"Membenci bukanlah alasan yang tepat untuk menjauh."
***
Sekarang Tara, Alana, dan Bayu sedang berada di rumah Gifar. Mereka sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bu Tati, mereka mengerjakannya bersama karena itu memang tugas kelompok. Tara dan Gifar tidak berbicara sejak tadi, mereka hanya mengerjakan tugasnya masing-masing.
Setelah Tara mengambil sesuatu di lantai atas rumah Gifar dia tergesa-gesa menuruni anak tangga, saat dia sedikit berlari menuruni anak tangga itu, tiba-tiba dia terpeleset. Gifar yang sedang berdiri tidak jauh dari tangga itu langsung menangkap Tara, Tara menatap Gifar yang sedang menahan pinggangnya itu, Gifar pun sama menatap Tara dengan lekat. Namun beberapa menit kemudian, saat Gifar menyadari bahwa dirinya sedang menggendong Tara langsung melepaskan Tara dan menjauhkan dirinya begitu saja, sehingga Tara terjatuh.
"Aduh sakit." rintih Tara sambil memegangi pinggangnya.
Gifar hanya memperhatikan Tara yang sedang kesakitan itu dengan tampang cengonya, bukannya membantu Tara dia malah terlihat seperti orang bodoh.
"Lo jahat banget sih Far, main jatuhin gue gitu aja." oceh Tara.
Gifar memasukkan kedua tangannya pada saku celana, lalu pergi meninggalkan Tara yang masih memegangi pinggangnya yang sakit itu.
***
"Eh rese banget ya tuh orang, seenaknya aja main jatuhin gue." omel Tara yang sedang menghampiri Alana.
"Kenapa lagi sih Ra? Kok ngomel-ngomel sih?" tanya Alana yang melihat Tara seperti sedang menahan kesal itu.
"Itu tuh si Gifar, masa dia jatuhin gue gitu aja, padahal gue tadi kepeleset di tangga."
"Emang dia ngejatuhin lo gimana maksudnya?" tanya Alana lagi yang masih belum mengerti apa yang dimaksud Tara.
"Tadi kan gue kepeleset tuh pas turun dari lantai atas, terus ada si Gifar megangin gue. Seharusnya kan dia nolongin gue buat berdiri, tapi ini malah ngelepasin gue gitu aja, gimana gue gak kesel coba?" tutur Tara panjang lebar.
Alana terkekeh, "Jadi lo tadi di bantuin si Gifar, terus sama dia pegangannya malah dilepasin?"
"Hooh, kan ngeselin banget." jawab Tara sambil mendengus kesal.
"Ya udahlah lupain aja, mending sekarang kita nyelesaiin tugasnya biar cepet kelar." ujar Alana.
"Iya bener juga kata lo, males gue lama-lama di rumah dia."
***
"Al, ada yang bisa gue bantuin gak?" tanya Bayu pada Alana yang terlihat sangat sibuk.
"Sebenernya ada sih, tapi gue bisa ngerjain sendiri kok." tolak Alana.
"Gapapa sini biar gue bantuin aja, mana yang perlu gue bantu?"
"Ini nih, lo kerjain itu aja ya." jawab Alana seraya menyodorkan lembaran kertas pada Bayu.
Bayu memegang tangan Alana lalu menatap Alana lekat, "Al, gue mau ngomong sesuatu sama lo."
"Ngomong aja Bay, tapi sebelum lo ngomong lepasin dulu dong tangan gue." jawab Alana sambil menatap tangannya yang di pegang oleh Bayu.
"Eh iya, sorry sorry."
"Mau ngomong apa emangnya Bay?" tanya Alana yang penasaran.
"Gue mau..."
"Alana bantuin gue dong!" teriak Tara memotong perkataan Bayu.
"Iya Ra, tunggu bentar! Ngomongnya entar aja ya Bay, nanti pasti gue dengerin kok." ucap Alana.
"Gagal deh, gue ngomongnya." sesal Bayu.
***
"Assalamualaikum." ucap seseorang di depan rumah Tara.
"Wa'alaikumsalam, cari siapa ya?" tanya asisten rumah tangga Tara, yang di pundaknya terdapat kain dan membawa sapu.
"Taranya ada Bi?" tanya Zikra pada Bi Inah.
"Ouh Non Tara, Non Taranya ada Den, mari saya antar." Zikra mengikuti langkah Bi Inah menuju halaman belakang rumah Tara.
"Non Taranya ada di atas sana Den, mending langsung di samperin aja ke atas." ujar Bi Inah sambil menunjuk ke arah rumah pohon yang berada tepat di halaman belakang rumah Tara.
"Terima kasih Bi."
"Saya tinggal dulu ya Den."
Zikra menganggukkan kepalanya. Dia langsung menaiki tangga menuju rumah pohon tersebut, Zikra melihat Tara sedang membaca novel. Tara melihat Zikra menghampirinya, dia tidak menghiraukan kedatangan Zikra, dia kembali membaca novelnya.
"Hy Ra, lo kok sendirian di sini?" tanya Zikra yang langsung duduk di sebelah Tara, Tara menatap Zikra dengan tatapan jutek.
"Gapapa." jawab Tara singkat.
"Jutek banget Bu." ledek Zikra.
"Bete."
"Kenapa?"
"Gapapa."
"Katanya bete, emangnya bete kenapa?"
"Gapapa."
"Apa gak ada jawaban yang lain Ra?"
"Gak!"
"Ya udah." Zikra mengambil paksa novel Tara.
"Balikin novel gue!"
"Kalau gue gak mau gimana?"
"Balikin atau gue kaduin ke Bunda gue?"
"Cie anak Bunda ciee."
"Ya iyalah gue kan anak Bunda, emang lo sangka gue anak siapa?"
"Iya deh iya, maaf."
"Balikin sini novelnya!!!"
Gifar melihat Zikra dan Tara sedang berada di atas rumah pohon, Gifar hanya ingin mengembalikkan buku pelajaran Tara yang tertinggal di rumahnya. Tapi baru saja Gifar ingin menghampiri Tara, dia malah melihat orang yang dia sayang sedang berdua bersama orang lain.
Orang yang bisa membuat Tara tersenyum selain dirinya, orang yang mungkin dapat membantu Tara untuk melupakannya. Tapi Gifar sadar, ini semua memang kesalahannya, dia belum bisa jujur pada Tara masalah yang sebenarnya, masalah yang membuat dirinya menjauhi Tara.
Padahal dia tau jika menjauh tidak akan menyelesaikan masalah ini semua, tapi dia juga tidak tau cara untuk menyelesaikan masalah ini sedangkan dia belum siap untuk menceritakan semuanya pada Tara.
*** The Same Wound ? ***
Sorry lama banget updatenya, soalnya gue lagi sibuk banget. Dan ada rasa males yang melanda hehe...
Tapi jangan bosen ya baca cerita ini, terus nungguin updateannya walaupun lama. Toh nunggu updateannya juga gak selama nunggu gebetan peka kan?
See you next part, salam dari author❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Same Wound ? [COMPLETED]
Teen FictionCinta adalah sebuah kata yang sangat mudah untuk di ucapkan, tetapi cinta adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dideskripsikan.