"Jangan bilang cewek yang Aa ceritain ke Jisoo waktu itu yang beli lukisan Aa di festival kampus Jisoo enam bulan yang lalu?" Mino semakin tersipu membuat Jisoo membulatkan bibirnya tak percaya. Seorang Mino yang mempunyai jiwa seni tinggi itu akhirnya menyukai seorang wanita. Dipikir Jisoo pria itu akan menikahi lukisannya.
"Udah jangan ditanya - tanya lagi, lihat tuh mukanya kayak orang lagi demam." Ledek Jiyong.
Jisoo tertawa dan Mino merengut sebal.
***
Sehun mengirimi Jisoo pesan sejak dua jam yang lalu, tapi tak ada satu pun balasan yang diterimanya. Raut wajah khawatir terlihat diwajahnya.
Karena takut sesuatu hal terjadi Sehun segera menyambar kunci dan jasnya dan bergegas meninggalkan kantor. Sebelumnya Ia sudah bertanya pada Wendy terkait jadwal rapat yang harus dihadirinya. Tapi tidak ada jadwal penting, jadi Sehun bisa segera menyusul Jisoo tanpa beban.
Saat ini memang Sehun sering di butakan dengan perasaan yang membumbung tinggi terhadap Jisoo. Tapi tetap saja Sehun adalah tipe orang yang cukup perfeksionis dalam masalah pekerjaan. Sikap profesionalnya dalam bekerja di usianya yangvmasih terbilang muda, menambah nilai plus seorang Dimas Sehun Dinata.
Menempuh jarak dua jam akhirnya Sehun sampai dirumah sakit tempat Ayah Jisoo dirawat, untung saja Pria itu sempat menanyakan sebelum berpisah tadi pagi.
Ia sampai di depan ruang rawat dengan sedikit perasaan berdegup. Tanggannya yang membawa parcel buah- yang dibelinya sewaktu di perjalanan- sedikit berkeringat. Sehun ingin sekali mengumpat, Ia hanya ingin bertemu dengan Ayah Jisoo tapi kegugupannya saat ini melebihi rasa gugup saat pertama kalinya Ia melakukan presentasi.
Dengan tekad bulat akhirnya Sehun meraih gagang pintu, tapi sebelum ia memutarnya pintu sudah terbuka dan menampilkan sosok gadis yang beberapa waktu tadi membuatnya khawatir. Gadis itu terkejut mendapati Sehun didepannya.
"Loh Mas katanya mau kesini besok? Kok enggak ngabarin Aku jadinya kesini sekarang?"
Sehun mendengus, lalu mengelus pucuk kepala Jisoo dengan gemas dengan kebiasaan lupanya Jisoo. "Kalau ponsel kamu bisa dihubungin, Kamu pasti tau Aku lagi mau kesini." Sedetik kemudian Jisoo tersenyum manis sampai matanya hanya terlihat segaris, ditambah bibirnya yang melengkung manis, membuat jantung seorang Dimas Sehun Dinata yang terlihat berkharisma berdegup kencang.
"Maaf Mas Jisoo lupa ngecharge hp hehe."
Hhh, di saat seperti ini Sehun ingin sekali membawa secepatnya menuju KUA
***
Tbc....
I'm Sorry 🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
DaddySitter?
Cerita Pendek"Loh ini mah jadi Bodyguard bukannya Nanny?" Kritik dan saran sangat diharapkan :)