Di dalam taksi yang aku tumpangi dalam perjalanan pulang, aku menangis dalam diam. Tidak ada suara yang aku timbulkan sama sekali, selain air mata yang sedaritadi memaksa keluar dari rongga mataku. Dadaku terlalu sakit untuk menahan tangisan. Aku rasanya ingin meledak namun aku berusaha untuk menahannya sekuat mungkin. Aku rasa, aku akan sia-sia jika menangisi pria seperti itu.
Oh ayolah, tolong jelaskan padaku apa yang baru saja terjadi? Aku diputuskan dengan cara sekejam itu? Setelah kami saling melempar senyum, saling menyatakan rindu, saling berbagi cerita, kemudian kata terakhir yang aku dengar adalah "kita harus putus". Apa-apaan?! Tolong siapapun yang mengerti, jelaskan padaku tentang kesalahan apa yang telah aku lakukan sehingga—mantan—pacarku itu memutuskan dengan segera tanpa aba-aba. Apa aku tadi makan terlalu banyak sehingga dia marah? Atau tanpa aku sadari aku telah mengatakan sesuatu yang menyinggungnya? Demi apapun aku terlalu bingung dengan semua pertanyaan dalam otakku yang menyerbuku tiba-tiba setelah sosok mantan itu hilang dalam sekejab.
Aku pasti sedang bermimpi.
Hanya kalimat itu yang menjadi jawaban pas akan pertanyaan-pertanyaan aneh itu. Aku pasti hanya bermimpi. Aku pasti tadi tidak bertemu dengannya. Mungkin saja sebenarnya aku hanya makan malam bersama dengan Jongdae kemudian dikejutkan dengan pacar barunya yang menyerangku sehingga aku merasa begitu tidak hidup saat ini. Tetapi, kenyataan di dalam ponselku terdapat percakapan pesan antara aku dengan "My Love", membuatku harus percaya akan kejadian tadi.
Aku resmi putus dengan pacarku.
Aku sudah menjadi wanita single berumur 26 tahun.
"Nona, kita sudah sampai."
Sebuah suara dari supir taksi kembali menyadarkanku dari pikiran-pikiran yang mengitariku. Aku segera merogoh tas dan mengeluarkan dompet untuk membayar. Kemudian, aku segera keluar dari taksi dengan keadaan yang benar-benar lemas. Aku sungguh merasa tidak hidup saat ini. Kalimat mengejutkan dari mantanku itu cukup sukses membuat jantungku juga ikut terkejut.
Aku melangkah memasuki lobi apartemen kemudian mengarahkan kaki ke arah lift. Tanganku memencet tombol lift sambil menunggu pintu besi itu segera terbuka. Pandanganku kembali kosong dengan ekspresi wajah mengenaskan kali ini. Aku sungguh terluka. Hatiku terasa perih karena kenyataan yang baru saja menghantamku secara tiba-tiba. Aku masih tidak yakin dengan apa yang baru saja terjadi. Tetapi otak pintarku berteriak padaku bahwa semua yang telah terjadi itu benar adanya.
"Nak, jangan melamun."
Aku terkesiap saat seseorang menepuk pundakku pelan. Aku menemukan wajah keriput seorang nenek-nenek yang tidak kukenali. Bibir keriputnya itu tersenyum ramah ke arahku lalu segera melenggang masuk ke dalam ruang kotak itu. Aku segera ikut masuk ke dalam sambil tersenyum kecil padanya sebagai bentuk rasa terima kasihku. Tanganku segera menekan tombol angka menuju ke lantai 10, kemudian kembali terdiam sambil menatapi diriku dari pantulan cermin.
Benar-benar kacau.
Aku menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan kasar. Rasanya masih terasa begitu mengganjal di hatiku. Aku ingin menangis begitu keras namun tidak mampu untuk melakukannya. Yang aku lakukan hanya menangis dalam diam pada kekecewaan yang telah aku rasakan saat ini.
Suara denting lift menyadarkanku telah sampai ke tempat lantai unitku berada. Aku segera melangkah keluar dengan tangan yang mengepal erat di samping tubuhku. Saat kakiku akan segera sampai menuju ke unitku, yang aku rasakan adalah hatiku semakin tertekan begitu keras. Bibirku bahkan bergetar dengan air mata yang kembali mengaliri wajahku. Ini terlalu menyiksaku. Sungguh.
Hingga sebuah pintu pada tempat terdekatku terbuka, dan memunculkan seseorang yang berpakaian rapi seperti hendak pergi, kakiku berhenti. Mataku memandang ke arah wajahnya yang kini berhasil menatapku kemudian terkejut hingga menutup mulutnya dengan dramatis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-Boyfriend
FanfictionDalam sejarah kamusku, aku tidak pernah mau untuk kembali menjalin kasih kembali dengan mantan kekasih. Namun, sepertinya semua itu tidak berguna lagi setelah aku mengetahui bahwa mantan kekasihku masih mencintaiku. Lalu, apa yang harus aku lakukan...