"Jangan pernah menyia-nyiakan orang yang selalu berjuang untuk mendapatkan seseorang, karena di suatu hari di saat seseorang tersebut sudah lelah untuk berjuang dan mempertahankan hatinya yang mungkin sudah sakit karena selalu di hiraukan atau tidak pernah dianggap keberadaannya, dia akan pergi dan tidak memperjuangkanmu lagi maka janganlah pernah menyesal karena itu adalah kesalahan yang diperbuat oleh kamu sendiri."
***
Tara sedang menunggu Gifar di dalam kelas karena tidak biasanya Gifar terlambat datang ke sekolah. Khawatir, Itulah yang sedang dirasakan oleh Tara sekarang, gadis itu sangat mencemaskan Gifar saat ini. Tara takut jika Gifar tidak masuk sekolah karena sakit, Tara memutuskan untuk menghubungi Gifar tapi dia tak kunjung mendapat jawaban dari seberang sana.
"Ayo dong Far angkat." Tara mondar-mandir di depan kelas sambil berbicara sendiri. "Kemana sih lo sebenernya?" ucap Tara lagi dan menggigit bibir bawahnya sendiri.
Tara mencoba menghubungi Gifar sekali lagi tapi sekarang Gifar malah memutuskan sambungan teleponnya, itu membuat Tara bertambah khawatir lagi pada Gifar. "Aduh sekarang gue harus gimana ya Al?" masih dengan posisi mondar-mandirnya Tara bertanya pada Alana yang sedang bingung karena terus melihat Tara mondar-mandir tidak jelas.
"Ra, lo gak pusing apa mondar-mandir terus?"
"Udah deh Al gue itu sekarang lagi bingung mikirin Gifar, kenapa coba dia gak sekolah terus yang paling parahnya lagi dia itu gak ngabarin gue dulu."
"Mungkin Gifar lupa ngasih tau lo."
"Kok dia bisa lupa sih? Gak mungkin ah Al kalau dia itu lupa ngasih kabar ke gue soalnya tadi kan lo tau sendiri kalau gue nelpon dia terus sama dia malah dimatiin."
"Ouh iya ya, kalau udah kaya gini sih gue juga jadi bingung sendiri."
"Gue harus gimana nih sekarang?"
"Hmm, ya udah nanti pulang sekolah mending lo ke rumah Gifarnya aja gampangkan?"
"Oke entar pulang sekolah lo temenin gue ke rumah Gifar ya, soalnya gue kan belum pernah ke rumah Gifar hehe."
"Sorry Ra, gue gak bisa soalnya ada janji sama orang."
"Siapa nih orangnya?" goda Tara.
"Ada deh." jawab Alana malu-malu.
"Ouh lo gitu sekarang sama gue, mau main rahasia-rahasiaan nih ceritanya?"
Bayu keluar dari kelas. "Al nanti pulang sekolah jadi kan?" tanya Bayu pada Alana.
"Anu itu gimana ya? Iya deh jadi." jawab Alana dengan ragu-ragu dan canggung, sambil melirik ke arah Tara.
"Oke nanti gue tunggu di parkiran aja ya?" ujar Bayu sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Iya entar gue kesana."
Setelah Bayu kembali masuk ke kelas. "Cie cie jadi sekarang lo sama Bayu nih?" Tara mulai menggoda Alana lagi.
"Enggak kok Ra, gue tadi cuman di ajak jalan aja sama Bayu."
"Udahlah Al, gak usah bohong lagi." ucap Tara sambil terkekeh.
"Eh Ra, bentar lagi bel nih masuk ke kelas yuk." ajak Alana agar Tara tidak lagi menggodanya.
"Gak usah mengalihkan pembicaraan deh Al." jawab Tara yang tau jika Alana sedang mengalihkan pembicaraan.
"Ya udah, kalau gitu gue masuk duluan aja."
"Ih lo kok gitu aja marah sih? Gue bercanda kali Al."
"Hahaha gue juga bercanda Ra, masa gitu aja gue marah, kalau gitu sih gue sensian banget namanya." ternyata Alana hanya mengerjai Tara dengan berpura-pura marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Same Wound ? [COMPLETED]
Teen FictionCinta adalah sebuah kata yang sangat mudah untuk di ucapkan, tetapi cinta adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dideskripsikan.