Minggu demi minggu pun berlalu, Tara menjalani kesehariannya tanpa adanya Gifar. Kini Gifar benar-benar berubah, dia menjadi Gifar yang sangat berbeda. Sekarang Tara seperti tidak mengenali Gifar, Gifar menjadi sangat-sangat dingin dan cuek. Gifar juga sudah tidak duduk di belakang Tara lagi di kelas, dia dan Bayu pindah ke tempat duduk yang jauh dari Tara dan Alana. Tara sudah berusaha untuk mendekati Gifar, tapi Gifar selalu menjauh jika Tara menghampirinya, bahkan Tara juga berusaha mendatangi rumah Gifar tetapi tetap saja Gifar tidak ingin menemui Tara.
Tara, Alana, dan Deani sedang duduk di kantin. Mereka duduk di tempat yang sering mereka duduki untuk sekedar berkumpul, Tara tidak memakan makanannya dia hanya mengaduk-ngaduk makanannya itu sambil sesekali menghembuskan nafas bosan. Tara tersenyum melihat Gifar berjalan ke arahnya, tapi baru saja Tara ingin menyapa Gifar cowok itu ternyata ingin membeli bakso yang ada di dekat meja Tara dan teman-temannya bukan untuk menghampiri Tara.
"Guys, gue mau nyamperin Gifar dulu ya." ucap Tara pada Alana dan Deani yang tengah fokus pada makanan mereka masing-masing.
"Masih betah aja ya lo Ra ngejar-ngejar dia, padahal kalau lo nyamperin dia pasti dia kacangin." oceh Alana.
"Iya Ra mending lo habisin makanan lo,dari tadi cuman di aduk-aduk aja terus." tambah Deani.
"Tapi kan kalau gue gak terus berusaha, gimana gue bisa tau apa alasan dia ngejauh dari gue? Dan gue juga pengen tau kenapa dia marah banget sama gue? Padahal gue gak tau apa-apa."
"Seenggaknya lo gak usah nyamperin dia terus Ra, emang lo gak malu kalau setiap lo nyamperin dia di tempat rame pasti dia ngacangin lo, dan itu banyak yang ngelihatin." Alana menceramahi Tara dengan nada yang sedikit kesal, mungkin karena Alana kasihan kepada sahabatnya itu karena selalu di acuhkan oleh Gifar jika Tara sedang berusaha untuk mendekat.
"Kenapa harus malu Al? Lagiankan gue cuman pengen ngedenger penjelasan dia aja." jawab Tara.
"Kalau gue sih sependapat sama Alana Ra, soalnya gue kasihan sama lo lagi-lagi, di cuekin sama si Gifar. Gue tau maksud lo nyamperin Gifar itu cuman pengen ngedenger penjelasan dari dia, tapi menurut gue itu cuman bikin lo malu Ra, tapi ya kalau bagi lo itu jalan yang terbaik, sih kita cuman bisa dukung lo aja, kan sebagai sahabat itu harus saling mendukung satu sama lain." jelas Deani panjang lebar.
"Iya makasih ya kalian udah ngingetin gue, tapi gue harus ngelakuin ini biar bisa ngedenger penjelasan dari Gifar langsung."
"Oke Ra, mending lo buruan deh nyamperin si Gifar takutnya nanti dia malah keburu pergi lagi." suruh Alana yang melihat Gifar sudah berjalan menjauh dari tempat penjual bakso.
***
"Gifar." panggil Tara yang kini sedang berjalan mendekati Gifar.
Sama seperti biasa Gifar tidak menjawab panggilan itu.
"Lo kenapa sih Far? Kok ngediemin gue terus." tanya Tara dengan nada yang cukup tenang.
Gifar memakan baksonya dan tidak menjawab pertanyaan Tara.
"Gifar lo denger gak sih gue ngomong?" teriak Tara yang sudah tidak bisa menahan rasa kesalnya lagi karena terus menerus di acuhkan oleh Gifar.
"Ngapain sih lo ganggu gue terus, gak malu apa ngejar-ngejar sampe kaya cewek murahan?" Gifar membentak Tara di depan banyak orang, kali ini Gifar benar-benar membuat Tara sakit hati dan juga marah. Tara tidak terima dikatai di depan banyak orang seperti ini, Tara langsung menjatuhkan air matanya ketika mendengar perkataan itu keluar dari mulut Gifar, Tara tidak percaya Gifar bisa mengatakan itu pada dirinya.
"Far, lo gak bisa apa ngomong baik-baik sama gue? Lo marah sama gue, tapi gue sendiri gak tau salah gue apa." setelah berbicara seperti itu Tara berniat untuk meninggalkan Gifar, tapi ketika dia berbalik dia menabrak dada bidang seseorang yang berada tepat di belakangnya.
Zikra yang sedari tadi berada di kantin, dia melihat Tara berusaha mendekati Gifar, dia tidak bisa tinggal diam saat dia mendengar Gifar mengatakan perkataan yang tidak sepantasnya dia katakan pada seorang wanita yang tidak tau apa-apa itu.
Akhirnya Zikra menghampiri mereka berdua yang sekarang sedang menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di sana. Alana dan Deani yang juga mendengar sahabatnya itu di bentak oleh Gifar langsung menghampiri Tara dan membawa Tara untuk menjauh dari Gifar.
"Lo gak pantes ngomong sembarangan kaya gitu ke cewek!!!" ujar Zikra yang kini berhadapan dengan Gifar.
"Apa urusan lo di sini? Ouh gue tau jangan-jangan lo masih suka ya sama si Tara?"
"Sebagai cowok seharusnya lo itu ngelindungin cewek, bukan malah nyakitin cewek."
"Dia itu gak tau malu, ngeganggu gue terus dan gue gak suka di ganggu."
"Banci dasar lo!!!! Emang lo fikir dia ngeganggu lo tanpa alasan? Dia pasti punya alasan kenapa dia ngejar-ngejar dan ngeganggu lo terus."
"Gue gak perlu alasan, lagian lo gak perlu ikut campur urusan gue."
"Terserah lo, tapi pada akhirnya lo bakal nyesel kalau nyia-nyiain cewek kaya Tara."
***
"Kenapa sih lo berubah Far? gue gak tau apa salah gue tapi kenapa lo tiba-tiba berubah kaya gini?" Tara sedang terisak di taman dekat kompleknya, dia sengaja mencari tempat sepi yang berada di sekitar taman itu, alasan yang paling jelasnya dia ingin menenangkan diri untuk sementara karena kejadian tadi siang.
"Bukan lo yang salah Ra, tapi Gifar aja yang bodoh nyia-nyiain cewek sebaik lo." ucap seseorang seraya menyodorkan beberapa lembar tisu.
Tara mendongakkan kepalanya dan melihat cowok yang dulu pernah dia tolak begitu saja. Zikra. "Lo ngapain di sini?" tanya Tara sambil menatap Zikra dengan tatapan nanarnya.
"Emang gak boleh nemenin cewek yang lagi sendirian di taman sambil nangis-nangis gini?" Zikra bertanya balik.
"Boleh." ucap Tara singkat.
Zikra langsung duduk di sebelah Tara. "Sebenernya lo lagi ada masalah apa sama Gifar? Bukannya kalian itu pacaran?"
"Gue juga gak tau kenapa dia tiba-tiba berubah gitu." jawab Tara kembali menunduk.
"Ra, kalau ada orang suka sama cewek terus dia udah nyatain cintanya ke si cewek itu, tapi sama si cewek itu ditolak terus si cowok yang udah di tolak tadi itu minta jadi sahabat si cewek, kira-kira di terima gak ya?"
"Ya, di terimalah apalagi si cowoknya baik dan gak punya salah apa-apa sama si cewek." jawab Tara yang tidak menyadari jika sebenarnya cewek yang Zikra maksud itu adalah dirinya.
"Jadi kalau gue minta jadi sahabat lo apa lo mau terima gue?"
"Apa!!! Jadi lo itu tadi cerita maksudnya buat gue?" Tara terkejut tidak percaya.
"Ya gue mau jadi sahabat lo, walaupun dulu lo pernah nolak gue, tapi gak ada salahnya kan kita sahabatan?"
"Mmm gimana ya? Hehe iya gue juga mau kok jadi sahabat lo."
"Mungkin dengan cara ini gue bisa ngelindungin lo Ra, walaupun hanya dengan status sebagai sahabat tidak lebih." batin Zikra.
*** The Same Wound ? ***
See you next part,salam dari author❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Same Wound ? [COMPLETED]
Novela JuvenilCinta adalah sebuah kata yang sangat mudah untuk di ucapkan, tetapi cinta adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dideskripsikan.