"OH MY GOD!!!"
Aku bangkit dari posisi tidurku dalam hitungan kurang dari sedetik. Sangat cepat karena laju jantungku pun berjalan tidak biasa. Demi apapun, aku rasanya seperti ingin membawa diriku terbang menuju ke planet lain untuk membunuh ingatan tentang kejadian semalam. Oke, sampai pada pagi ini pun aku masih tidak bisa menenangkan diri. Bahkan, aku hanya tidur selama dua jam. Seluruh tubuhku terasa sangat dingin, padahal sebelum hal itu terjadi aku merasa sangat demam sekali. Tetapi saat ini aku bahkan merasa sangat beku meski penghangat ruangan sudah kunyalakan sejak kemarin.
Jika kemarin tubuhku benar-benar lemah hingga rasanya bergerak sedikit sangat malas, hari ini aku seperti mempunyai energi berlebihan karena sekarang aku berolahraga mengelilingi kamarku. Berlari-lari kecil lalu push up untuk mengeluarkan keringat, barangkali dengan seperti itu aku bisa merasa tenang. Tapi bayangan saat wajah Chanyeol sangat dekat sekali denganku membuatku segera menegakkan diri dan berteriak heboh.
"AAAAAA!!!"
BUG! Aku membanting tubuhku ke arah ranjang lalu menendangkan kakiku ke udara dengan sangat keras. Perasaan sedih yang kemarin aku rasakan selama beberapa hari karena Chanyeol, sudah resmi pudar dan tergantikan oleh perasaan campur aduk di pikiranku. Entah aku harus marah atau senang pada situasi ini.
Dan yang membuatku benar-benar uring-uringan adalah; aku tidak punya nyali untuk bertatap muka dengan Chanyeol. Ini serius, kemarin bahkan aku tidak punya tenaga sekedar menendang dirinya agar menjauh. Aku dan Chanyeol tidak berciuman, hanya sentuhan bibir namun mampu mengoyak hatiku. Sial!
"Huft!" Aku kembali menegakkan badan.
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, dan aku harus segera bersiap-siap untuk bekerja. Ini sungguh menyiksaku. Bahkan tidur pun aku tak sanggup, bagaimana bisa aku melakukan pekerjaan? Tetapi sepertinya dengan bekerja dapat membunuh semua ingatan itu.
Maka, pada akhirnya aku segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap kembali bekerja.
***
Kepalaku tertunduk, tanganku melilit pada tali tas, berkali-kali aku juga merapalkan doa agar tidak bertemu Chanyeol untuk saat ini. Jantungku masih belum tenang. Bukan maksudku berlebihan, tetapi ini sungguh nyata. Bahkan semua pandanganku seperti menunjukkan adegan tidak terduga itu seakan menggodaku. Oh, sial, aku mengingat hal itu sangat jelas.
Aku menghela nafas, berusaha untuk tenang dan mengusir apapun ingatan di kepalaku untuk sementara ini. Tanganku segera menekan tombol menutup pintu lift setelah berhasil masuk ke dalam ruangan kotak itu. Kakiku mengetuk lantai dengan gelisah. Hingga sebuah suara dari arah luar menghentikan detak jantungku.
"Tunggu!"
Aku mengenali suara itu!
Jangan!
Jangan sekarang!
Mataku melebar saat pintu lift kembali terbuka, karena kedatangan seseorang yang sangat aku hindari saat ini. Oh demi apapun, aku memang selalu sial setiap saat. Bahkan disaat aku tidak menginginkan ini.
Aku segera membuang pandangan darinya dan berpura-pura tidak mengenali. Kakiku sudah sangat gemetar dan rasanya aku ingin mengompol! Oh, tolong jangan sekarang. Telapak tanganku terasa sangat dingin sekali. Biasanya, disaat aku sedang gugup, memang kebiasaanku akan segera muncul.
Perutku mulas.
Oh Tuhan, memang tidak pernah hal baik mendatangiku.
Keadaan di dalam ruang lift itu benar-benar canggung. Chanyeol juga tidak berkata apa-apa padaku layaknya tidak pernah terjadi sesuatu kepada kita kemarin. Tetapi, aku sungguh tidak suka sikap diamnya seperti itu. Apa ia sedang mencoba berpura-pura untuk lupa karena amnesia mendadak? Dan hanya aku yang mengingat semua itu. Bukankah itu sungguh tidak adil?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-Boyfriend
FanfictionDalam sejarah kamusku, aku tidak pernah mau untuk kembali menjalin kasih kembali dengan mantan kekasih. Namun, sepertinya semua itu tidak berguna lagi setelah aku mengetahui bahwa mantan kekasihku masih mencintaiku. Lalu, apa yang harus aku lakukan...