Kabar buruk

202 12 5
                                    

"Mengabadikanmu melalui tulisan adalah kesenangan tersendiri. Walaupun aku selalu kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan bagaimana sosokmu. Bagiku kau adalah perwujudan dari imajinasiku yang tak akan pernah terwujud. Terima kasih, kamu telah menjadi sosok yang tak pernah gagal membuatku tersenyum."

***

Sudah seminggu Tara tidak masuk sekolah karena masih demam tinggi, dan selama seminggu itu pula Gifar terus mendatangi rumah Tara setiap hari. Tara masih terbaring lemas di kamarnya, pergi ke rumah Tara sekarang menjadi rutinitas setiap hari bagi Gifar, orang tua Tara pun sekarang sudah tau jika Gifar itu adalah pacar Tara. Orang tua Tara mengizinkan Gifar berpacaran dengan Tara dan datang ke rumah Tara, karena menurut mereka Gifar adalah anak yang sopan dan dapat menjaga Tara.

Tara juga sangat senang karena keluarganya dapat menerima Gifar dengan sangat baik dan mengizinkan mereka berpacaran, orang tua Tara dan Gifar juga sudah sangat dekat walaupun baru saja kenal. Mungkin karena Gifar dapat mengambil hati keluarga Tara dan bersikap sangat santun, Tara merasa bangga menjadi pacar Gifar, Gifar membuat Tara selalu nyaman didekatnya, membuat Tara merasa aman dan bahagia jika Gifar ada di sampingnya. Tara benar-benar tidak ingin kehilangan Gifar, Gifar pun sebaliknya.

Gifar yang hanya memakai baju kaos berwarna hitam lalu memakai jaket berwarna biru dongker dan celana jeans sedang berada di kamar Tara, Gifar melihat Tara sedang duduk di dan menatap layar laptopnya, demam Tara sudah mulai menurun.

"Ra, besok lo udah mau masuk sekolah lagi?" tanya Gifar.

"Kayanya sih gitu Far, soalnya kan badan gue juga udah agak baikan terus gue udah ketinggalan pelajaran banyak banget."

"Kalau gitu besok pagi gue ya yang jemput lo, kita ke sekolah bareng."

"Gak usah Far, gue dianterin sama Mang Dadang kok." Mang Dadang adalah supir keluarga Tara yang biasa mengantar jemput Kak Mila dan Tara.

"Intinya besok lo jam 6 harus udah beres, besok gue jemput lo ke sini."

"Rese lo Far, kan udah gue bilang juga kalau gue itu dianterin sama Mang Dadang." jawab Tara sedikit kesal karena Gifar seperti sedang memaksa Tara.

"Gue gak mau tau pokoknya besok gue jemput lo ke sini."

"Ya udah deh gue nyerah."

***

Setelah selesai sarapan Tara mendengar klakson motor,  Tara yakin itu pasti suara klakson motor Gifar. Tara bergegas keluar rumah setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya, dan benar saja Gifar sudah menunggunya.

"Lo udah lama nunggu di sini?" tanya Tara yang sudah berada di samping Gifar.

"Gue baru datang kok, yuk berangkat sekarang takutnya telat lagi." Gifar menyodorkan helmnya pada Tara.

"Ayuk." jawab Tara sambil menaiki motor ninja Gifar.

Di tengah perjalanan Gifar tiba-tiba Gifar bertanya pada Tara. "Ra, lo nyaman gak sih selama pacaran sama gue?"

"Hah!!! Ngomong apa lo barusan?" tanya Tara yang tidak mendengar pertanyaan Gifar karena jalanan terlalu berisik.

"Gak jadi deh nanti aja nanyanya."

***

Di kantin Tara, Alana, Sari, dan Deani sedang berkumpul seperti biasa. Tadi Sari mengajak para sahabatnya berkumpul di kantin karena ada hal penting yang ingin dia bicarakan.

"Sar, tadi katanya lo mau ngomong hal penting sama kita, emang hal pentingnya apa sih?" Tara bertanya pada Sari yang sejak tadi hanya diam termenung seperti ada masalah yang sedang dia pikirkan.

"Sebelumnya gue mau ngucapin makasih buat persahabatan kita selama ini." jawab Sari yang membuat para sahabatnya itu bingung karena ucapannya.

"Loh kenapa kok tiba-tiba lo bilang makasih sih ke kita? Emangnya lo mau kemana Sar?" tanya Alana yang tidak mengerti apa yang dimaksud Sari.

"Jadi gini guys, bokap gue mau pindah kerjanya ke luar negri. Terpaksa gue sekeluarga harus ikut pindah ke luar negri juga, jadi mungkin hari ini adalah hari terakhir gue sekolah di sini." Sari menundukkan kepalanya karena dia ingin menangis, dia tidak bisa meninggalkan sahabat-sahabatnya dan negri kelahirannya ini.

"Sar, kok lo baru sekarang sih bilang ke kitanya?" Deani bertanya kepada Sari dengan raut wajah yang sedih, bagaimana mereka semua tidak sedih, mereka sudah bersahabat sejak lama sekali. Dan mereka pun sudah seperti saudara, mereka begitu dekat dan sekarang salah satu dari mereka akan pergi jauh.

"Gue juga baru tau kemarin, bokap gue bilang kalau kita semua harus ikut pindah kesana. Sebenernya gue udah bilang ke bokap nyokap gue kalau gue mau tinggal di Bandung sama eyang gue, tapi mereka semua gak kasih izin gue. Padahal gue juga gak mau ninggalin kalian semua, gue pasti gak bisa ngelupain semua momen yang pernah kita lewatin bareng-bareng. Tapi gue gak bisa ngebantah apa yang kedua orang tua gue mau, apalagi gue kan anak tunggal mereka.

Akhirnya air mata Tara, Deani, dan Alana sudah tidak bisa dibendung lagi. Mereka semua menangis di kantin dan banyak orang yang melihat mereka dengan tatapan aneh, tetapi mereka tidak menghiraukan tatapan-tatapan itu.

"Sorry ya semuanya kalau gue punya salah sama kalian, sorry juga kalau gue kadang-kadang bikin kalian kesel sama sikap gue." Sari meminta maaf kepada sahabat-sahabatnya, itu membuat tangis mereka semakin pecah dan menjadi-jadi.

"Lo gak boleh ninggalin kita Sar, lo gak boleh pergi." Tara mulai memeluk Sari.  Alana dan Deani pun ikut memeluk Sari. Mereka semua berpelukan dan menangis.

"Tapi gue gak bisa ngelawan orang tua gue, gue juga gak mau ninggalin kalian. Gue mau bareng kalian terus, lusa gue udah berangkat ke Amerika. Gue harap besok kita masih bisa ketemu dulu."

"Pasti besok kita ke rumah lo Sar, kita bakal perpisahan dulu sama lo." Alana mulai menenangkan dirinya.

"Lo jangan ngelupain kita ya Sar, pokoknya lo jangan lupain momen-momen kebersamaan kita." Tara dan Deani masih terisak, Mata mereka sudah bengkak karena menangis.

*** The Same Wound ? ***

Jangan lupa vommentsnya guys :)

Jangan bosen juga baca cerita gw yang gaje banget ini yaaa

The Same Wound ? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang