Bab 9

264 26 0
                                    

"Bagaimana kabarmu?"

Aku kembali tersadar pada dunia nyata setelah terdiam cukup lama dengan bayang-bayang masa lalu. Aku memandang pria bernama Oh Sehun itu sambil tersenyum manis. Tidak banyak perubahan pada pria itu, hanya tingginya yang semakin menjulang serta ketampanannya yang kurasa semakin bertambah pesat. Aku bahkan dibuat menahan nafas melihat senyuman kecilnya yang benar-benar menakjubkan.

"Ah, baik," jawabku. "Bagaimana denganmu?" tanyaku balik.

"Baik sekali," katanya. Dari dulu, pria itu memang memiliki sifat yang sangat ramah sekali, jadi tidak heran dengan segala jawaban dan ekspresinya yang tampak sangat ceria itu.

Aku tertawa pelan. Lalu mataku segera beralih pada smartphone-ku yang menunjukkan sebuah telepon masuk dari Chanyeol. Aku otomatis terkejut hingga terbelalak. Entah mengapa aku harus merasakan sesuatu yang berlebihan ini. Kepalaku tergerak ke kiri-kanan dan depan-belakang, takut-takut jika terdapat bayangan Chanyeol tengah mengintaiku. Dan sejauh yang kulihat, tidak ada sosok pria itu.

Menghindari sesuatu yang tidak diinginkan, aku segera menyeret tangan Sehun untuk mencari tempat yang sedikit tertutup. Bercakapan di jalanan juga tidak baik. Kudengar Sehun mulai bertanya-tanya, mengapa aku membawanya sangat jauh sekali. Ah, dia tidak tahu saja bahwa kehadirannya bisa membawa masalah padaku.

Setelah mendapatkan tempat yang sedikit tertutup, di jalan kecil antara toko ayam serta toko baju terdekat. Aku lagi-lagi harus memerika keadaan di setiap sudut jalan, dan setelah aku merasa sangat yakin tidak ada Chanyeol, aku bernafas lega seraya kembali menghadap Sehun yang nampak kebingungan.

"Ah, maaf, Sehun-ah. Kau pasti merasa aneh, ya? Hehe." Aku terkekeh sambil menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal.

"Memangnya ada apa?" tanya Sehun, tubuhnya ikut melongok melihat suasana luar dengan ekspresi bingung.

Ah, benar, memangnya ada apa? Aku berkali-kali memutar otak untuk meminta jawaban pun tidak kutemukan. Yang aku rasa, bahwa aku takut Chanyeol mengetahuiku sedang bersama Sehun. Aku sudah seperti takut ketahuan selingkuh saja.

Mataku tertutup erat merutuki kebodohanku.

"Hyora-ya," panggil Sehun.

Aku kembali membuka mata, lalu tersenyum canggung padanya.

"Ah, maaf, aku harus segera pergi," ucapku, setelah ingat bahwa harus berangkat kerja.

Kakiku sudah mulai mengambil langkah namun Sehun dengan cepat menahan tanganku. "Ah, maaf jika aku mengganggu waktumu. Tapi..." Sehun menjedanya sejenak sambil mengambil sesuatu di sakunya. Lalu, menyodorkanku sebuah ponsel. "Boleh aku minta nomor teleponmu?" tanyanya.

Aku tertegun. Masih melongo beberapa detik, aku kembali sadar saat ponselku berbunyi dengan telepon masuk. Aku segera membaca id caller-nya. Dan terpampang kembali nama Chanyeol di sana, bagai sebuah peringatan bagiku. Ah, mengapa aku berperilaku layaknya kekasih Chanyeol saja? Rasanya aku ingin menenggelamkan diri.

Bukankah semuanya sudah selesai? Lalu, mengapa aku harus dibuat pusing dengan keberadaan Sehun yang bahkan tidak memiliki maksud jahat. Bahkan, Chanyeol pun sudah tidak berhak untuk mengatur diriku lagi.

Maka, mengabaikan telepon dari Chanyeol, aku meraih ponsel Sehun dan mengetikkan beberapa digit nomorku di sana.

"Aku akan menghubungimu," kata Sehun setelah menyimpan nomorku.

"Oke, aku akan tunggu," kataku terakhir, sebelum akhirnya pergi berpisah dengannya.

***

Jari-jariku mengetik dengan cepat di atas keyboard, sementara mataku memandang lurus pada layar komputer, namun pikiranku seperti tidak berada pada tempatku sekarang. Melayang kemana-mana hingga beberapa kali aku sudah membuat kesalahan. Demi apapun, aku tidak mengerti dengan pikiranku saat ini. Entah mengapa kehadiran Sehun malah seperti sebuah bencana bagiku. Karena pada masa laluku, ia turut andil dalam penyebab retaknya hubunganku dengan Chanyeol.

Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang