"Hahaha."
Aku tertawa.
Sedaritadi aku sudah bertingkah gila hingga Jongdae berulang kali menyentuh keningku untuk memeriksa keadaanku. Barangkali, katanya aku mengidap penyakit kejiwaan karena beban pekerjaan yang terus bertambah. Bahkan, ia sempat berkata akan menuntut atasan kami karena sudah membuatku menjadi calon penghuni rumah sakit jiwa.
"Wae? Apa yang terjadi padamu?" tanya Jongdae lagi dengan tatapan khawatirnya, namun lebih banyak tatapan ngerinya terhadapku saat aku mulai tertawa lebar layaknya hantu.
"Aku tidak apa-apa," kataku sambil menepuk lengannya pelan untuk menenangkannya, lalu kembali tertawa lagi dengan sedikit menahan. "Ah, benar-benar lucu sekali. Hahahahaha." Kali ini aku meraih bungkus sandwich yang sudah tidak ada isinya itu lalu menunjukkannya pada Jongdae. "Kau tahu, dia aneh sekali. Hahahaha."
Jongdae mengkerutkan keningnya bingung. Ia bahkan menggaruk dahinya seraya berpikir. Aku semakin tertawa melihat ekspresi Jongdae yang kupikir sangat lucu itu.
"Aku merasa dia sangat aneh saja hari ini."
"Dia siapa?" tanya Jongdae bingung.
Aku menoleh, lalu mendekati Jongdae untuk berbisik. "Mantan pacarku," bisikku.
Jongdae berjengit, lalu menatapku dengan tidak percaya. "Ah, mantanmu yang kemarin memutuskanmu itu?" tanyanya.
Aku segera menghentikan tawa lalu memukul kepalanya dengan pulpen. Bisa-bisanya dia mengatakan itu secara terang-terang. Apa ia tidak memikirkan perasaanku saat mengatakan hal itu? Apalagi ucapannya malah mengingatkanku pada mantan beruangku—iya, mantan yang memberiku boneka beruang sebesar manusia itu.
Aku segera menggeleng menanggapi pertanyaan Jongdae. "Mantanku yang lain."
"Kau terlalu banyak mantan."
Aku mendelik ke arahnya. Heh, siapa yang harusnya bicara seperti itu? Harusnya aku yang mengatakan itu kepada Kim Jongdae, Si Lelaki Buaya yang selalu mencari mangsanya di mana-mana. Aku mendengus keras lalu segera mengalihkan topik dari mantan.
"Teman lamaku biasanya membenciku. Tapi hari ini dia sangat perhatian padaku. Kau tahu, itu terasa aneh. Dia benar-benar tidak waras!" Ceritaku pada Jongdae dengan bersungut-sungut.
Tapi, respon pria itu malah diluar prediksiku. Ia mendorong keningku pelan sambil berkata, "kau yang lebih tidak waras." Kemudian, pria berkacamata itu segera berlalu sambil menggelengkan kepalanya pelan.
Tunggu, sebenarnya aku salah apa di depan matanya?
Benar-benar membuatku jengkel saja.
Pada akhirnya, aku segera membuka komputer kerjaku. Memeriksa pekerjaanku sambil sesekali melirik ponselku. Tidak ada pemberitahuan penting di sana. Sangat sepi sekali dan aku merasa sangat kesepian. Biasanya, saat sedang tidak sibuk aku selalu menyempatkan memberi pesan semangat untuk Jongin, atau mungkin dia lebih dulu mengirim pesan padaku untuk mengingatkan agar tidak lupa untuk makan.
Huh, mengapa aku harus mengingat masa lalu disaat seperti ini? Kepalaku menggeleng cepat, mengusir pikiran-pikiran buruk. Membuang-buang waktuku saja untuk memikirkan pria itu.
Karena aku merasa bosan, jam istirahat masih terluang lumayan banyak. Aku memainkan ponselku. Membuka aplikasi instagram untuk melihat beberapa postingan dari teman, artis, keluarga, dan orang-orang yang aku ikuti. Hingga gerakan tanganku terhenti saat sebuah akun dari mantan pacarku @/real_pcy mengirim sebuah gambar seorang wanita yang diambil dari arah belakang. Hanya terlihat rambut cokelat yang tergerai indah. Aku yakini bahwa itu adalah si gadis berwajah Barbie. Dan entah mengapa aku kembali kesal saat mengingat Chanyeol lebih memilih gadis itu yang tercantik menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-Boyfriend
FanfictionDalam sejarah kamusku, aku tidak pernah mau untuk kembali menjalin kasih kembali dengan mantan kekasih. Namun, sepertinya semua itu tidak berguna lagi setelah aku mengetahui bahwa mantan kekasihku masih mencintaiku. Lalu, apa yang harus aku lakukan...