Bab 17

310 26 2
                                    

Aku mendengus kesal mengingat ucapan Chanyeol yang benar-benar tidak masuk akal sekali. Bagaimana bisa ia menolak berteman denganku? Dan entah mengapa aku harus kesal dan pusing karena hal itu. Aku hanya tidak rela saja jika saling berjauhan dengan Chanyeol seperti ini. Demi apapun, ini bukan apa yang aku minta. Hatiku hanya ingin selalu berada di sisi Chanyeol, saling bergurau dalam berbagai hal, saling melontarkan ejekkan hingga berdebat sampai larut malam. Tetapi, saat ini aku dan Chanyeol bahkan bukan siapa-siapa lagi.

Aku sempat protes padanya, namun yang dilakukan Chanyeol adalah mengusirku dari tempatnya. Ia bilang bahwa ia tidak ingin perasaannya dipermainkan dalam status pertemanan. Apa-apaan dia itu? Mengapa ia harus bersikap terlalu kekanakkan seperti itu? Aku benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikirannya. Jadi kesimpulannya adalah; Chanyeol hanya ingin aku menjadi kekasihnya. Bukankah begitu?

"Aku rasa, kau yang terlalu memperumit semuanya."

Aku mendelik. Tidak puas dengan jawaban Jongdae seperti itu.

Saat ini, aku sedang berada di sebuah kafe setelah menghubungi Jongdae untuk menemuiku. Aku hanya ingin mengeluarkan keluhan saja dan tidak ada yang bisa kuajak cerita selain pria itu. Dan aku sudah mengutarakan semua pikiranku padanya tanpa kusadari. Tetapi Jongdae malah tidak memihakku dalam hal ini.

"Mengapa aku?" ujarku dengan nada tidak terima.

Jongdae memasukkan steak dagingnya terlebih dahulu sebelum menjawabku. Pria itu menunjukku dengan garpunya seraya berceloteh, "Kau yang tidak menyadari perasaanmu. Kau bodoh!"

Aku menggeram tertahan. Jika saja aku sudah tidak punya hati, sudah pasti aku akan melemparinya dengan gelas di hadapanku. Demi apapun, aku merasa sangat jengkel dengan semua ucapannya yang sangat kasar itu.

"Kau bilang kau ingin selalu berada di sisinya, ingin bahagia bersama-sama, ingin menjadikannya sandaran ketika kau bersedih, ingin dia selalu menemanimu. Tetapi kau menolak perasaannya? Heol!"

Aku berjengit jijik melihat ekspresinya. Segera saja aku melempar wajahnya dengan buntalan tisu. "Tolong jangan bertingkah seperti itu!"

Jongdae tertawa. "Kau jelas salah dalam hal ini!" katanya lagi. "Jika aku dalam posisi Chanyeol. Jelas aku tidak akan mau. Kau tahu bagaimana perasaannya, tapi kau malah mengajaknya berteman. Kau pikir akan baik-baik saja jika dia selalu berdekatan denganmu tetapi ia harus menahan perasaannya. Bagaimana perasaannya disaat kau misalkan bersama dengan pria yang kau kencani?" jelas Jongdae panjang-lebar.

Dan aku sungguh tidak percaya bahwa Jongdae bisa diandalkan. Tetapi aku masih tetap tidak menyetujui semua ucapannya.

"Tapi, aku tidak ingin kembali lagi dengan mantan!" ujarku.

"Kau terlalu terjebak di masa lalu. Memangnya kau siapa bisa meramal masa depan? Kau tidak akan tahu bagaimana nantinya," ujarnya.

Aku mendengus karena Jongdae tetap tidak berada di pihakku. Kemudian pria itu segera bersiap untuk berdiri. "Aku harus segera pergi," katanya sambil melirik arloji. "Terima kasih untuk traktirannya," ucapnya terakhir sebelum akhirnya pergi meninggalkanku.

Aku menghela nafas. Lalu melipat tanganku di atas meja dan bertompang dagu disana. Tanganku menari-nari di atas meja menghilangkan kebosanan. Saat ini aku kembali sendirian, merasakan kesepian karena temanku sudah menghilang. Jika aku pulang, tetap saja aku akan kesepian karena Chanyeol sudah tidak lagi mau denganku. Biasanya, aku akan bermain bersamanya, mengganggunya disaat ia sedang sibuk dengan tugas kerjanya, atau memintanya untuk menemaniku menonton film, namun saat ini aku sudah tidak lagi mampu melakukan itu.

"Hyora-ya!"

Kepalaku segera terangkat saat seseorang memanggil namaku. Dan aku menyesali pilihanku yang tidak pulang dengan segera karena saat ini aku bertemu dengan orang yang menyebabkan semuanya tampak rumit. Sehun tersenyum dengan lebar ke arahku, sedangkan aku hanya tersenyum tipis karena tidak ingin terlalu lama bersamanya. Entah mengapa, aku hanya ingin melakukan untuk menjaga perasaan Chanyeol. Apa benar kata Jongdae, bahwa aku juga memiliki perasaan itu?

Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang