Gifar duduk di kursinya, Bayu melihat wajah Gifar seperti sedang menahan emosi. Beberapa detik Bayu masih diam tidak bertanya pada Gifar, tapi lama kelamaan rasa penasarannya semakin bertambah.
"Far, lo lagi marah ya?" akhirnya Bayu tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi.
"Kagak, emangnya gue kelihatan kaya yang lagi marah?" dia bertanya balik.
"Lo kaya yang lagi nahan emosi gitu."
"Sebenernya, gue emang lagi emosi."
"Lah, kok baru datang udah emosi aja sih lo." Bayu kalau berbicara dengan Gifar memang jarang sekali mengeluarkan atau menggunakan bahasa berbicara yang kasar, tetapi sebenarnya Bayu jika sedang berbicara dengan temannya yang lain selalu menggunakan bahasa yang sedikit kasar karena nyatanya Bayu memang seperti itu orangnya. Gifar tidak bisa menggunakan bahasa sunda karena dia memang tidak bisa dan tidak mengerti.
"Gue habis lihat Tara bantuin si Zikra tadi."
"Si Zikra yang lo maksud itu Ketua Osis di sini?"
"Iya yang pernah nembak Tara waktu itu."
"Kalau kaya gitu sih namanya tuh cowok modus njir." Bayu mengeluarkan kata-kata kasarnya karena dia juga ikut emosi.
"Kenapa jadi lo yang emosi?"
"Ya kesel banget dengernya, kalau kata gue lo wajar kaya gini karena lo pacar dia, itu namanya lo cemburu karena ngelihat dia deket sama cowok lain."
"Ya udahlah terserah dia."
Tidak lama kemudian Tara masuk ke dalam kelas, seperti biasa dia duduk di samping Alana. Tara melihat Gifar yang berada tepat di belakangnya tapi hari ini benar-benar tidak seperti biasanya Gifar tidak menyapa Tara atau menghampiri Tara dan berdiri di sebelah Tara. Tara menatap Gifar dengan raut wajah bingung.
"Kemarin gue ke rumah lo tapi kenapa lo gak mau ketemu sama gue?" tanya Tara sambil memutar bangkunya ke belakang menghadap Gifar.
Tidak ada jawaban dari lelaki itu melainkan dia beranjak dari kursinya, Tara hanya bisa menatap lekat punggung Gifar yang mulai menjauh. "Sebenernya dia kenapa sih? Kok tiba-tiba marah gitu sama gue?" batin Tara kembali di penuhi dengan tanda tanya. Karena terlalu penasaran Tara memutuskan untuk mencari Gifar, dia akan bertanya pada Gifar dengan pertanyaan yang kini membuat Tara bingung. Tara segera keluar dari kelas dan sedikir berlari untuk mencari Gifar, Tara menyusuri koridor sekolah mencari Gifar ke setiap sudut sekolah, padahal sekolah itu sangat besar tapi tak sedikit pun Tara mengeluh. Akhirnya Tara menemukan Gifar sedang berada di rooftop sekolah, Tara mulai menghampiri Gifar dengan langkah yang sangat lambat.
"Gifar." panggil Tara dengan nada bicara yang sangat berhati-hati.
Sontak Gifar pun menengok ke arah suara itu yang terdengar dari belakangnya dan menemukan Tara yang berdiri di belakangnya sambil menatap lekat mata Gifar, tapi Gifar tetap tidak menjawab panggilan Tara, bergumam saja Gifar tidak berniat sama sekali apalagi untuk mengeluarkan suara. Padahal yang sedang berdiri di belakangnya adalah pacarnya sendiri, karena kejadian yang tadi pagi dan masalah yang sedang Gifar sembunyikan dari Tara dia menjadi laki-laki yang cuek dan tidak ingin berbicara lagi dengan pacarnya itu.
"Lo sebenernya kenapa sih Far?" kok tiba-tiba berubah kaya gini, lo marah sama gue? Kalau lo marah sama gue kasih tau apa salah gue Far?!"
Gifar tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya tadi, Gifar hanya memasukkan tangannya ke dalam saku celananya dan menghembuskan nafasnya kasar. Gifar terdiam sejenak mendengar perkataan Tara yang membuat perasaan bersalah muncul di hati Gifar, tapi mungkin ini adalah jalan yang terbaik agar suatu saat nanti Tara tidak terlalu kecewa padanya.
Tapi sekarang dia juga tetap saja akan membuat hati Tara sakit. Walaupun begitu Gifar memiliki alasan untuk melakukan ini pada Tara, karena jika dia tidak melakukannya sekarang maka akan semakin banyak kenangan yang Gifar dan Tara jalani bersama,mungkin itu akan membuat Tara lebih sakit hati. Sudah terlihat jelas di mata Tara jika ada air yang siap tumpah kapan saja mungkin sekali saja dia berkedip maka air itu akan langsung membasahi pipinya.
"Mulai sekarang dan seterusnya anggap aja kita gak pernah kenal, lupain hal-hal yang pernah kita jalanin bareng-bareng Ra. Kalau perlu lo terima aja si Zikra itu, lo juga sebenernya suka kan sama dia?" Gifar benar-benar sudah tidak bisa diam saja, sampai akhirnya dia mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hati Tara.
"Jadi lo sangka gue suka sama Zikra? Gue tuh gak pernah suka sama dia Far. Kalau pun gue suka sama dia kenapa gak gue terima aja waktu dia nembak gue dulu? Gue cuman sayang sama lo bahkan gak pernah terlintas sedikit pun di fikiran gue kalau gue itu mau selingkuh dari lo." tak terasa air mata Tara sudah mulai mengalir dan membasahi pipinya. Tara terisak, dia benar-benar tidak menyangka Gifar bisa mengatakan itu pada Tara. Kenapa Gifar mengatakan itu pada Tara padahal Tara sama sekali tidak tau apa salahnya sehingga membuat Gifar menjadi seperti sekarang ini. Sudah dua kali dikecewakan oleh Gifar, Tara sudah berusaha melupakan masa lalunya dengan keberadaan Gifar sekarang di hidupnya, tapi Gifar tiba-tiba berubah dan mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hatinya, membuat luka yang mulai terobati itu menjadi kembali terluka. Lagi-lagi Tara tersakiti karena cinta, mungkin Tara tidak bisa bahagia jika mencintai seseorang.
Jika ada yang berfikiran bahwa Tara terlalu berlebihan mungkin itu salah karena baru sekali Tara berpacaran dan itu langsung membuat hatinya sakit, baru sekali merasakan yang namanya memiliki tapi kebahagiaan itu hanyalah untuk sesaat.
*** The Same Wound ? ***
Lagi semangat update nih,jadi terus tunggu part selanjutnya ya
Nunggu updatean cerita ini gak selama nunggu dia peka kok tenang aja wkwk *edisi curhat
See you next part,salam dari author ❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Same Wound ? [COMPLETED]
Teen FictionCinta adalah sebuah kata yang sangat mudah untuk di ucapkan, tetapi cinta adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dideskripsikan.