Bagian 14

2.2K 153 0
                                    

Aira duduk terpekur. Sedari tadi dia terus memperhatikan jalan menuju ke Universitas Hafiz.

Tadi, Bibi Zainab menyuruh Aira dan Hafiz untuk pergi ke butiknya untuk membuat baju yang akan keduanya kenakan ketika hari pernikahan mereka. Dan saat ini, dia dan Hafiz sedang dalam perjalanan pulang karena sudah selesai.

Mata Aira menerawang keluar jendela. Ingatannya memutar ke kejadian beberapa saat yang lalu. Di mana dia sedang berada di kantin Universitas Hafiz.

Flasback on

Aira menyesap minumannya. Sudah 10 menit lamanya dia di sini, tapi yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang.

Sebenarnya ini juga salahnya, sebab datang terlalu awal. Padahal kelas Hafiz baru akan berakhir 25 menit lagi. Tapi itu semua memang kemauannya datang lebih awal, agar dia bisa berkeliling Universitas yang menjadi tempat calon suaminya menimba ilmu. Ah, mendengar kata 'Calon Suami' membuatnya malu sendiri.

Padahal jika dilihat-lihat, rasanya baru kemarin dia menginjak umur 10 tahun. Tanpa terasa usianya sudah menginjak 23 tahun, dan sebentar lagi, dia akan menikah. Waktu berlalu begitu cepat rupanya.

"Permisi, apa kami boleh duduk di sini?" Aira mendongak. Di depannya kini ada dua orang gadis, satu berambut pirang, dan satu berambut hitam. Wajahnya yang oriental menandakan bahwa mereka adalah orang Jepang asli.

"Maaf sebelumnya tapi, hanya bangku ini yang kosong. Bangku yang lain sudah penuh." Ujar wanita berambut pirang.

Aira mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. Benar, semua bangku sudah terisi, tinggal bangku ini saja yang kosong. Dan lagi, tidak ada salahnya membantu orang yang tengah kesulitan. Pikirnya.

Perlahan dia mengangguk. Kedua gadis itu menyunggingkan senyum lalu segera mengambil tempat di depannya.

"Aku Alice, dan dia temanku Elisha. Siapa namamu?" Tanya seorang wanita berambut pirang seraya mengulurkan tangannya.

Aira mengulum senyum, "Aku Aira," Ucap Aira sembari menerima uluran tangan wanita di depannya.

"Oh ya, maaf sebelumnya, kau dosen baru ya? Atau mahasiswa baru? Karena aku belum pernah melihatmu sebelumnya." Tanya Elisha penasaran.

"Bukan, aku bukan mahasiswa baru atau pun dosen di sini."

"Lalu?" Tanya keduanya bersamaan.

Aira terkekeh, "Aku menunggu seseorang,"

"Seseorang? Siapa? Apa dia juga Fakultas Ekonomi Bisnis juga?"

Aira mengangguk samar. "Ya, dia Fakultas Ekonomi Bisnis juga. Namanya Hafiz, Khayrul Hafiz."

Keduanya mengangguk. "Dia, siapamu? Kakakmu? Atau sepupumu?" Tanya Alice.

Aira menggeleng, "Dia calon suamiku." Pipi Aira bersemu merah.

"Tapi, bukankah Hafiz sedang dekat dengan Fa aww," Segera Alice menginjak kaki Elisha sebelum Elisha mengucapkan hal-hal yang lebih jauh lagi.

Alice tersenyum canggung ke Aira. "Maaf ya Aira, Elisha kalau bicara suka mengada-ada."

Aira menggelengkan kepalanya. "Tidak apa."

"Kalau begitu kami permisi. Masih ada hal yang harus kami selesaikan." Pamit keduanya lalu melenggang pergi.

Sebuah suara menghentikan lamunannya.
"Aira kita sudah sampai."

Aira mengerjapkan matanya pelan.

"Kau kenapa Aira?"

Aira menggeleng, "Tidak, aku hanya sedikit pusing saja."

"Kau sakit? Apa perlu kita ke dokter dulu?" Raut wajah Hafiz terlihat khawatir.

Aira mengulas senyum, "Tidak usah. Mungkin dengan beristirahat sebentar, bisa membuatku lebih baik."

Hafiz mengangguk, "Kalau begitu beristirahatlah setelah sampai. Asaalamualaikum." Pamit Hafiz.

"Waalaikumsalam."

***

Aira menghempaskan tubuhnya di ranjang miliknya begitu sampai di rumah.

Kata-kata Elisha terus terngiang di kepalanya. Fa? Fa siapa yang mereka maksud? Hafiz sedang dekat dengan siapa?

Ribuan pertanyaan itu terus terngiang di kepalanya.

Ingin sekali dia bertanya langsung dengan Hafiz. Tapi dia malu. Mereka kan belum menikah, dan lagi, nanti dia malah terkesan cemburu. Lalu dia bertanya pada siapa?

Ali, tidak mungkin karena dia pasti akan mengatakan pada Hafiz.

Ah ya, Restu. Dia bertanya saja pada Restu.

For : Restu

Assalamualaikum Restu.

Apakah Hafiz sedang dekat dengan seseorang? Maksudku, selain dirimu.

Sent.

Untung saja dia sempat bertukar nomor ponsel dengan Restu. Tak lama kemudian, ada sebuah pesan masuk di ponselnya. Pasti dari Restu, pikirnya.

Segera dia membuka pesan tersebut.

From : Restu

Waalaikumsalam Aira.
Setahuku, Hafiz tidak sedang dekat dengan siapa pun, kecuali aku, Ali, dan kau.

Sederet kalimat yang dikirim Restu sedikit membuatnya lebih tenang. Mungkin Fa itu adalah teman laki-laki Hafiz yang terkadang bersamanya. Pikirnya.

~~~~~~~~~~~SCDNS~~~~~~~~~~~

Sorry for typo.

Maaf baru update, kemarin wattpad lagi eror.

'Sa

Sajadah Cinta Di Negeri Sakura |√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang