Bagian 20

2.1K 133 2
                                    

"Apa kabar Aira?"

Aira menatap tak percaya pria di hadapannya. Bagaimana mungkin laki-laki yang sudah pergi meninggalkannya tanpa kabar tiga tahun yang lalu, hari ini tiba-tiba kembali mendatanginya?

"Robert,"

Pria itu tersenyum menyeringai, "Ternyata kau masih mengingatku Aira." Pria bernama Robert itu terus melangkah maju mendekati Aira. Sontak Aira berjalan mundur secara perlahan.

"Untuk apa kau datang kemari?" Tanyanya masih mencoba menghilangkan kegugupan.

"Untuk apa?" Robert terkekeh, "Tentu saja untuk menemuimu Aira, kau kan masih kekasihku."

"Aku bukan kekasihmu Robert. Sejak kau pergi tanpa kabar, hubungan kita sudah berakhir. Kita sudah tidak memiliki hubungan apapun. Dan aku sudah menikah, Robert." Tegas Aira.

"Aku tidak peduli Aira. Dan apa ini? Apa yang kau pakai? Pasti suamimu yang menyuruhmu menggunakan pakaian aneh ini bukan?" Robert memegang ujung khimar yang dipakai Aira. Gadis itu segera menepis tangan pria itu.

Aira menggeleng, "Apa maumu?"

"Mauku? Aku mau kau kembali padaku dan tinggalkan suamimu itu." Robert menatap tajam Aira.

Aira menggeleng tegas, "Tidak, aku tidak akan pernah mau kembali padamu. Apa kau tidak dengar jika aku sudah memiliki suami?!"

"Aku tidak peduli Aira! Bagiku, kau tetap milikku!"

Robert terus melangkah mendekati Aira, membuat gadis itu berjalan mundur hingga menabrak tembok dibelakangnya. Robert mengurung Aira dengan tangannya. Aira terus memberontak, mencoba keluar dari kurungan Robert, tapi tenaga Robert terlalu besar baginya. Pria itu tersenyum menyeringai, wajahnya semakin dekat dengan Aira.

Aira memejamkan matanya. Dalam hati dia berharap ada orang yang datang untuk membantunnya.

Belum sempat Robert mencium Aira, ada sebuah baju yang menarik bajunya dan memberinya sebuah bogeman mentah ke wajahnya.

Mendengar suara keributan, Aira membuka matanya. Matanya terbelalak ketika melihat Ali memegang kerah Robert sembari menahan amarah. Sementara Hafiz mencoba menenangkan Ali dan memisahkan keduanya.

Aira berjalan menghampiri mereka. "Sabar Ali, kendalikan emosimu. Jangan sampai syetan menguasai dirimu." Ujar Hafiz.

Ali melepaskan tangannya yang memegang kerah baju Robert. Dia mengacak rambutnya kasar.

"KAU PERGI SEKARANG!" Sentak Ali pada Robert.

"Baiklah aku akan pergi, tapi aku akan kembali. Urusan kita belum selesai." Robert berjalan pergi meninggalkan mereka.

Ali mendaratkan pantatnya di sofa yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Hafiz menghampiri Aira, "Kau tidak apa-apa kan Aira?" Tanyanya lembut.

Aira mengulas senyum, "Tidak apa, hanya sedikit takut."

"Jangan takut, ada aku di sini." Hafiz mengusap lembut pipi Aira dengan ibu jarinya. Dia membawa Aira ke pelukannya.

"Tenanglah, Habiba."

Lagi dan lagi pipi Aira memerah karena perlakuan Hafiz. Jika saja dia sedang tidak dipeluk Hafiz, mungkin Hafiz bisa melihat pipinya yang merah bak kepiting rebus.

"Hey apa kalian akan terus bermesraan dan mengabaikan keberadaanku di sini?" Protes Ali menyadarkan keduanya.

Aira mengurai pelukan mereka. Dia segera menyuruh Ella untuk membuatkan minum untuk mereka.

"Kau tidak apa-apa kan Ali?" Tanya Hafiz yang dijawab gelengan kepala oleh Ali.

Aira duduk di sebelah Hafiz, "Darimana kalian tahu jika Robert ada di sini?"

"Dari Ella," Sahut Hafiz menjawab.

"Ella?"

Kedua laki-laki itu mengangguk, "Tadi saat aku baru sampai di Restoran, Ella menelpon Ali. Dia mengatakan jika ada seorang pria yang tak dikenal menemuimu. Ella juga menyebutkan ciri-ciri pria itu, dan Ali mengenal lelaki itu. Lantas kami segera kemari, takut terjadi apa-apa padamu." Jelas Hafiz.

"Kau tahu, aku sangat cemas dari tadi. Aku takut dia berbuat macam-macam padamu," Ungkap Ali.

Aira tersenyum, "Ya aku tahu, tapi kau tak seharusnya marah seperti itu."

"Kau benar, aku tak seharusnya marah pada pria itu, tapi Hafiz yang seharusnya marah padanya." Ujar Ali melirik Hafiz. Sedangkan Hafiz tampak mengabaikan ucapan Ali, dia lebih memilih menyesap kopi yang diantar Ella tadi.

Aira ikut melirik ke arah Hafiz yang tampak tak menghiraukan perkataan yang terlontar dari Ali. Benar apa yang dikatakan Ali, seharusnya Hafiz yang marah pada Robert, bukan Ali. Ada sedikit perasaan mengganjal di hati Aira. Apa Hafiz tak mencintainya hingga suaminya ini tak memerdulikannya yang hampir disakiti laki-laki lain? Batinnya.

Segera Aira mengenyahkan semua pikiran buruk itu. Mungkin Hafiz tidak mau berbuat gegabah yang nantinya bisa menimbulkan masalah bagi mereka. Batin Aira berpikir positif.

~~~~~~~~~~~SCDNS~~~~~~~~~~~

Sorry for typo

'Sa


Sajadah Cinta Di Negeri Sakura |√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang