Bab 8

295 25 0
                                    

Beberapa waktu berlalu dengan sangat cepat, setelah acara tangis-menangis yang berakhir mendapatkan komentar tidak penting dari Chanyeol mengenai maskaraku yang luntur, kini aku sudah duduk berdampingan dengannya dalam keadaan tenang. Kami sedang duduk melantai di belakang meja. Di depan mataku terdapat sebuah panci berisi ramyeon berada di tengah meja. Sementara masing-masing mangkokku dan mangkok Chanyeol sudah siap di depan mata berserta dengan sumpitnya. Tak lupa juga, dua boneka kelinci pemberian Chanyeol ikut serta menjadi saksi kegiatan kami dengan duduk manis di sisi meja.

Ramyeon yang masih mengepulkan panasnya itu benar-benar sangat menggoda. Aku segera mengambil makanan tersebut untuk aku pindahkan ke dalam mangkok, kemudian menyantapnya dalam ukuran besar ke dalam mulutku. Begitu pula dengan Chanyeol, pria itu segera melahap makanannya setelah sentilan panas di keningku karena aku kalah bermain tebak-tebakkan.

Lucu sekali. Setelah tadi aku meneriakki Chanyeol dan menangis karena sikapnya kasar padaku, saat ini kami terlihat seperti pasangan yang nampak akur. Karena omelanku tadi, sukses membuat rasa lapar segera menyerangku. Dan janji makan malam yang aku inginkan akhirnya terwujud meski sangat berbeda dengan rencana awal kami.

Meletakkan sumpit, aku tertawa tertahan dengan mie yang masih memenuhi mulutku. Tanganku mendekap mulutku agar tidak memuntahkan isinya, sementara wajahku sudah memerah padam karena menahan tawa. Saat ini, sambil makan aku dan Chanyeol juga menikmati acara komedi di televisi. Tapi sepertinya hanya aku saja yang menikmatinya karena Chanyeol bahkan tidak menunjukkan respon apapun.

Karena penasaran apa yang sedang dilakukan Chanyeol, kepalaku menoleh. Dan tawaku seketika hilang saat melihat wajah Chanyeol yang menatapiku dalam diam. Keningku berkerut heran.

Setelah berhasil menelan makananku, aku segera bicara. "Wae? Apa ada yang salah dariku?" tanyaku.

"Ne," jawabnya singkat. "Kau menertawakan sesuatu yang sama sekali tidak lucu," jelasnya, sambil memandangku aneh.

Aku mendengus, "itu karena kau terlalu kaku. Jelas-jelas pria itu terlihat lucu memakai pakaian itu!" Tanganku menunjuk pada layar TV yang menampilkan wajah seorang aktor terkenal.

Masih tidak mau kalah, Chanyeol meraih remote TV dan menekan tombolnya. Mengganti channel yang menunjukkan acara para model-model wanita yang berjalan dengan kaki jenjang mulusnya. Aku segera dibuat menganga tidak percaya. Segera saja kupukul tangannya menggunakan sumpit.

"Yak! Siapa yang menyuruhmu menggantinya?!" protesku.

"Lebih baik melihat pemandangan bagus itu."

"Pemandangan bagus kau bilang?" jeritku dengan mata terbelalak. Mendengar ucapannya aku sedikit merasa takut duduk di sampingnya.

Kemudian aku segera menyahut remote TV, mengganti channel pada acara sebelumnya yang aku tonton.

"Ini baru pemandangan bagus!" kataku sambil menunjukkan wajah aktor tampan berusia kisaran 30 tahunan itu.

Chanyeol meletakkan sumpitnya kesal. Lalu meraih wajahku untuk menghadap wajahnya. Tangannya sengaja menekan pipiku hingga bibirku mengecurut. Kebiasaannya jika sudah memainkan wajahku. Katanya, aku terlihat lucu dengan ekspresi seperti itu.

"Lihat aku saja sudah menjadi pemandangan bagus. Aku bahkan lebih tampan darinya 'kan?" ucapnya dengan percaya diri.

TUK!

Tanganku dengan cekatan memukul kepalanya dengan sumpit makan. Chanyeol mengaduh keras lalu melototkan matanya ke arahku sebagai peringatan. Tapi siapa peduli? Aku hanya mencibirnya sebentar lalu kembali menyantap makananku sambil sesekali melirik ke arah TV.

Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang