Bab 15

293 24 2
                                    

Aku memandang pantulan diriku di depan cermin. Mataku membengkak, hidungku memerah dan aku sudah beberapa kali bersin. Suhu tubuhku naik, mungkin karena kemarin aku sempat tertidur di luar pintu. Dan tentu saja itu semua dikarenakan aku harus menunggu Chanyeol, namun pria itu bahkan sekalipun tidak melirikku. Lebih parahnya, ia bersikap kasar padaku di telepon.

Urusi hidup masing-masing? Chanyeol mengatakan itu padaku dan aku benar-benar tidak menyukai perkataannya. Apa maksudnya? Bukannya selama ini aku dengannya sudah berteman baik dan aku sudah menganggapnya seperti saudara dekatku. Lalu, mengapa ia harus membicarakan hal itu seakan-akan aku sudah tidak boleh mencampuri hidupnya barang sejengkal saja? Apa memang ia sudah berniat untuk bermusuhan denganku?

Chanyeol benar-benar menjengkelkan. Ia bersikap sekasar ini hanya karena aku mengecewakannya. Lalu apa sungguh sulit untuk sekedar memaafkanku saja? Hatiku terlalu sakit hingga rasanya aku ingin kembali menangis saja.

Setelah bersiap-siap untuk berangkat kerja, aku segera beranjak pergi. Tidak peduli dengan tubuhku yang sedikit sakit. Aku ingin melupakan banyak pikiran dengan bekerja keras. Kakiku segera membawaku keluar dan entah mengapa nasib buruk akhir-akhir ini menyergapku dengan tidak adilnya.

Aku harus bertemu dengan Chanyeol yang juga sudah siap dengan setelan kerjanya. Pria itu hanya melirikku sejenak sebelum akhirnya kembali membuang wajahnya dariku. Tetapi kali ini aku sudah tidak berniat untuk sekedar menyapanya. Aku terlalu sakit hati karena ucapannya di telepon kemarin. Jika yang diinginkannya seperti itu. Baiklah, aku bisa melakukannya.

Pada kenyataannya, aku bisa melakukan untuk bersikap acuh kepadanya. Sedikit pun aku tidak berbicara dengannya meski jarakku dengannya tidak terlalu jauh. Hingga kami berdua masuk ke dalam lift.

Aku diam saja, begitu pula dengan Chanyeol. Kami sudah seperti orang asing saat ini. Dan sesungguhnya aku sangat tidak menyukai itu. Aku benci ketika keadaan harus berubah. Kenanganku bersamanya tidak sedikit. Dan mengapa kami harus berpura-pura tidak saling mengenal padahal aku dan Chanyeol sudah saling mengetahui satu sama lain?

Jika biasanya aku dengannya akan berdiri dengan jarak beberapa senti saja, saat ini aku dan Chanyeol bahkan berdiri sangat berjauhan. Seperti jika kami bersentuhan hanya sedikit saja, itu akan menimbulkan penyakit berbahaya. Demi apapun, suasana saat ini benar-benar buruk.

Hingga pada akhirnya, pintu besi itu terbuka. Aku segera melangkah lebih dahulu. Tetapi sialnya mengapa Chanyeol melakukan hal yang sama. Membuat lengan kami saling menempel di ambang pintu. Tenggelemankan wajahku saat ini! Aku sudah berusaha dengan semaksimal mungkin untuk bersikap dingin, tetapi entah mengapa aku rasanya tidak kuat membiarkan bibirku terkatup erat.

"Yak! Bisakah kau bersikap seperti biasa saja?!" jeritku dengan nafas terpenggal setelah berhasil keluar dari lift.

Tanganku terkepal erat, entah mengapa aku merasa begitu sangat emosi. Mungkin efek karena aku sedang sakit ditambah lagi dengan sikap Chanyeol yang sungguh demi apapun tidak tertolongkan. Bisakah ia mengertiku sedikit saja? Aku hanya ingin ia menjelaskan tentang apa yang harus aku lakukan agar ia mau memaafkanku. Tetapi sepertinya ia memang tidak berniat untuk melakukannya.

Seperti dugaanku, ia tidak akan mau mendengarkanku. Pria jangkung itu segera melangkahkan kakinya meninggalkanku tanpa memberi satu kata pun untukku.

Aku harus kembali merasakan sakit hati kuadrat karena Chanyeol.

***

Setelah semua masalah yang telah aku hadapi dengan susah payah karena sikap Chanyeol, aku merasa sedikit tidak percaya pada diriku sendiri karena dengan beraninya masih bisa bertemu dengan Sehun-penyebab semua beban hidupku muncul. Tapi aku tidak ingin menyalahkan Sehun dalam hal ini. Jika ditelaah dengan baik, pria itu bahkan tidak ada niat buruk sekalipun. Ia hanya bersikap layaknya pria yang menyukai wanita. Ia bukan orang jahat. Dan masalahku dengan Chanyeol sungguh tidak harus membawanya dalam hal ini.

Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang