Cuaca hari ini cukup baik, hal pertama yang aku lakukan adalah mencatat kegiatan baik apa saja yang harus aku lakukan hari ini. Memanfaatkan waktu lenggang di akhir jam kerja—yang syukurnya hari ini pekerjaan tidak terlalu banyak—sehingga aku bisa memiliki banyak waktu untuk bersantai. Kuputar-putar pulpen di jariku sembari berpikir dan menatap kertas putih yang masih tidak terisi. Disaat waktu memberiku tempat untuk berpikir, aku malah merasa tidak punya ide untuk berpergian hari ini. Sementara jika aku sedang berada dalam waktu mencekam dengan ratusan pekerjaan di depan mataku, yang aku pikirkan hanya bepergian kesana kemari seakan menggodaku.
Maka, pada akhirnya aku meletakkan buku berserta pulpennya di atas meja dengan sedikit bantingan kecil. Mataku melirik ke arah teman-teman satu divisiku yang sibuk berbincang tentang gosip terbaru hari ini. Tetapi aku tidak begitu peduli dengan pergosipan apapun itu terlebih di sekeliling kantorku. Tidak penting sekali.
Kemudian, suara roda kursi yang berderik dari samping membuat kepalaku otomatis tergerak memutar. Menemukan wajah bening dari pria berkacamata yang adalah sahabat terdekatku di kantor. Tangannya mengulurkan sebungkus keripik kentang yang telah terbuka ke arahku.
"Sedang memikirkan apa?" tanyanya sambil menggigit keripik kentang hingga menimbulkan suara berisik.
Tanganku merogoh ke dalam plastik kemasan keripik itu dan mengambilnya beberapa potongan, lalu memasukkan ke dalam mulutku secara kasar.
"Aku merasa sangat bosan," ujarku setelah menelan benda keras itu ke dalam perutku.
"Mau pergi bersamaku?" ajaknya sambil menaik-turunkan alisnya.
Aku mendengus kesal. Tidak sekalipun aku mau mengiyakan ajakkannya itu karena penyakit traumaku yang disebabkan olehnya. Sekitar enam bulan lalu, aku pernah bepergian berdua saja dengannya untuk mengisi waktu kosongku setelah bekerja begitu keras. Sahabatku, bernama Kim Jongdae, dia adalah salah satu orang di tempat kerjaku yang seumuran denganku. Maka dari itu, kami bisa begitu akrab hingga akhirnya menjadi sangat dekat sekali. Kemudian, saat kami berencana bepergian bersama untuk makan malam, tidak kusangka hal mengejutkan terjadi. Mantan pacar Jongdae tiba-tiba menyerangku dengan ganas dan menuduhku telah merebut Jongdae sehingga pria itu memutuskannya. Demi apapun, saat itu aku sedang merasa begitu capek akan kerjaan, lalu mendapat serangan tiba-tiba itu tak urung membuat emosiku meluap dengan cepat. Akhirnya, perkelahian terjadi hingga menyebabkan sebelah mataku membengkak besar akibat bogeman dahsyat dari mantan pacar Jongdae. Yang membuatku heran, bagaimana bisa Jongdae pernah mengencani wanita berotot besar seperti itu? Sungguh mengerikan.
"Aku tidak mau pulang dengan keadaan kacau lagi," jawabku dengan nada sarkas yang membuat Jongdae seketika meledakkan tawanya dengan berlebihan hingga menggebrak mejanya.
"Kau masih saja takut karena hal itu?" tanyanya.
"Jelaslah, Bodoh!" kesalku sambil melemparnya dengan keripik kentang.
Karena kejadian itu, aku tidak ingin pergi bersamanya berdua saja. Selalu membawa satu atau lebih orang selain kami. Itu berguna untuk keselamatanku juga. Tidak ingin kejadian lalu terulang lagi. Oh ayolah, meski Jongdae memiliki wajah yang pas untuk kujadikan kekasih, aku tidak akan pernah mau berkencan dengannya. Pria itu terlalu baik untukku.
TING!
Sebuah suara dari ponselku menghentikan perdebatan kecilku dengan Jongdae perihal jalan-jalan bersama. Aku segera menyahut ponsel pintarku dan dapat membaca sebuah pesan yang muncul pada layar. Pesan tersebut sungguh mampu membuat senyumku terkembang cepat.
"Ada apa dengan senyummu itu?" tanya Jongdae penasaran sambil mendekatkan wajahnya pada ponselku.
Aku segera mendorong kepalanya kasar sambil mendelik untuk memperingatkannya agar menjauh dariku. Ia hanya mendengus dengan kesal sambil mencibirku. Pandanganku kembali mengarah pada pesan penuh arti itu dan segera mengetikkan sebuah balasan kepada seseorang yang menduduki tempat teratas di hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-Boyfriend
FanfictionDalam sejarah kamusku, aku tidak pernah mau untuk kembali menjalin kasih kembali dengan mantan kekasih. Namun, sepertinya semua itu tidak berguna lagi setelah aku mengetahui bahwa mantan kekasihku masih mencintaiku. Lalu, apa yang harus aku lakukan...