"Jika kita pernah terluka karena cinta janganlah mengobatinya dengan cara mencintai seseorang lagi, karena bisa saja hal itu mengulang luka yang sama."
.
.
.Tara menghembuskan nafasnya pelan, kini dia sedang berada di taman kota. Menurut Tara, taman adalah tempat dimana dia bisa menenangkan dirinya dan tempat yang selalu dia kunjungi jika dia sedang ada masalah.
Sudah dua jam Tara duduk di salah satu bangku yang ada di taman kota tersebut dengan pandangan yang kosong, dia menatap ke arah rerumputan hijau yang kini basah karena hujan. Baju Tara juga sudah basah karena dia tidak memakai jas hujan ataupun payung sejak pergi ke taman tadi, padahal sejak Tara berangkat dari rumah tadi juga hujan sudah mulai turun walaupun tidak sederas sekarang. Fikiran Tara sedang sangat kacau saat ini membuatnya bertindak tidak karuan, tapi Tara sendiri tidak tau apa yang membuat dirinya seperti sekarang ini.
Tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya. "Ngapain lo hujan-hujanan disini." ujar seseorang yang kini duduk disamping Tara, laki-laki itu melepaskan jaket yang dia kenakan dan memakaikannya pada Tara.
Tara terkejut saat melihat laki-laki itu memakaikan jaketnya pada Tara, "Gifar, lo ngapain makein jaket lo ke gue? Nanti kalau lo kedinginan gimana?"
"Lo belum jawab pertanyaan gue Ra, kenapa lo hujan-hujanan disini, sendirian lagi?" Gifar melihat Tara yang kini mulai kedinginan, Tara bergeming dan tidak menjawab pertanyaan Gifar. Tanpa berbicara sepatah katapun, Gifar menarik tangan Tara dan membawanya ke tempat yang teduh.
"Ngapain lo bawa gue ke tempat yang teduh sih Far? Gw tuh pengen hujan-hujanan biar hati gue tenang." Tara marah pada Gifar karena dia masih ingin menenangkan dirinya dan membiarkan hujan membasahi sekujur tubuhnya.
Gifar menggenggam kedua tangan Tara dan menatapnya. "Ra, kalau lo hujan-hujanan bukan bikin hati lo tenang, itu malah bisa bikin lo sakit."
"Kalau gue sakit gue gak akan ngerepotin lo kok." Tara sedang berusaha bersikap biasa saja didepan Gifar, padahal sebenarnya sekarang dia sedang salah tingkah karena Gifar menatap Tara dan menggenggam kedua tangannya.
"Tapi kalau lo sakit nanti gue jadi khawatir." entah kenapa Gifar merasa khawatir jika nanti Tara sakit padahal dia bukan siapa-siapanya Tara.
Tara tidak menjawab apa-apa, sekarang dia tidak bisa mengatakan apapun lagi, Tara semakin salah tingkah ketika mendengar Gifar mengkhawatirkan dirinya jika dia sakit. Tara melepaskan genggaman tangan Gifar.
"Gue anter lo balik ya Ra."
"Gak usah Far gue bisa balik sendiri, lagian rumah gue kan gak jauh dari sini." Tara menolak ajakan Gifar karena memang rumah Tara tidak jauh dari taman kota.
"Tapi ini masih hujan Ra, pokoknya gue harus nganterin lo pulang." Gifar langsung membawa Tara ke mobilnya dan mengantarkan Tara pulang.
***
Sesampainya di depan rumah Tara, Tara langsung membuka seatbelt dan memberikan jaket yang tadi Gifar pakaikan padanya. "Makasih ya Far, udah nganterin gue."
"Iya sama-sama, ini jaket buat lo aja, terus nanti kalau mandi jangan lupa keramas biar kepala lo gak pusing gara-gara tadi kehujanan." Gifar memberikan kembali jaketnya kepada Tara.
"Eh jangan, ini jaket nanti kalau udah gue cuci, gue balikin lagi ke lo, ouh iya thanks juga lo udah perhatian sama gue."
"Gak usah lo balikin lagi jaketnya ke gue, itu buat lo aja, besok ke sekolah gue jemput ya Ra."
"Gue besok dianterin sama supir gue, jadi lo gak usah repot-repot jemput gue, ya udah gue masuk dulu lo hati-hati di jalan." Tara membuka pintu mobil Gifar dan saat dia akan melangkahkan kakinya Gifar memanggilnya lagi.
"Ra..." panggil Gifar setelah membuka kaca mobilnya.
Tara menghentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya. "Iya ada apa lagi Far?"
"mmm, good night."
"Iya Far, good night too." Tara langung membalikan badannya lagi dan mempercepat langkahnya karena wajahnya sudah mulai memanas dan sekarang mulai memerah.
Gifar menutup kaca mobilnya, dan langsung pergi meninggalkan rumah Tara.
***
Setelah selesai mandi dan makan, Tara berjalan menuju balkon kamarnya dan menatap langit malam yang dihiasi oleh bintang-bintang, sehingga membuat langit itu sangat indah. Tara menghembuskan nafasnya pelan, fikirannya sekarang sedang mengingat kejadian saat di taman kota tadi. Tanpa Tara sadari senyuman telah terukir di bibirnya,Tara begitu bahagia hari ini. Gifar datang di saat yang sangat tepat, Gifar datang saat Tara sedang sedih. Tara memang menyukai Gifar tetapi Tara tidak ingin mengejar dan berharap terlalu banyak pada Gifar, karena Tara takut luka lamanya akan terulang kembali, Tara tidak ingin membuka hatinya secepat ini, namun Gifar selalu bisa membuat Tara nyaman jika didekatnya. Tara hanya ingin mencintai Gifar dalam diam tanpa harus memberi taunya, bahkan sahabat-sahabat Tara pun tidak ada yang tau jika Tara menyukai Gifar. Jika sedang di kelas pun Tara tidak pernah memperhatikan Gifar, namun jika Gifar sedang bermain basket di lapangan atau Gifar sedang makan di kantin diam-diam Tara memperhatikannya.
Setelah beberapa menit memandangi langit malam di balkon rumahnya, Tara berjalan menuju meja bundar dan mengambil handphonenya. Tara melihat ada notification di layar handphonenya itu, ketika Tara membukanya ternyata yang mengirim pesan adalah Gifar.
"Ra lo udah makan belum?" (Gifar)
"udah Far,emang kenapa?" (Tara)
"Gapapa cuman nanya doang." (Gifar)
"Ouh, kalau lo udah makan belum?" (Tara)
"Udah Ra, sekarang lo lagi ngapain?" (Gifar)
"Lagi mau tidur." (Tara)
"Ya udah tidur yang nyenyak ya Ra." (Gifar)
"Oke makasih Far." (Tara)
"Sama-sama, see you Ra." (Gifar)
"See you too." (Tara)
Tara menatap layar handphonenya, baru kali ini Tara di perhatikan oleh orang yang dia sukai. Apakah kali ini Tara tidak akan berjuang sendirian lagi? Apakah Tara tidak akan mengalami yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan lagi?
Mungkin semua jawabannya hanya allah yang tau, namun Tara tidak akan pernah mengejar orang yang dia sukai lagi, karena Tara sudah menerapkan prinsipnya bahwa cewek itu seharusnya dikejar bukan mengejar. Setelah beberapa saat Tara menatap layar handphonenya, dia mematikan handphonenya dan meletakannya kembali ke meja bundar yang ada di dekat kasurnya. Tara mulai memejamkan matanya dan seketika dia langsung masuk ke alam mimpinya.
*** The Same Wound ? ***
Sebenernya sih pengen bikin kalian baper tapi gak tau juga deh :(
Updatenya agak cepet sekarang padahal biasanya tuh update setiap hari selasa tapi sekarang moodnya lagi bagus :)
Jangan lupa vommentnya ya ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Same Wound ? [COMPLETED]
Novela JuvenilCinta adalah sebuah kata yang sangat mudah untuk di ucapkan, tetapi cinta adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dideskripsikan.