Bagian 18

2.1K 128 0
                                    

"Hafiz, besok aku ingin pergi ke toko kueku, sudah lama aku tidak ke sana. Apa boleh?"

Memang semenjak Aira menikah, tepatnya dua minggu lalu, dia tidak pergi ke toko kuenya. Dia lebih memilih mempercayakannya pada orang yang telah dia percaya untuk menghandle toko kuenya.

Hafiz menyesap tehnya, "Boleh Aira, tapi hati-hati ya."

Aira mengangguk, kedua tangannya memeluk pinggang Hafiz.

Saat ini keduanya tengah berada di kamar. Tadi setelah shalat isya' dan makan malam keduanya memutuskan untuk beristirahat, mengingat akhir-akhir ini mereka disibukkan dengan berbagai macam kegiatan. Aira yang sibuk dengan Restoran almarhum ayahnya serta rumahnya, dan Hafiz yang sibuk dengan kuliah dan pekerjaannya sebagai manager pemasaran di Restoran Aira.

Sebenarnya Aira menawarkan Hafiz untuk bekerja sebagai kepala manager di Restorannya agar dia tidak terlalu kelelahan. Tapi Hafiz menolaknya mentah-mentah dengan dalih bahwa dia tak pantas menduduki jabatan tersebut. Dia merasa bahwa Ali lah yang pantas diposisi tersebut, karena Ali lebih berpengalaman dibandingkan dengannya, dan lagi, Ali juga yang berhasil mengungkap siapa dalang dibalik penggelapan di Restoran Aira.

Alhasil seminggu yang lalu, Ali resmi di angkat menjadi kepala manager di Restorannya.

Hafiz membelai lembut kepala Aira yang tidak tertutupi khimar. Tak lama kemudian terdengar bunyi dengkuran halus dari Aira. Hafiz melepas pelukan Aira, dilihatnya wajah istrinya yang tertidur pulas. Dia tersenyum. Dibaringkannya tubuh Aira secara perlahan, takut mengusik tidurnya.

Dikecupnya pelan kening Aira. "Selamat tidur istriku." Dia menarik selimut lalu berbaring tepat di samping Aira sembari memeluk tubuh mungil istrinya.

***

Suara musik yang berdentum begitu memekakan telinga. Aroma alkohol begitu menyeruak di tempat ini. Banyak orang yang meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti irama musik yang dimainkan oleh sang dj.

Disudut ruangan, terdapat seorang lelaki tengah duduk sembari meminum segelas vodka. Entah sudah berapa gelas dia meminumnya, tapi yang jelas dia sudah kebal dengan semua itu, hingga dia tak mabuk sama sekali.

"Hai bro!" Sapa seorang laki-laki berwajah oriental mendekatinya.

Dia hanya menanggapinya sekilas lalu kembali meminum vodkanya.

"Kapan kau datang? Bagaimana kabarmu?" Tanya pria berwajah oriental tersebut.

Lawan bicaranya hanya tersenyum, "Tadi pagi dan tidak begitu baik."

Pria berwajah oriental tersebut mengerutkan keningnya. Bingung dengan ucapan pria di depannya yang ambigu.

"Aku ingin dijodohkan dengan seorang wanita Amerika. Dan besok adalah hari pertunanganku."

"Apa wanita itu cantik?"

"Lumayan." Gumamnya.

"Kalau dia lumayan cantik, kenapa kau malah kemari? Atau jangan-jangan kau ingin kembali padanya?"

Pria itu tersenyum sarkas, "Kau sudah tahu bukan?"

"Apa kau gila? Kau ingin kembali padanya?"

"Ya kenapa memangnya? Ada yang salah?"

Pria itu tersenyum masam, "Tidak ada apa-apa, tapi masalahnya adalah dia sudah menikah." Pria berwajah oriental itu menyerahkan sebuah foto sepasang pengantin yang terlihat sangat bahagia. "Aku mendapatkannya dari temanku."

Pria itu menatap seksama fotk tersebut sembari tersenyum misterius, "Aku tidak peduli dengan semua itu. Yang aku inginkan adalah dia, bukan orang lain. Aku akan berusaha mengambilnya kembali dari laki-laki itu. Tidak ada yang boleh memilikinya kecuali aku."

"Kau memang keras kepala, Robert." Ujar pria berwajah oriental tersebut lalu melenggang pergi.

"Tidak ada yang boleh memilikimu selain aku. Aku akan datang untuk mengambilmu. Karena kau adalah milikku."

Pria itu meremas foto tersebut hingga tak terbentuk lagi. Kemudian dia membuangnya ke tempat sampah yang terletak tidak jauh dari tempat duduknya. Diteguknya kembali vodka yang sudah dia tuang ke dalam gelas

~~~~~~~~~~~SCDNS~~~~~~~~~~~

Sorry for typo

'Sa

Sajadah Cinta Di Negeri Sakura |√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang