Bagian 1

6.9K 300 4
                                    

"Hafiz, ponselmu berbunyi." Teriak seseorang yang ditujukan pada laki-laki yang tengah berada di kamar mandi.
Laki-laki yang dipanggil itu nampak keluar menggunakan kaos oblong berwarna putih serta celana training dengan rambut yang masih setengah basah.

Diraihnya ponsel miliknya yang berada di nakas samping ranjangnya. Tertera nama 'Ibu' di layar ponselnya. Dia mengernyitkan dahinya. Ada apa ibunya menelponnya malam-malam begini? Batinnya.

Ah, dia baru ingat sejak dia menginjakkan kakinya di negeri matahari terbit ini dia sama sekali belum menghubungi ibunya. Kenapa dia bisa melupakan itu?

"Assalamualaikum bu." Sapanya lembut pada seseorang di seberang sana.

"Waalaikumsalam le, kamu itu gimana tha? Dari tadi nggak ngabarin ibu. Ibu kan jadi khawatir." Omel ibunya di seberang sana kental dengan logat Jawanya.

"Maaf bu, tadi Hafiz lupa." Ujarnya merasa bersalah karena lupa memberi kabar pada perempuan yang telah melahirkannya.

Ibunya terdengar mendengus. "Kamu itu masih muda udah pelupa." Gerutu ibunya. "Kamu udah makan? Udah sholat belum?" Imbuh ibunya.

"Alhamdulillah sudah bu."

"Ya sudah kalau begitu ibu tutup dulu ya, mau masak air buat minum bapakmu, baru pulang dari pengajian. Assalamualaikum."

"Iya bu. Waalaikumsalam"

Klik.
Sambungan terputus. Hafiz segera menaiki ranjangnya untuk tidur, mengingat besok adalah hari pertama dia masuk kuliah di Negeri Sakura ini.

***

Keesokan harinya, Hafiz tengah bersiap untuk berangkat kuliah.
Hafiz adalah seorang mahasiswa baru di Universitas Kyoto, Jepang. Di sini dia menyewa sebuah dormitory atau yang biasa disebut dengan asrama. Dormitory di sini umumnya terdiri dari 2-4 ranjang yang berukuran untuk satu orang. Hafiz menyewa kamar ini bersama Restu.

Dia dan Restu menyewa dormitory ini untuk 6 bulan ke depan. Sebab, baik mahasiswa, mahasiswi maupun dosen di sini, tidak boleh terlalu lama menyewa dormitory.

Restu adalah teman kecilnya. Restu tinggal di Jogja sampai dia berumur 13 tahun. Begitu Restu menginjak kelas satu SMP, dia pindah ke Palembang karena ayahnya dipindah tugaskan di sana. Setelah itu, mereka tak lagi berkomunikasi.

Hingga kemarin Allah mempertemukan keduanya di Bandara Internasional Tokyo.

Saat itu Hafiz tengah mencari orang yang diutus Dekan kampusnya saat dia mengejar pendidikan S1nya yang ditugaskan untuk menjemputnya. Ketika berada di pintu kedatangan, ada seorang pria yang membawa sebuah kertas bertuliskan namanya. Dia menghampiri pria tersebut, dan ternyata pria itu adalah Restu. Sebelumnya, Hafiz tidak tahu jika yang ditugaskan untuk menjemputnya adalah Restu.

Alhasil mereka bertemu di situ, setelah sekian lama mereka tak bertemu.

"Sudah siap?" Tanya Restu.

Pria itu tampak sudah siap dengan tas yang sudah tercangklong rapi di pundaknya.

Hafiz mengangguk. "Berangkat sekarang?"

"Iya, jangan sampai kita terlambat."

Hafiz lantas mengambil ranselnya lalu mengunci pintu. Mereka bergegas menuruni anak tangga.

"Mau ku antar ke ruang Dekan?" Tanya Restu begitu sampai di area kampus.

Hafiz mengangguk cepat. "Tentu saja, aku tidak mau tersesat nantinya."

Restu terkekeh pelan. "Baiklah. Mari ku antar!"

Mereka melangkahkan kaki mereka ke lantai teratas tepat di mana ruang Dekan berada. Tak lama kemudian, mereka sampai di depan sebuah pintu berwarna cokelat bertuliskan 'Mr. Andrew Akihiro'.

Sajadah Cinta Di Negeri Sakura |√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang