Dentuman jantungku semakin berbunyi sangat keras. Aku bahkan berpikir bahwa mungkin detak jantungku dapat didengar di sekitar. Tanganku mencengkram sangat erat tali tasku. Sementara wajahku kurasa sudah memerah panas seperti dipanggang. Bibirku kaku, tidak bisa mengatakan apapun. Yang kulakukan hanya berdiri mematung sambil melihat tatapan Chanyeol yang sungguh memabukkan.
Hingga suara denting lift menyadarkan Chanyeol. Pria itu segera memundurkan badannya setelah memojokkanku dengan tidak adilnya di sisi lift. Aku bahkan tidak pernah mengira bahwa Chanyeol bisa melakukan hal gila ini. Pria tinggi itu kemudian tersenyum kecil, sambil tangannya bergerak mengelus kepalaku lembut.
"Tidak perlu dijawab sekarang," ucapnya, sangat lembut sekali didengar.
Lagipula aku tidak mempunyai tenaga untuk sekedar menjawab. Perlakuan gilanya benar-benar membuatku hampir mati jantungan karenanya. Kemudian, Chanyeol segera meninggalkanku di tempat setelah pintu lift terbuka mempersilakan kami untuk keluar.
Setelah tubuh Chanyeol hilang dari hadapanku. Barulah aku segera menghembuskan nafas dengan lega. "Haaaaa!" Tanganku menyentuh dadaku yang masih berdetak tidak beraturan. Selama aku terkurung olehnya, aku bahkan harus menahan nafas selama itu. Sepertinya, aku tidak bisa hidup lama jika terus-menerus bersama Chanyeol. Pria itu selalu berhasil membuatku gila hanya karena tingkah dan ucapannya yang selalu mengejutkanku.
Lantas, dengan kaki gemetar aku segera melangkah menuju tempat tinggalku. Tanganku terangkat menyentuh pipiku yang masih terasa panas.
"Apa...dia baru saja melamarku?" lirihku.
Dan lima detik berikutnya, senyumku merekah tanpa kusadari.
***
"Bagaimana jika...aku memintamu menjadi istriku?"
Aku segera menggeleng keras, mengusir ingatan yang lagi-lagi terputar dalam pikiranku. Ini masih terlalu pagi untuk aku kembali mengingat kejadian itu. Sungguh tidak kusangka Chanyeol bisa mengatakan hal itu tanpa memberiku aba-aba terlebih dahulu. Jelas sekali, aku terkejut bukan main mendengarnya. Bukankah itu berarti Chanyeol melamarku? Ia ingin aku menjadi istrinya, sebagai wanita yang akan mendampinginya serta menjadi ibu dari anak-anaknya. Omo! Membayangkan itu saja membuat bulu kudukku terasa merinding. Bahkan, aku masih ingat dengan sangat jelas bagaimana tatapan dan nada Chanyeol saat mengutarakannya.
Namun aku sedikit merasa ragu tiba-tiba. Kurasa otak jahatku tidak setuju tentang hal itu. Aku masih berpikir bahwa perkataan Chanyeol hanya candaan darinya. Oh ayolah, pria mana yang berani mengajak menikah setelah ia putus dengan wanitanya? Aku sendiri pun masih tidak percaya tentang itu.
"Ah, tentu saja dia bohong!" kataku, berusaha bersikap tenang dan jangan terlalu berharap apapun.
Lagipula, aku tidak ingin kembali lagi bersama Chanyeol. Pada masa lalu kami, aku dengannya tidak bisa menjaga hubungan yang masih berstatus pacaran. Bagaimana jika menikah? Itu akan lebih mengerikan. Dan aku tidak ingin menjadi janda nantinya.
Tanganku segera memasukkan dua lapis roti selai ke dalam mulut. Sambil mengunyah, aku sedikit memikirkan sesuatu. Aku sangat menyadari dengan teramat jelas bagaimana perasaanku. Jika kata Jongdae bahwa aku juga memiliki perasaan terhadap Chanyeol, itu bisa jadi benar. Tapi entah mengapa aku sangat menepis hal itu. Aku hanya tidak ingin jika nantinya aku terlalu fokus dengan perasaanku, dan terlanjur jatuh ke dalamnya. Aku akan merasa sakit lagi jika sesuatu terjadi di antara hubunganku dengan Chanyeol.
Tanganku tergerak, menyentuh dadaku yang dapat kurasakan bagaimana detak jantungku berjalan disaat aku mengingat Chanyeol. Aku tidak tahu keajaiban darimana aku bisa merasa berdebar hanya karena mengingatnya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-Boyfriend
FanfictionDalam sejarah kamusku, aku tidak pernah mau untuk kembali menjalin kasih kembali dengan mantan kekasih. Namun, sepertinya semua itu tidak berguna lagi setelah aku mengetahui bahwa mantan kekasihku masih mencintaiku. Lalu, apa yang harus aku lakukan...