Hai guysss, gue balik lagi ke lapak yang mungkin sekarang ini bisa dikatakan udah karatan😂. Jujur sih gue udah kangen banget nulis lagi di lapak tersayang gue ini muach😘....(orang alay mah bebas ya hahaha), ya udah basa basinya gak usah terlalu panjang. MARI DILANJUT BACANYA PARA READERS YANG MASIH SETIA NUNGGUIN KISAH GIFAR DAN TARA,,,,,,
***
Bayu menggenggam erat tangan Alana. "Gue suka sama lo, apa lo mau jadi pacar gue? Sorry kalau gue gak romantis, karena gue gak bisa kayak cowok lain yang romantis kalau nembak cewek," tembak Bayu.
Alana menepuk-nepuk wajahnya, ia memastikan jika ini bukanlah mimpi semata melainkan sebuah kenyataan yang sangat dia impikan sejak lama.
"Gue mau jadi pacar lo Bay," jawab Alana tanpa rasa ragu sedikitpun.
Tara memperhatikan Alana dan Bayu. Ketika melihat Bayu menyatakan perasaannya pada Alana, Tara teringat saat Gifar menyatakan perasaannya dulu pada Tara. Seperti ada batu yang menghantam dirinya ketika mengingat saat-saat itu, tak terasa air mata Tara jatuh dan membasahi pipinya, Gifar diam-diam memperhatikan Tara dari kejauhan. Gifar beranjak dari tempatnya menghampiri Tara, kini dia berada di hadapan Tara dengan tangan yang terjulur di depan Tara, Tara yang sedari tadi menunduk akhirnya mencoba melihat orang yang ada di hadapannya itu.
"Berdiri!" suruh Gifar.
Tara tidak menjawab Gifar dia hanya menatap tangan Gifar dengan pandangan yang tidak dapat di artikan. Gifar akhirnya meraih tangan Tara dan membawa pergi dari tempat itu, Tara tidak berbicara sepatah katapun dia hanya mengikuti Gifar yang sekarang menggandeng tangannya. Gifar membawa Tara ke sebuah bukit kecil yang ada di sana, di sana sangat sepi bahkan bisa dibilang tidak ada orang satupun di sana.
"Ngapain lo bawa gue kesini?" Tara menatap Gifar yang sekarang berada tepat di sampingnya, dan dalam posisi tangan Gifar masih menggenggam erat tangan Tara, Gifar seperti tidak ingin melepaskan tangan gadis itu lagi.
"Kenapa tadi lo nangis?" bukannya menjawab pertanyaan Tara, Gifar malah bertanya hal lain padanya.
"Gapapa." Tara memalingkan pandangannya ke depan, melihat pemandangan dari atas bukit itu, lampu-lampu kota yang bertebaran membuat pemandangan dari atas sana terlihat sangat indah.
"Gue sadar kalau sekarang gue bukan siapa-siapanya lo lagi, tapi gue tetep gak mau lihat lo nangis." ujar Gifar benar-benar tulus dari hatinya, "Karena sebenernya gue masih sayang sama lo." batin Gifar.
"Lo itu mau apa sih sebenernya?"
"Maksud lo?"
"Sikap lo yang kayak gini tuh bikin gue bingung."
"Emang kenapa sikap gue?" tanya Gifar yang membuat Tara semakin emosi.
"Lo tuh mikir gak sih? Sikap lo yang kadang-kadang baik terus nanti berubah jadi kasar itu bikin gue bingung harus kayak gimana, apa lo mau bikin gue baper terus lo jatuhin lagi?"
"Ra, gue gak ada maksud kayak gitu. Gue ngelakuin ini karena ...." Gifar tampak sedikit berfikir, "Karena gue gak mau lihat lo sedih."
"Far, apa selama ini lo gak sadar kalau semua yang lo lakuin ke gue itu bikin gue sedih?"
"Maaf." hanya satu kata itu yang kini bisa Gifar ucapkan, dia benar-benar tidak sadar bahwa selama ini dirinya telah membuat orang yang sangat dia sayangi merasa sedih.
"Gampang banget ya lo ngucapin kata-kata itu, lo fikir dengan lo minta maaf sama gue bisa bikin hati gue gak sakit lagi? Udah cukup Far hati gue sakit karena lo, dulu lo bilang gak akan bikin gue sedih, gak bakal bikin gue kecewa, gak akan bikin gue nangis, tapi omongan lo gak ada satupun yang jadi kenyataan, lo selalu,,," ucapan Tara terpotong ketika Gifar menariknya dan memeluknya. Tara mencoba melepaskan dirinya dari Gifar, tapi pria itu malah semakin mengeratkan pelukannya. Tara terisak di pelukan Gifar, dia tidak bisa menahan air matanya lagi, dia tidak bisa membohongi perasaannya lagi jika sebenarnya dia juga merindukan Gifar, tapi Tara masih belum membalas pelukan Gifar.
"Aku minta maaf." ucap Gifar yang masih memeluk Tara. Tara hanya bisa menangis saat ini, entah apa yang dia pikirkan, yang jelas sekarang perasaannya sedang berantakan. Akhirnya Tara melepaskan pelukan Gifar dan kembali mengalihkan pandangannya sambil menghapus air matanya yang terus mengalir.
"Far gue duluan ke tenda." pamit Tara yang mulai beranjak pergi, tapi langkahnya terhenti karena Gifar menarik lengan Tara.
"Ra, gue mau jujur sama lo." Gifar menatap Tara begitu lekat.
"Apa?" tanya Tara yang kini tidak berani membalas tatapan Gifar.
Gifar memegang kedua pipi Tara, mencoba agar gadis itu membalas tatapannya, Tara akhirnya memberanikan diri untuk menatap Gifar. "Gue masih sayang sama lo, maafin gue." seketika darahnya berdesir kencang, jantungnya berdetak tak karuan, tapi Tara berusaha terlihat biasa saja di depan Gifar.
"Gue udah maafin lo, jadi sekarang tolong biarin gue pergi." Tara melepaskan kedua tangan Gifar dari pipinya, dan pergi dari hadapan Gifar.
Gifar menatap punggung Tara yang mulai menjauh, "Gue pengen lo balik lagi Ra." batin Gifar.
***
Hari ini jadwal kegiatan perkemahan adalah menjelajah, semuanya sedang berbaris sesuai dengan kelompok yang kemarin telah di buat oleh pembina. Gifar berdiri di belakang Tara, mereka sedang memperhatikan pembina yang memberi informasi lebih lanjut untuk kegiatan hari ini.
Tara mendengarkan dengan baik setiap informasi yang di berikan, ada satu hal yang mengganjal di hatinya yaitu dia harus satu kelompok dengan mantannya yang sedang berusaha dia jauhi, karena menurut Tara menjauh adalah cara yang tepat untuk melupakan. Sesekali dia mendengus sebal karena harus menghadapi kenyataan yang menurutnya buruk itu. Tara merasakan kepalanya sedikit pusing, dan sekarang pandangannya mulai memburam, Tara berusaha agar tetap kuat mendengarkan pembina yang masih saja berbicara di depan.
Bukk...
Gifar langsung menangkap Tara yang tak sadarkan diri, terlihat jelas raut wajah Gifar yang berubah menjadi cemas. Dia langsung mengangkat tubuh Tara tak memerdulikan orang-orang yang kini tengah memperhatikannya, salah satu guru yang melihat kejadian itu pun menyuruh Gifar untuk membawa Tara ke tendanya.
Setelah sesampainya di tenda Gifar langsung merebahkan tubuh Tara dengan sangat hati-hati, Gifar tau apa yang telah membuat Tara menjadi pingsan seperti sekarang, Gifar mencari sesuatu yang bisa membuat Tara sadar. Dia terus memperhatikan wajah Tara yang memucat, kekhawatirannya semakin bertambah tapi dia tidak tau harus berbuat apa saat ini, Gifar hanya bisa menunggu Tara sampai sadar, tangannya mengelus rambut Tara dengan lembut.
Tara berusaha membuka matanya, orang yang pertama dia lihat adalah Gifar, dia menatap Gifar begitu lekat dan Gifar juga menatapnya, sekarang tatapan mereka menyatu menyiratkan kerinduan. Cukup lama mereka bertatapan, akhirnya Tara berusaha duduk, dengan sigap Gifar membantu Tara untuk duduk.
"Ngapain lo disini?" tanya Tara sambil memegangi kepalanya yang masih sedikit pusing.
"Gue yang bawa lo kesini." jawab Gifar seadanya.
"Peduli apa lo sama gue, sampe nolongin gue gini?"
"Jangan sakit lagi." Tara yang mendengar ucapan Gifar tersebut hanya bisa diam membisu tanpa bisa menjawab apa-apa lagi.
Setelah itu Gifar langsung meninggalkan Tara sendiri di dalam tenda, Tara yang ditinggalkan hanya sibuk dengan pikirannya sendiri.
*** The Same Wound ? ***
Hayolooo siapa yang masih baca cerita ini????
Gue bakal lanjutin lagi cerita ini, jadi jangan hapus dulu cerita ini dari library kalian yaaa
Maaf juga karena hiatus lama bangett hehehe...
JANGAN LUPA DI VOTE & COMMENT YA GUYS, COMMENT SEBANYAK-BANYAKNYA OKEE
Salam dari author, see you next part❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Same Wound ? [COMPLETED]
Novela JuvenilCinta adalah sebuah kata yang sangat mudah untuk di ucapkan, tetapi cinta adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dideskripsikan.