Bab 11

285 27 1
                                    

"Ah, Hyora-ya, sepertinya di sana ada sebuah pertunjukkan!"

Aku kembali menoleh pada Chanyeol saat pria itu berkata riang sambil menunjuk ke sebuah arah. Aku sedikit bersyukur dengan kepekaannya dalam keadaan tidak baik ini. Pria itu dengan cepat membuang topik mengesalkan dan menggantinya dengan yang baru. Maka dengan segera aku merespon perkataannya dengan berkata, "Ayo, kesana!".

Kalimat tanya yang kira-kira tiga menit lalu, masih terngiang sangat jelas dalam pikiranku. Bagai monster yang menghantuiku di pagi hari yang sangat cerah ini. Bukan hal biasa pertanyaan ambigu yang kudengar tadi, ini sungguh mengejutkan hingga mampu membuat jantungku seraya melompat dari tempatnya. Aku bukan bermaksud berlebihan, tetapi memang kenyataannya aku tidak siap dengan pertanyaan bagai peluru yang siap menembakku kapan saja. Benar-benar mematikan!

"Memangnya tidak boleh kita saling menyukai?"

Oh sial, aku mengingatnya kembali. Jika saja diingat berulang kali, pertanyaan itu bermaksud lebih menyukai lagu yang aku dan Chanyeol debatkan. Tetapi, ini salah otakku atau bagaimana, aku lebih terpikir mengarah pada hal suka-menyuka antara aku dan Chanyeol. Uh, aku tahu saat ini aku tidak sepenuhnya sadar karena semestinya pada jam ini aku masih harus terlelap dengan nyenyak di atas kasur, tetapi aku sungguh merasa pertanyaan ambigu Chanyeol lebih mengarah kepada kami. Demi apapun, aku sungguh tidak mengharapkan hal itu.

Mataku terpejam dengan erat, berusaha mengusir bayang-bayang percakapanku dengan Chanyeol tadi. Tetapi rasanya begitu sulit karena pertanyaan yang sialannya mampu menyentuh perasaanku yang sangat sensitif. Ah, demi apapun itu, tolong aku dalam memperbaiki perasaan tidak benar ini. Aku dan Chanyeol hanyalah sepasang mantan kekasih yang sudah tidak lagi layak untuk saling menyukai, apalagi untuk kembali menjalin hubungan. Karena aku dengannya sudah mempunyai pengalaman buruk untuk hubungan itu. Maka, dengan amat jelas, aku hanya ingin kami menjadi teman baik untuk selama-lamanya.

"Buka matamu. Kau ingin tertabrak, hm?" tanya Chanyeol sambil menarikku dalam rangkulannya.

Aku segera membuka mata dengan cepat saat laju jantungku semakin tidak karuan. Demi apa, sentuhan Chanyeol mampu membangkitkan diriku. Aku tahu, bahwa saat ini aku sudah menjadi gadis single yang sangat kesepian, tapi sungguh aku tidak akan mau dengan Chanyeol meski hanya dialah pria satu-satunya yang tertinggal di bumi ini.

"OMO!!!"

Kakiku segera berhenti mendadak hingga membuat Chanyeol juga ikut mengerem. Mulutku menganga terkejut melihat pemandangan dari 4 meter di depanku yang sungguh berhasil memacu jantungku lebih cepat dari sebelumnya. Aku berasa akan segera mati di tempat jika terus merasakan hal itu.

"Kenapa?" Chanyeol bertanya.

Aku menggeleng. "Aku seperti melihat hantu," lirihku, namun aku dengan cepat menepis pikiranku. Apa yang kulihat dengan mata kepalaku memang benar adanya.

Di sana, empat meter dari tempatku, kulihat Kim Jongin—mantanku—tengah berdiri sambil menatapku. Ia juga melihatku dengan tatapan terkejutnya. Di sebelahnya terdapat anak kecil berumur sekitar lima tahunan yang menggendong seekor anak anjing. Yang terpikir olehku saat ini adalah, apa alasan Jongin memutuskanku karena ia sudah memiliki anak? Astaga, aku menyadari bahwa selama ini aku berpacaran dengan pria beristri.

Aku sungguh terkejut.

Dan kejutan itu semakin bertambah dua kali lipat, saat Jongin mendekatiku lalu berkata dengan seenak jidatnya. "Kita perlu bicara."

Kurasa, Chanyeol bergerak mendekat ke arahku. Pria itu berbisik sangat pelan di telingaku. "Dia mantanmu itu 'kan?"

Aku mengangguk.

Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang