Bagian 25

2.2K 145 0
                                    

Aira mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang ada. Dia menatap langit-langit ruangan ini.

Aku ada di mana ini? Rasanya ini bukan kamarku. Gumamnya dalam hati.

Dia menengok ke arah tangan kirinya, terdapat infus di sana. Dihembuskannya napas pelan, Rumah sakit. Batinnya.

Tapi kenapa dia bisa di rumah sakit? Ah, dia ingat. Beberapa saat yang lalu dia telah menjadi korban tabrak lari. Mengingat itu dia jadi mengingat tentang kejadian di kantin Universitas Hafiz.

Kenyataan itu sungguh membuatnya sakit. Dia pikir, Hafiz sudah mencintainya. Mengingat perlakuannya yang sangat manis pada Aira. Ternyata itu semua hanya mimpi. Mimpi yang tak akan pernah terwujud. Tapi, apakah salah bila dia bermimpi bisa dicintai suaminya sendiri?

"Ya Allah, semua ini sungguh menyakitkan." Gumamnya lirih.

Tangan kanannya menepuk-nepuk dadanya. Berharap dapat mengurangi rasa sakitnya.

Mencintai tanpa dicintai. Beginikah rasanya?

"Aira, kau sudah bangun?" Hafiz berdiri di ambang pintu ruangan rawat Aira.

Aira mengalihkan pandangannya. Dihapusnya air matanya dengan kasar.

Hafiz mendekat, dia mendaratkan pantatnya dikursi yang ada di samping bangsal Aira. "Aira," Panggilnya.

Aira menoleh sekilas, lalu menatap ke arah jendela yang mengarah langsung ke taman rumah sakit. Hafiz menghela napas.

"Aira, tolong dengarkan aku. Soal tadi itu-"

"Semua itu benar, kau menyukainya?" Potong Aira cepat.

"Bukan begitu Aira,"

Aira menatap Hafiz, "Lalu apa? Kau mencintainya, itu sama saja Hafiz." Lagi dan lagi, air mata itu menetes tanpa izin.

"Saat itu aku belum selesai bicara. Semua tak seperti yang kau pikirkan. Aku tidak menyukainya ataupun mencintainya. Maafkan aku jika sudah menyakitimu."

Aira bergeming. Matanya terus menatap ke arah jendela.

Ini semua bukan kesalahan Hafiz. Ini murni kesalahannya. Dia yang terlalu berharap pada suaminya. Berharap dicintai oleh Hafiz. Tapi apa salah, jika dia mengharapkan hal itu pada suaminya sendiri?

Aira menyingkap selimutnya, dia ingin pergi ke kamar kecil.

"Kau mau kemana, Aira?" Tanya Hafiz.

"Aku ingin ke toilet." Sahutnya menjawab. Dia mencoba menggerakkan kakinya, tapi percuma. Kakinya tidak bisa digerakkan.

"Biar aku bantu."

"Tidak perlu, aku bisa sendiri." Aira mencoba turun dari ranjang dengan perlahan. Mungkin karena dia baru kecelakaan, kakinya sedikit kaku. Pikirnya.

'Bruk'
Na'as, Aira terjatuh di lantai yang dingin. Hafiz mendekati Aira. "Aira, kau tidak apa-apa?" cemasnya.

"Ada apa dengan kakiku Hafiz? Kenapa tidak bisa digerakkan?"

Hafiz bergeming. Mulutnya tercekat. Mulutnya terasa kelu. Dia tidak sanggup mengatakan yang sesungguhnya pada Aira. Hafiz tak mau melihat air mata Aira terjatuh kembali.

"Hafiz, katakan padaku!" Aira mengguncang bahu Hafiz.

Hafiz menghela napas. "Dokter bilang, ada keretakan di tulang kakimu. Dan itu menyebabkanmu-" Hafiz tak melanjutkan kata-katanya.

"Menyebabkan apa, Hafiz? Apa aku lumpuh? Jawab?!" Cecar Aira.

Hafiz mengusap wajahnya gusar. Dengan melihat raut wajah Hafiz, dia sudah tahu jawabannya. Aira menangis tersedu.

'Ya Allah, jika semua ini bisa menghapus semua dosaku, aku rela. Tapi tolong, jangan putuskan rahmat-Mu. Gumam Aira dalam hati.

Dia menatap Hafiz lekat. Suaminya mencintai orang lain. Hafiz sama sekali tidak mencintainya. Hafiz hanya menganggapnya sebagai teman, bahkan mungkin adik. Karena usia Aira yang lebih muda.

Semua perlakuan manis yang Hafiz berikan padanya, itu semua semata-mata hanya demi memenuhi kewajibannya sebagai seorang suami. Tidak lebih.

Ya Allah, jika memang ini sudah ketentuan takdirmu, aku terima. Batin Aira.

"Ceraikan aku!"

~~~~~~~~~~~SCDNS~~~~~~~~~~~

Sorry for typo

'Sa

Sajadah Cinta Di Negeri Sakura |√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang